
Cinta tidak memandang usia maupun status pendidikan--Galaksi Mahendra
Cinta itu suci tetapi terkadang mengoyak kesucian itu sendiri--Titania Pangesti
Perjuangan Gala untuk meluluhkan hati Titania yang merupakan dosennya. Namun, ada satu syarat yang diajukan sang dosen padanya. Gala harus bisa menjadi ketua BEM!
Part 1
Tita menaruh tasnya di atas meja dengan kasar. Hanya karena satu mahasiswa saja, suasana hatinya berubah buruk. Padahal, sepanjang kuliah tadi tidak ada gangguan apa pun. Kelas berjalan dengan sangat lancar.
Ponsel yang ada di ransel berwarna hitam itu berdering. Tita segera meraihnya. Tertera nama sang ayah di layar. Ia menghela napas berat, lalu memencet tombol berwarna hijau.
“Assalammualaikum, Pak.”
“Waalaikumsalam. Tadi kenapa dimatikan buru-buru?”
Tita memijit pelipisnya. Kali ini dirinya tidak punya alasan lagi untuk menghindari ayahnya.
“Ada kelas, Pak.”
“Oh, bapak kira apa. Gimana, kapan kamu mau nikah? Udah kepala tiga, Nduk. Mbok, ya, jangan mikir karir terus. Temenmu udah pada punya anak. Apa kamu mau dicarikan jodoh lagi?”
Tita tersentak mendengar kalimat terakhir bapaknya. Kalimat pertanyaan yang dirasakannya berubah menjadi sebuah ancaman. Sudah dua kali keluarganya berusaha mencarikan jodoh untuknya. Namun, Tita selalu punya alasan kuat saat menolaknya.
“Gak usah, Pak. Tita bisa cari sendiri.”
“Kapan?”
“Mohon doanya saja, Pak.”
“Aku gak kurang kalau doakan kamu, Nduk. Kamunya yang ndablek, males nikah!” jelas bapak Tita dengan nada suara yang meninggi.
“Bukan gitu, Pak. Jodohnya belum datang yang pas.”
“Wes, terserah! Pokoknya tahun depan kalau kamu belum punya calon, bapak paksa kamu nikah sama anaknya pak lurah.”
Sambungan telepon pun terputus. Seketika kepala perempuan berusia tiga puluh tahun itu berdenyut. Ia sudah tidak memiliki alasan untuk menghindar dari perjodohan. Dua tahun lalu, saat baru lulus dari program magister, keluarganya sudah mencarikan jodoh, tetapi Tita berhasil menghindarinya. Kebetulan saat itu ia mendapat beasiswa Erasmus Plus di Spanyol. Ia pun terhindar dari perjodohan. Namun, sekarang ia harus berpikir keras untuk itu. Ia sudah tidak punya alasan lagi. Kesibukan mengajar di kampus bukanlah hal yang bisa menghambat perjodohan menurut keluarganya.
Tita menyandarkan kepalanya di kursi. Hanya ada Rindu, mahasiswi part time di jurusannya.
“Assalammualaikum, Bu Tita.”
“Waalaikumsalam,” jawab Tita dengan mata terpejam. Ia lalu menegakkan punggungnya. Saat membuka mata, ia tersentak melihat sosok yang menyapanya.
“Kamu lagi!” pekik Tita tertahan. “Ada apa, Galaksi?”
Gala hanya mesem mendapat pertanyaan dari dosennya. Ia lalu duduk di depan meja Tita.
“Eh, yang nyuruh kamu duduk siapa?”
“Saya capek, Bu. Naik tangga dari lantai tiga ke lima,” ujar Gala dengan wajah memelas.
Tita masih menahan emosinya. Ia melirik sekilas ke arah Rindu yang terkekeh. Gadis itu pun segera memutar posisi menghadap komputer begitu mendapati tatapan tajam dosennya tersebut.
“Ada perlu apa ke sini?” tanya Tita dengan raut wajah jutek.
“Ibu gak cocok pasang wajah galak gitu. Jadinya malah kelihatan imut,” ucap Gala sambil menatap Tita yang melongo. Laki-laki bertubuh tinggi itu menyunggingkan seutas senyuman.
“Kamu kurang ajarnya kelewatan. Gak cukup di kelas tadi?”
Tita memajukan tubuhnya dengan kedua tangan saling bertaut di atas meja. Tatapan perempuan berkerudung motif itu semakin tajam. Gala ikut menegakkan punggungnya.
“Coba ibu duduknya agak mundur.”
“Maksud kamu?” tanya Tita heran.
“Cantiknya udah kelewatan soalnya.”
Rindu yang membelakangi mereka tidak bisa menahan tawanya. Ia pun menggelengkan kepala melihat tingkah adik tingkatnya tersebut.
Tita menghela napas dalam. Jari telunjuknya mengarah pada pintu.
“Keluar sekarang dari kantor saya.”
“Bu, saya belum—“
“Keluar!'
“Oke, oke. Saya mau menyerahkan tugas teman-teman.”
Tita menerima lembaran kertas yang diserahkan Gala dengan kasar. Laki-laki berambut lurus itu terkesiap. Ia lalu menyunggingkan senyuman yang memperlihatkan lesung pipit pada pipi sebelah kirinya.
“Ga,” panggil Rindu saat Gala melewati mejanya.
“Apa?”
“Kelewatan kamu memang,” jawab Rindu sambil terkekeh. “Tapi keren.”
Gala pun memicingkan matanya sebelah sambil berlalu dari kantor jurusan. Ia menarik napas dalam. Apa yang dilakukannya hari ini bagi dirinya sendiri bukanlah keterlaluan. Ia dengan sepenuh hati mengutarakan perasaannya. Namun, Tita menanggapinya dengan pandangan yang berbeda.
Di dalam kantor ....
“Rindu, sini bentar,” panggil Tita.
“Iya, Bu. Ada apa?"
“Kamu kenal Galaksi?”
“Kenal, Bu. Dia kan, adik tingkat saya.”
“Maksudnya kenal baik?”
“Gak juga, sih, Bu. Pernah satu kelas saja. Kenapa, Bu?” tanya Rindu penuh selidik.
“Dia trouble maker kayanya, ya?”
Rindu mengernyitkan keningnya. Ia lalu menggelengkan kepalanya pelan.
“Dia itu malah gak neko-neko kaya teman-teman yang lain. Pendiam, pintar, bijaksana Gala itu, Bu.”
“Masa?” tanya Tita tidak percaya. Ia memang baru mengajar kelas Gala satu bulan ini, sekitar delapan pertemuan. Ia akui laki-laki itu memang termasuk mahasiswa yang pandai dan aktif bertanya. Namun, sikap Gala hari ini begitu menjengkelkan.
“Gala itu aslinya udah tua, Bu. 25 tahun, telat masuk kuliah aja.”
Tita terperanjat mendengar fakta tentang Gala. Pantas saja sikap yang ditunjukkannya jauh lebih matang dari kebanyakan mahasiswa di kelas tersebut. Wajahnya pun tidak menunjukkan usianya, tetap terlihat muda seperti teman-temannya di kelas.
“Emang kenapa, Bu?”
“Ah, enggak. Cuma mau nanya aja. Ya sudah, kamu balik kerja.”
Tita kembali menyandarkan punggungnya. Ia mulai mengingat setiap pertemuan di kelas Gala. Laki-laki itu memang kerap mencuri pandang ke arahnya.
Aku gak seharusnya emosi kaya gitu.
Tita merutuki dirinya sendiri. Gala tidak sedang mempermalukan dirinya di depan umum. Laki-laki itu mendatanginya saat teman-temannya sudah keluar dari kelas. Hal yang aneh juga, para peserta didiknya itu seolah janjian meninggalkan ruangan bersama. Hanya tersisa dirinya dan Gala. Biasanya, ia sebagai dosen yang lebih dulu meninggalkan kelas.
Notifikasi Whatsapp pada ponselnya berbunyi. Tertera nama Fara—kakaknya—pada layar.
[Cepetan cari calon suami. Bapak udah emosi aja bawaannya]
Kepala Tita kembali berdenyut. Ia tidak membalas pesan Fara, tetapi malah menenggelamkan wajahnya di atas meja dengan berpangku pada kedua tangannya.
***
Gala memasuki coffee shop miliknya dengan langkah gontai. Dodi yang sedang duduk santai menyambut dengan antusias.
“Gimana, Ga? Katakan cintanya sukses?”
“Sukses,” jawab Gala lesu.
“Congrats, Bro! Tapi, kok, lesu?"
“Sukses diamuk yang benar.”
Dodi seketika terbahak mendengar jawaban Gala. Laki-laki bernama lengkap Galaksi Mahendra itu lalu duduk di samping sahabat yang juga rekan kerjanya tersebut.
“Kamu nekat, pantesan diamuk.”
“Gak nekat nanti keburu pergi lagi. Bisa lebih parah kalau diambil orang.”
“Cinta banget kamu sama bu dosenmu itu.”
Gala mengangguk sambil menatap layar ponsel. Matanya tidak beranjak dari Instagram Titania Pangesti. Wanita yang sudah mengisi ruang kosong di hatinya sejak dua tahun yang lalu.
“Aku baru lihat kamu kaya gini karena cinta.”
“Iya, udah lama hatiku mati karena pengkhianatan itu,” tutur Gala mengingat saat menyesakkan tujuh tahun yang lalu. Mantan kekasih yang ia harapkan menjadi istrinya ternyata berselingkuh hanya karena ia belum menjadi pengusaha sukses.
“Kejar terus bu dosen. Gak ada peraturan mahasiswa dilarang nikahin dosen.”
“Iyalah, jelas. Yang ada itu dilarang nikahin mahasiswa satu kampus.”
“Yang bener?” tanya Dodi terkejut.
“Bayangin aja, nikahin satu orang aja katanya penuh perjuangan, apalagi satu kampus. Sanggup?”
“Garing, kriuk kriuk.”
Gala dan Dodi pun terbahak bersama. Mahasiswa semester empat itu kembali membuka Instagramnya. Ada story terbaru dari Tita. Gala segera membukanya. Terlihat unggahan foto dosen muda dengan baju lengan panjang berwarna kuning dan rok plisket biru navy tersebut yang sedang duduk di tepi kolam renang. Ia menyandarkan punggung dan kepalanya di tiang. Wajahnya tampak sendu.
Gala membaca dengan saksama tulisan yang tertera di foto tersebut.
[Hari ini masih nano-nano. Kapan aku mendapatkan rasa yang manis saja?]
“Jika kamu menikah denganku, Titania.”
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
