
Side story tentang Sierra, Alfa dan Sakura. Hanya diceritakan di ebook.
***
“Jadi gimana?”
“Apanya yang gimana?”
“Kamu lupa atau pura-pura lupa?”
“Sierra—”
“Alfa.” Sierra menukas tegas. Sisi boldnya kembali terlihat, walau dia masih pucat dan memakai setelan pasien rumah sakit. “Aku rasa pertanyaanku gampang. Aku cuma mau kamu pilih. Tetap berumah tangga sama aku, yang berarti kesepakatan kita di awal pernikahan itu nggak berlaku lagi, atau kita pisah supaya kamu bisa balik ke pacar kamu itu?”
“Apa...
Teknik - First Gen.
770
50
29
Selesai
Seri ini berisi ebook-ebook side story tokoh-tokoh dari universe Teknik yang tidak diceritakan secara detail di Wattpad maupun novel.
1 file untuk di-download
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Paket
8 konten
Akses seumur hidup
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses

Selanjutnya
Si Meng - Vol. 1
10
0
Menceritakan tentang si Meng, mulai dari pertemuan pertamanya dengan Wuje hingga ketika dia dipungut sebagai kucing peliharaan rumah keluarga Jenar. Ditulis dari sudut pandang Meng. *** Sesungguhnya, aku hanya anak kucing pengecut yang lagi pura-pura galak saja. “Halo, Meong. Jangan takut, aku cuma mau lihat luka kamu…” Aku masih mendesis padanya. “Jangan takut. Aku nggak akan jahatin kamu kok.” Katanya lagi, terus dengan hati-hati, dia lanjut ulurin tangannya. Jari-jarinya menyentuh kepalaku, terus mengelus ke bawah dagu. Eh… kok enak?! Apa dielus di bawah dagu selalu terasa seenak ini?! Aku kepingin mendesis lagi padanya, ingin menunjukkan kalau aku marah karena dia sudah pegang-pegang tubuhku seenaknya, tapi yang keluar malah dengkuran halus. “Meong seneng ya kalau dielus gini?” Ya… lumayanlah… Eh, jangan seenaknya sentuh-sentuh aku! Aku ini bukan kucing murahan, sekalipun aku lagi lapar dan terluka! “Kaki kamu berdarah, Meong…” Iya, sudah tau kok ☹ kan sakitnya kerasa ☹. “Sakit nggak, Meong?” Banget ☹ masih nanya juga, kamu bisa lihat nggak sih? Tapi jelas untuknya yang nggak paham bahasa kucing, suaraku cuma sebatas ngeong yang nggak ada artinya. “Kalau lukanya berdarah gini, harus diobatin, Meong. Kalau nggak, nanti bisa infeksi.” Infeksi itu apa? Sejenis ikankah? Kalau iya, aku mau dong! Lapar banget nih!“Di rumahku ada obatnya…” Kamu tinggal di kardus bekas jugakah? “Gini aja, gimana kalau kamu ikut aku pulang? Biar lukanya bisa diobatin! Aku pernah lihat Mama obatin luka aku! Kayaknya… aku bisa obatin luka kamu.” Aku belum sempat mengeong balik pas anak itu meraup tubuhku ke gendongannya. Noda lumpur dari kakiku, juga darah dari lukaku mengotori kemeja putih yang dia pakai. Tapi dia sepertinya nggak ambil pusing dengan itu. Pelukannya… hangat banget… Aku membatalkan niatku yang semula mau berontak. Aku merasa, anak ini nggak berniat jahat. Sentuhannya juga nggak menakutkan, apalagi kasar. “Wuje!” Ada suara manusia lainnya yang memanggil. Saat itulah, aku baru tau kalau ternyata namanya Wuje.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan