Watashiwomite, Senpai! – Chapter O2

1
1
Deskripsi

Perkelahian antara Murayama dan Kuryu. Ini adalah misi bagi siswa paruh waktu, sekolah yang berada diwilayah terlarang tak akan pernah menjumpai kata tenang dan damai.

Dan Todoroki yang mendapat pukulan pertamanya dari Murayama!

“Aku bersyukur kau baik-baik saja, Murayama.” – bisikan Todoroki pada saat Murayama diambang emosi.

Chapter O2

     Murayama sibuk memainkan ponselnya sambil tiduran diatas kasur asrama. Ia asik memainkan game online yang baru-baru ini menarik perhatiannya. Tak lama ada seseorang yang mengetuk pintu dengan lumayan keras, mengganggu konsentrasinya dan mengakibatkan kegagalan dalam menyelesaikan game bodoh dalam ponsel. Duk.. duk.. duk..

     "MURAYAMA!"

     DUK..DUKK

     Ketukan pintu kedua kalinya membuat Murayama menggeram kesal sambil membanting ponselnya keatas kasur, ia menuju pintu dan membukanya. Ia menatap datar sosok alpha yang lebih tinggi di hadapannya.

     "Kenapa Sensei¹?" Tanya Murayama dingin. Ia menyandarkan punggungnya ditembok.

     "Tolong pergi ke wilayah Kuryu Group, Yoshiki-san." Tegas sang Sensei, ia menepuk pelan pundak Murayama lalu menatap matanya seolah-olah tengah menyalurkan informasi tentang misi tersebut.

     Murayama terdiam, bahkan saat Sensei nya pergi pun ia tetap diam dengan tatapan sulit di artikan. Helaan napas berat menjadi pertanda bahwa perintah sang Sensei mungkin berat hingga membebaninya.

     Ia tak langsung ambil pusing, malahan kembali masuk ke kamarnya untuk mengganti pakaian. Ia mengenakan baju yang lebih kasual. Tak lupa juga mengambil ponsel yang sempat di banting tadi.

     Ia pun segera pergi menuntaskan perintah tersebut.

     Saat dijalan ia bertemu dengan Cobra 'Pemimpin Sannoh Rengokai'. Dengan semangat Murayama mendekati Cobra yang tengah sendirian, ia nampak sibuk mengetik sesuatu diponselnya. "Yo~ Cobra-chann!" Panggilnya dengan semangat. Ia langsung duduk didekat Cobra dengan santai seakan mereka sudah lama dekat.

     "Yo." Sahut Cobra yang masih focus dengan ponselnya.

     Murayama melirik sekilas ponsel dalam tangan Cobra, terkekeh sekilas lantas menepuk pelan bahunya, "Jangan terlalu serius menatap ke bawah saat musuhmu ada di depan mata, Cobra-chan~." Setelah berucap demikian ia beranjak pergi meninggalkan Cobra yang baru saja mengalihkan pandangannya pada Murayama.

     Ia mengerutkan keningnya, 'akan kemana dia? Tumben sekali tidak memakai baju sekolahnya haha' pikirnya.

     "Hei Murayama! Jika ingin berkencan jangan pernah pakai kepalanmu ya!! Hahaha." Ejek Cobra seolah-olah ia tahu kemana Murayama akan pergi.

     Murayama terkekeh mendengar teriakan tersebut, ia menggeleng pelan dengan tatapan lurus kedepan. Mengangkat tangan kirinya untuk memberi isyarat lambaian.

     ㅡㅡㅡ

     Murayama sampai disalah satu tempat dimana Kuryu Group beroperasi. Ia melangkah masuk dengan tenang tanpa diketahui oleh siapapun. Tak banyak kamera pengawas disekitar sana sehingga memudahkannya masuk dengan tenang. Ia duduk tak jauh dari anak buah Kuryu yang sedang membagikan red rum untuk diperjualbelikan dipasaran ilegal maupun legal.

     Karena bosan, Murayama mengambil satu rokok dan menyulutnya dengan api. Ia tidak terlihat khawatir, matanya menatap tajam menelisik setiap gerak gerik anggota Kuryu.

     drrtt.. drrttt.. drrttt niko niko niii~

     Umpatan kecil dan raut terkejut sempat tergambar diwajahnya saat ponsel dalam saku celana miliknya berdering.

     Murayama bergegas menjauhi tempat saat melihat nama dari si penelepon. Ia tak sempat melirik keadaan sekitar dan langsung mengangkatnya.

     "Seki-chan nande??" Bisik Murayama sambil sesekali merokok.

     "Shiki..! Jangan pergi dari asrama sekarang!" Teriak Seki dari seberang sana. Murayama menjauhkan ponselnya dan menggeram pelan. "Apa maksudmu? Aku tidak di asrama, aku sedang dalam misi bodoh!" Keluhnya kesal karena ucapan Seki barusan.

     Terdengar helaan napas berat dari seberang.

     "Hei, Seki-chan you oke?"

     Tak ada sahutan membuat Murayama sedikit khawatir. Hendak ingin kembali bersuara, terurung niatnya karena sebuah dehaman asing muncul dari seberang telepon.

     "Yo, ini Todoroki.. Murayama aku tunggu disini." Muncul suara berat membuat Murayama terdiam kaku karena terkejut. Ia menghela napas.

     "Kembalikan ponselnya pada Seki anak kecil."

     Todoroki terkekeh, "Murayama, aku ingin posisimu kau ta–"

     Dug!

     "Ahh.. itai²..!" Keluh Murayama merintih lumayan keras, ia membalikkan badan cepat, pupil matanya berubah nyalang dan tajam. Tak disangka disana sudah banyak sekali anggota Kuryu yang mulai mengerubunginya. Murayama memegang kepalanya yang sempat dipukul oleh kayu tadi.

     Ia tertawa sinis, "Ahaha, kuryu brengsek!" Murayama menggeram kala ia mendapati dirinya terluka sedikit dibagian belakang kepalanya.

     Diseberang telepon sana..

     Setelah mendengar rintihan Murayama, anak Oya langsung tegang dan mata mereka ikut menyala nyalang. Terutama Todoroki, Seki dan Furuya mereka langsung mengeluarkan aura sang alphanya.

     "Hei hei Murayama!" Teriak Seki khawatir.

     "Kau kenapa Murayama-san!!" Teriak yang lainnya tak kalah khawatir.

     Todoroki hanya diam menunggu patahan kata yang akan terlontar dari seberang telepon, tangannya menggenggam kuat ponsel sedangkan yang satunya mengepal kuat, giginya menggertak tak sabaran.

     "Ahaha, kuryu brengsek.."

     "Kuryu?"

     Secara bersamaan anak Oya Koukou mengeluarkan aura sang alpha dengan penuh amarah. Mata kuning terang menyulut tajam dengan gigi menggertak tak senang.

     Sudah tidak asing bagi sekolah Oya dan Kuryu bertarung dan berusaha saling menghancurkan satu sama lain, itu dikarenakan alasan Kuryu datang ke wilayah tersebut karena ingin mengambil dan menjadikannya tempat perjualbelian ilegal. Itulah sebabnya Kuryu sudah dicap sebagai grup yang menjadi ancaman pertama mereka bahkan dengan membunuh pun mereka berani bertaruh. Hanya saja, pemimpin mereka Murayama Yoshiki tidak pernah menyukai ide tersebut, ia selalu menekankan pada siswanya untuk tetap pada pendirian yankī³ mereka, tetap memakai tinjuannya. Hingga ia mendeklarasikan bahwa anak Oya Koukou tidak usah ikut campur dalam urusan Kuryu selain para Alpha yang sudah lama tinggal di Oya, siswa paruh waktu.

     Sebab deklarasi tersebut banyak dari mereka yang tidak menyetujui, namun Murayama tetap teguh pendirian. Dan karena itu pula, mereka hanya bisa terdiam membeku sambil menggeram saat mendengar suara Murayama yang terdengar kesakitan diseberang ponsel.

     Ada alasan lain pula bagi mereka untuk tidak ikut campur dalam urusan Murayama saat ini. Melihat keadaan yang mendadak serta misi yang sedang Murayama kerjakan tidak ada yang mengetahuinya, membuat siswa paruh waktu pun tidak dapat berbuat apa-apa selain diam dan menggeram hingga aura kelam mengepung disekitar sekolah Oya.

     Bukan cuman itu, kondisi mereka saja sudah babak belur sebelum masuk medan tempur, bagaimana mereka akan membantu nantinya? Setelah dihajar habis-habisan oleh Todoroki yang dengan gilanya mencari keberadaan Murayama hanya untuk berkelahi, memang perilaku yang aneh.

     Todoroki menegakkan badannya. Ia menggenggam erat ponsel milik Seki. Aura alpha nya meraung keluar mendominasi membuat yang lain menunduk ngeri.

     Tut.Tut.Tut..

     Ponsel tersebut kembali pada layar asalnya. Suasana dalam sekolah hening dan penuh ketegangan.

     "Oi Todoroki uhuk..!" Furuya meludah kesamping membuang darah. Matanya menatap Todoroki. "Berikan ponselnya padaku, apa yang terjadi pada Murayama sialan!!" Ia berteriak sembari berusaha berdiri.

     "Murayama sedang bersama Kuryu.."

     "Aku tahu." Todoroki menatap datar Furuya.

     Ia melanjutkan, "Ponselnya sudah tak tersambung sejak tadi."

     Todoroki membuang ponsel tersebut. "Cuman aku yang akan mengalahkan mu, Murayama!!" Ia pun bergegas pergi tanpa menghiraukan teriakan siswa paruh waktu yang melarangnya.

     ㅡㅡㅡ

     Wajah Murayama sudah babak belur, pinggir bibirnya membiru dan sedikit mengeluarkan darah. Ia terus menghajar semua anggota Kuryu sendirian. Sebagian dari mereka membawa senjata seperti tongkat, kayu, dan sekop.

     Murayama menggeram emosi, matanya menatap tajam, tawaannya semakin membuat dirinya bersemangat. Ia terus-terusan memukul, meninju, menendang, dan membanting para anggota Kuryu yang berdatangan.

     Tanpa sadar dibelakangnya sudah siap tiga orang yang membawa tongkat besi. Saat hendak dilayangkan, Murayama merasakan ada sebuah tangan melingkar diperutnya. 

     Duk! "Ah..!"

     Focus dalam berkelahinya buyar seketika saat mendengar seseorang merintih dibelakangnya. Murayama melirik cepat kearah belakang. Ia melotot saat mengetahui bahwa Todoroki datang ke tempatnya.

     Todoroki tersenyum kecil ketika mengetahui bahwa Murayama melihatnya dengan terkejut. "Yo, Senpaii~" panggilnya dengan nada semangat.

     Murayama mengumpat tertahan.

     Ia kembali focus berkelahi dengan anggota kuryu. Kedatangan Todoroki membuatnya terbantu dalam mengalahkan para anak buah Kuryu. Walaupun hatinya terus mengumpat kesal saat mengingat peraturannya telah dilanggar oleh anak baru tersebut. Murayama menghela napas panjang.

     "Sial kenapa semakin banyak yang datang." Keluh Murayama frustasi saat melihat beberapa anggota Kuryu bergerombol muncul dari pintu masuk.

     Murayama memasang kuda-kuda sambil tertawa semangat dengan seringainya. Ia sudah lama tidak berkelahi dengan banyaknya para Kuryu. Sesekali ia melirik pada adik kelasnya itu.

     Murayama tersentak, ia menggeram marah. "Hei Todoroki mengelak!"

     Bug! "Ahh shit!"

     Sayang sekali, teriakan Murayama agak terlambat. Todoroki menutupi mata kirinya karena pukulan barusan sehingga darah mengalir membanjiri sebagian wajahnya. Dengan kondisi yang mulai tak terkendali, Todoroki berdecih marah. Ia berbalik merebut tongkat besi tersebut dan memukulkannya pada beberapa orang yang tadi berusaha menyerangnya. Membuat darah bercipratan dimana-mana. Murayama melihat kejadian itu membuatnya terkesiap.

     Setelah mengalahkan beberapa Kuryu, Todoroki berbalik dan menatap Murayama tajam dan mendominasi. Bajunya kecipratan banyak darah, ia menyeringai samar.

     Murayama menahan napasnya saat pandangan kedua mata berjumpa. Selepas beberapa menit hanya terdiam kaku, ia bergerak menghampiri Todoroki. Menyingkirkan beberapa Kuryu yang berusaha kembali menyerang. Murayama menarik tangan Todoroki dan berlari pergi. Sesekali menendang anak Kuryu yang menghalangi jalannya. Anggota Kuryu yang masih kuat berdiri pun mulai mengikuti mereka.

     'Sialan, makanya aku tidak suka anak kecil!'

     Kesal Murayama yang tengah berlari sambil menarik tangan Todoroki kuat. Bukannya merasa bersalah Todoroki malah semakin menyeringai, ia memegang balik tangan Murayama.

     Murayama memicingkan matanya saat melihat di depan sana terdapat gang gelap dan sempit, ia berlari kearah tempat tersebut. Persetan dengan Kuryu, batinnya. Ia memberanikan diri masuk ke dalam gang tersebut bersama Todoroki.

     "Todoroki-chan bagaimana dengan matamu?" Bisik Murayama bertanya.

     Todoroki menatap tepat mata Murayama, ia menurunkan tangan yang menutupi mata kirinya. "See? I'm ok." Kekeh Todoroki senang.

     Berbeda dengan Murayama, ia seperti ingin menonjok telak wajah Todoroki karena kebodohannya itu. Ia menghela napas berat. Untung saja sebelum berlari pergi ia sempat mengambil barang milik Kuryu. Misinya berhasil walaupun tidak berjalan mulus. Ia pun tidak akan heran jika nanti anggota Kuryu akan mengunjungi wilayahnya cepat atau lambat.

     "–ki.."

     "Shiki!"

     Murayama tersentak kanget, "S-sshiki?" ah, ternyata dirinya sempat melamun. Ia berdeham kecil dan menatap Todoroki. "Hm? Ada apa?"

     "Ayo kembali, mereka sudah pergi." Ucap Todoroki, tangannya kembali memegang tangan Murayama. Mereka pun kembali ke Oya Koukou dengan kondisi berantakan.

     ㅡㅡㅡ

     "Murayama-sann!"

     "Tuan Yoshiki, selamat datang kembali." Seorang wanita muda membungkuk sopan saat melihat Murayama dan Todoroki sampai didepan sekolah Oya Koukou.

     Murayama terkejut, ia menatap Seki dan Furuyu tajam. Yakin bahwa dalangnya pasti mereka berdua yang memberitahu wanita ini, keduanya malah menunjukkan cengiran tanpa dosa.

     "Yo, Hana-chan~" Panggil Murayama ramah.

     Ia melepas genggaman Todoroki, lalu menghampiri wanita yang ia sebut Hana tadi.

     Hana tersenyum, sebelum mendekat ia mengambil jaket milik Murayama dan disampirkan pada bahu tuannya itu. "Tuan, Kotaro-sama memberitahu saya bahwa anda terluka. Karena itulah saya segera datang kemari." Kata Hana sambil membenarkan pakaian Murayama yang lusuh.

     Murayama menghela napas pelan, menyuruh Hana mundur. Ia menatap sekitar dengan tatapan tajam. "Oi! Kalian semua..!" Murayama menatap dengan penuh intimidasi. Amarahnya kembali memuncak.

     "Oi oi, katakan padaku! Apa diantara kalian ada yang ingin melakukan pelanggaran ha?!" Tanya Murayama melangkah maju ketengah kerumunan.

     Murayama menunjuk acak setiap siswa yang ada di sana. "Kau? Kau.. atau mungkin kau?!" tunjukannya berakhir mengarah Todoroki yang sejak tadi tetap berdiri di dekat gerbang masuk.

     "Kau! Apa kau tahu kesalahanmu?" Sentak Murayama dengan marah.

     "Aku hanya mencoba membantumu Murayama." Jawab Todoroki santai.

     Murayama tertawa, matanya menyala menandakan Alphanya tengah menguasai. "Kau! Sialan hah! Aku hampir gagal dan menyerah melanjutkan misi karena kecerobohanmu bodoh! Apa kau sedang mencari empatiku brengsek?!" Ia menghampiri Todoroki lalu meninju pipinya kuat hingga membuat Todoroki terjatuh.

     Darah keluar dari mulutnya, sisi bibirnya terlihat sobek. Bukannya merintih sakit, Todoroki dengan santai tertawa. Ia mendongak menatap Murayama, lantas tersenyum.

     Ia berdiri. Langkahnya mendekati Murayama sampai kedua tubuh mereka hendak bersentuhan. Todoroki berbisik pelan, setelahnya ia melenggang pergi meninggalkan kerumunan siswa yang sudah berisik akan bisikan-bisikan lain.

     Murayama sempat terdiam. Entah kenapa, ia merasa lega seakan sebuah duri baru saja terangkat dari tubuhnya.

     Murayama melirik pada yang lain. "Jika kalian berusaha melanggarnya lebih baik enyah sebelum melakukan!"

     Setelah merasa puas meluapkan marahnya, ia pergi kearah asramanya diikuti oleh Hana. Amarahnya masih mengepul bisa-bisa jika dia tetap di sana yang terjadi hanyalah perkelahian bodoh. 

     Murayama berhenti sejenak. Ia melirik Hana tajam. "Hana-chan.. apa kau memberitahu Ayah?" Tanyanya memulai interogasi.

     Hana menggeleng lalu tersenyum. "Tidak Tuan, saya tahu anda tidak suka jika Tuan besar Yoshiki tahu perihal yang anda lakukan."

     "Ahh Hana-chan kau yang terbaik."

     Hana merupakan Alpha wanita dikeluarga Yoshi yang sudah dua puluh tahun lebih bekerja melayani Yoshiki Group. Ia yang ditugaskan untuk melayani Murayama sejak kecil, mereka berdua termasuk teman dekat hanya saja Hana tetap menganggap Murayama tidak lain sebagai Tuannya dibandingkan seorang teman. Itulah yang membuat Murayama tidak suka sejak lama.

     Ia bahkan pernah berkata secara langsung ingin menjadikan Hana istrinya dimasa depan, namun Hana menolaknya dengan telak dan tetap menganggap Murayama tak lain adalah seorang Tuan yang ia layani.

     Bagaimana pun, Murayama tidak bisa memaksa. Karena ia pun akan bertemu dengan Matenya dikemudian hari, entah kapan itu terjadi yang pasti saat itu tiba ia ingin mendapatkan mate seperti ibunya yang sudah lama meninggal.

     Murayama dan Hana sampai dikamar asrama. Hana pun segera membersihkan luka memar dibadan Murayama.

     Pikirannya sempat melayang pada saat Todoroki bertindak aneh ketika berkelahi tadi. Ia tidak menyangka adik kelasnya sangat brutal.

     "Aku bersyukur kau baik-baik saja, Murayama."

     Tiba-tiba sebuah bisikan halus kembali mengiung ditelinganya. Matanya Murayama sedikit membesar dan mengkilat tajam. Ia terdiam membeku.

     'Brengsek.. aku tidak paham jalan pikirannya.'

¹sensei (bahasa jepang) : guru

²ittai (bahasa jepang) : sakit

³yankí (bahasa jepang) : anak sekolah berandalan

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Sebelumnya Watashiwomite, Senpai! – Chapter O1
1
0
Awal dari aksi Todoroki yang menginginkan atensi dari pemimpin Oya Koukou?!Aku hanya ditolak sekarang. Bukan berarti aku tidak akan diterima bukan? - kalimat Todoroki yang penuh dengan semangat.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan