
FREE BAB 7-9
Gimana hari ini kakak, bunda? Udha mulah sibuk kerja dan berkegiatan ya? Semoga sehat selalu ya.. jangan lupa pakai sun screen kalau keluar rumah 💜💜💜
BAB 7
Hari ini Saga memiliki pertemuan untuk perjanjian kerjasama dengan Jimmy. Karna kebetulan Saga mempunyai Perusahaan food and beverage di bidang makanan sehat yang bernama Red blue food. Pria itu tengah menyiapkan dokumen sambil sesekali melirik ke arah ponselnya. Siapa tau Jimmy menghubungi.
Saat itu, sang sekretaris berjalan masuk. dengan gaya yang seperti biasa, sedikit bersikap genit pada Saga. Namun, Saga tidak pernah menggubris wanita itu, karna sampai kapanpun ia hanya akan tetap mencintai istrinya. Saga memang tipe bucin kalau sudah jatuh cinta. Hanya matanya saja kadang menikmati. Bahkan kadang Reres menunjukkan foto gadis cantik. Namun hatinya tetap hanya untuk sang istri.
"Permisi, Pak ini data yang bapak butuhkan," ucap Siska dengan tampamg sok manisnya. Saga segera mengambil salinan data tersebut, tanpa mempedulikan Siska yang masih menebar pesona kepadanya.
Saga membuka dan membaca sekilas lalu anggukan kepala. "Hmm sudah oke. Ya udah kamu bisa keluar." Katanya pada Siska yang masih berdiri sambil tebar senyum.
"Emm bukannya hari ini kita mau rapat, Pak?" tanya Siska lagi.
Tatapan Saga menyalak sinis pada gadis itu. "Kata siapa? Saya hanya rapat berdua dengan Jimmy, kamu tidak perlu ikut."
Siska yang mendengar itu nampak kesal. Selama ini mereka rapat pasti Siska selalu ikut. Merasa diabaikan, padahal bukan siapa-siapa. "Loh, kenapa, Pak? Bukannya biasanya saya juga ikut," ucap Siska tidak terima. Ia selama ini memang ikut ke manapun bosnya itu pergi jadi kesempatan untuk mereka berdua dekat jadi lebih sering sering.
"Di sini saya kan pimpinannya, Siska? bukan kamu. Jadi, kamu bisa kembali ke ruang kerja kamu sekarang," ucap Saga menatap Siska dingin.
Siska pun dengan berusaha menahan rasa kesal lantas pergi dari ruangan kerja Saga. "Baik pak."
Saga segera bersiap untuk menghadiri pertemuan dengan Jimmy di luar. Dia membawa berkas yang sudah disiapkan tadi. Telepon pun berbunyi, ternyata orang yang akan ditemuinya sudah menelepon.
"Yas," sapa Saga lebih dulu.
"Lo udah di mana?" tanya Jimmy.
"Ya ini gue mau berangkat. Memangnya lo udah di sana?" tanya Saga lagi.
"Ya ini gue juga baru mau berangkat. Kemungkinan gue yang lebih dulu sampai. Apartemen gue kan jaraknya dekat sama lokasi."
"Oke deh. Be careful."
"Okay gue tunggu." Telepon pun ditutup oleh Jimmy.
Pria itu bersiap kemudian Saga melangkahkan kaki ke luar ruangan. Janji temu kali ini di sebuah kafe. Mereka.berdua sudah sepakat agar lebih santai.
Beberapa saat kemudian mereka sudah sampai di cafe tempat mereka mengadakan perjanjian. Jimmy sudah sampai di sana lebih dulu. Jimmy melambaikan tangan saat melihat saga.
Saga berjalan cepat mendekat. Agak macet jadi lebih lama sampai di lokasi. "Sorry, Jim. Maaf gue datang telat," ucap Saga lalu mereka saling berjabat tangan.
Jimmy gelengkan kepalanya "enggak apa, bro santai. Wah lo terlihat makin keren aja. Silahkan duduk," ucap Jimmy karena melihat gaya berpakaian sahabat lamanya itu yang makin kece.
Saga pun mengangguk lantas mereka duduk bersama. "Aish lo bisa aja. Udah nunggu lama?" tanya Saga lagi.
"Enggak. Santai lah. Gue juga datang duluan karena dekat." ucap Jimmy lagi. Mereka memang teman lama. Namun, hanya saja jarang bertemu.
Saga pun leha mendengar ucapan jimmy. Ia biasanya datang terlebih dulu pada pertemuan dengan klien atau rekanan.
"Lo mau pesan minum dulu?" tanya Jimmy.
"Boleh." Saga menyahut sambil mengeluarkan dokumen milik.
Dengar jawaban Saga, Jimmy pun memanggil waitress untuk membawa menu. Saga pun memilih minuman yang diinginkan lalu setelah memilih waitress meninggalkan tempat itu. Kini tinggal dua orang yang akan membicarakan bisnis mereka.
"Jadi, gimana? Bisnis lo lancar aja kan?" tanya Jimmy basa-basi sebelum masuk ke topik serius.
"Ya syukurlah," jawab Saga. Beberapa saat kemudian waitress datang lagi membawa minuman pesanan Saga.
"Terimakasih," ucap Saga.
"Kembali Pak, silahkan dinikmati." Waitress itupun segera kembali lagi. Saga meneguk minumannya lebih dulu. Setelah itu, baru mereka mulai berbicara dengan serius.
"Ini plan kerjasama kita berdua nantinya," ucap Saga memberi dokumen untuk mereka bahas. Jimmy pun mengambil dokumen tersebut lalu membacanya dengan teliti.
"H food?" tanya Jimmy lagi.
"Ya gue buat tema HFood, dari perusahaan gue red blue food. Dan itu konsepnya tentang makanan sehat yang sekarang ini lagi trend. Ya tentang sayur-sayuran Dan buah-buahan yang dikeringkan itu. Lo tau kan? sekarang lagi trend makanan sehat. Jadi, bisalah kita mengembangkan ini dengan baik ke depannya," jelas Saga lagi. Jimmy mengangguk.
"Emm, tapi apa iya, sayuran sehat Dan kering itu sehat buat di makan? Oke sayurannya aku setuju tapi kering?" tanya Jimmy lagi yang sedikit bingung apakah kering ini bisa dibilang makanan sehat.
"Bisa. Lo pikir makanan kering itu jadi enggak sehat? Kalau olahan makan tersebut dibuat dengan bahan-bahan yang tepat dan cara yang tepat. Gue udah jelasin efeknya dari prosesnya. Karena perusahaan gue juga kerja sama dengan ahli gizi dan gue konsultasi dengan pihak yang kompeten."
Jimmy pun mengangguk ia tau kalau Saga memang ambisius dan teliti. Jadi apa yang ia dengar bukan hanya omong kosong.
"Tapi bener? Bukannya makanan kering itu bukannya malah menghilangkan nutrisi yang di dalamnya?" tanya Jimmy lagi.
"Enggak. Gue sudah bilang tadi tak. Dan nutrisi yang ada di makanan kering tetap ada Dan enggak hilang. Jadi, benar-benar sehat untuk dikonsumsi."
Jimmy menganggukan kepalanya mulai mengerti dns ini menarik untuknya. Jimmy pun terdiam ia memikirkan dan menimbang untuk kontrak kerja sama. Tapi, seketika ia ingat sesuatu sehingga dia langsung melontarkan itu kepada Saga.
"Makanan sehat akan mbuat tubuh juga sehat Dan badan ideal?" tanya Jimmy lagi.
Saga sedikit mengerutkan keningnya. "Ya memang tapi kita kan enggak bisa kontrol konsumen sama makanan lain yang dia konsumsi. Yang paling penting, dalam makanan sehat tidak mengandung lemak berlebih seperti junk food Dan lainnya. Jadi, benar-benar memiliki nutrisi yang dibutuhkan dijaga dengan baik."
"Terus, bagaimana dengan istri lo? Bukannya Reres juga gemuk? Seharusnya kalau lo tau lebih banyak tentang makanan sehat istri Lo enggak gemuk kan?" Jimmy bertanya berniat untuk bercanda.
Saga jelas kesal. Apalagi sang istri jadi terkena imbas tanpa tau apa-apa"Untuk apa bahas soal Reres? Itu enggak ada hubungannya dalam kerjasama kita, Jim" ucap Saga yang mulai merasa tersinggung.
Jimmy terkekeh kecil. "Ya aneh aja gitu loh, Saga. masa Lo konsen dalam masalah cemilan sehat. Lo juga punya usaha makanan sehat tapi istri lo gemuk. Itu artinya dia kebanyakan lemak. Apa lo enggak atur pola makannya yang sehat?" tanya Jimmy lagi.
Saga mulai merasa marsh. Dia lantas mengambil saja dokumen kerjasama mereka. "Ingat ya, Jimmy. Kerjasama kita bukan untuk menjudge istri saya. Bagaimana pun bentuknya dia tetap istri saya Dan saya sayang sama Reres. Satu lagi. Saya lebih tahu pola makanan sehat istri saya Dari pada kamu," ucap Saga dengan nada yang mulai meninggi.
Jimmy terkejut mendengar nada bicara Saga yang terlihat marah. Sehingga dia dengan segera meminta maaf. Karena ia berniat bercanda saja. Tapi disisi lain menurut Saga ini bukan bahan yang bisa dijadikan candaan
"Oke-oke sorry, Saga. Kita bisa bicarakan ini baik-baik. Tadi, gue cuma-"
"Sorry, kerjasama kita batal!" ucap Saga yang langsung merapihkan dokumennya untuk segera meninggalkan tempat ini.
"Wait ... wait. Saga kita bisa bicarakan ini baik-baik tadi gue cuma bercanda saja Dan apa salahnya gie bertanya?" tanya Jimmy yang ikut berdiri menahan langkah sahabatnya itu.
"Kamu fikir bercanda dengan membawa fisik istri saya itu hal yang pantas untuk dibercandakan? Saya pikir kamu pengusaha yang bijaksana ternyata mulut kamu lebih murahan seperti orang tidak berpendidikan. Saya akan bayar minuman saya sendiri. Dan tidak ada lagi kerjasama antara kita berdua," ucap Saga final. .
Semua orang melihat ke arah mereka. Lalu, melihat ke arah Jimmy dengan sinis karna memang ucapan Saga yang terlontar cukup nyaring sehingga semua orang dengar. Saga berjalan dengan cepat meninggalkan Jimmy.
"Ahhhh!!!" Jimmy menendang meja dengan kesal.
Saga melihat sekilas dari tempatnya yang sedang membayar minumannya. Setelah itu, dia tidak peduli dengan laki-laki itu lantas dia pergi dari sana. Suami mana yang terima istrinya di judge fisik. Apapun bentuk fisik Reres dia tidak akan pernah meninggalkan istrinya yang sudah berjuang melahirkan anak-anaknya itu.
***
BAB 8
"Besok kamu jadi?" tanya Saga pada Reres saat keduanya sudah berbaring di kasur di kamar mereka.
Pillow talk adalah salah satu cara membuat hubungan keduanya semakin harmonis. Karena bukan hanya kenyamanan yang didapat tapi juga kelegaan luar biasa. Lega karena dengan pillow talk Saga bisa mengetahui perkembangan kedua buah hatinya, mengetahui kegiatan mereka hari ini dan bisa membuat istrinya bahagia. Bagaimana tidak bahagia karena setelahnya mereka melakukan hubungan suami istri.
Kamar yang tak begitu besar tapi bukan berarti kecil itu menjadi saksi Saga dan Reres menghangatkan tubuh. Saksi rumah tangga keduanya. Meski terkadang terjadi pertengkaran dan perdebatan kecil itu adalah hal lumrah dalam suatu hubungan.Tinggal kita bagaimana menyikapi masalah itu.
"Maafin ibu ya?" lirih Saga dengan mata memandang ke atas. Ia melanjutkan ucapannya karena tahu Reres mendengarnya. "Pasti omongan ibu buat sakit hati kamu, Love. Padahal aku sudah bilang ke Ibu berhenti mencampuri urusan kita. Aku tidak mau kamu stress dan berpikiran buruk untuk masa depan kita."
Reres menghela nafas kasar. Perkataan suaminya hampir benar, tapi untuk masa depan, ia kan berusaha hingga darah penghabisan. Saga dan anak-anak adalah segalanya bagi Reres. Jadi, sakit hati dengan ucapan tentu bukanlah menjadi penghalang untuk kebahagiaan mereka.
"Aku oke kok, Bee." sebenarnya seringkali tak terima dengan ucapan Ibu mertuanya itu. Bagaimanapun Ia adalah manusia yang mempunyai perasaan. Hanya saja Reres tak ingin ribut ataupun bertengkar dengan sang ibu mertua. Wanita itu sangat ingin menjaga hubungan baiknya dengan sang ibu mertua meski hasilnya adalah ia yang sakit hati.
"Aku takut. Ibu menyakitimu tanpa henti. Aku takut kamu putus asa pada hubungan kita." Saga memeluk istrinya. Ia menyelundupkan kepalanya di ketika sang istri. Jadi, jika kalian berpikir punya istri gendut itu merugikan, coba pikir ulang. Buktinya Saga malah makin nyaman. Ia bisa memeluk Reres seenaknya. Seperti guling. Jika biasanya perempuan yang bersandar di dada laki-laki maka ini sebaliknya. Ia seperti punya tempat pulang.
"Asal ada kamu sama aku, semua akan baik-baik saja." Reres mengelus rambut hitam legam suaminya yang mulai tertidur karena nafasnya teratur.
Reres menatap tembok yang berdiri kokoh di hadapannya. Pandangannya menerawang. Mengingat beberapa hari lalu mertuanya di sini. Menangis dalam diam, Reres hanya bisa melakukan itu. Ucapan dan perbuatan mertuanya sungguh mengoyak hati. Meninggalkan banyak luka yang bukan hanya gores, tapi mungkin hujaman yang terlalu dalam. Reres kemabli mengambil nafas. Sudah cukup untuk hari ini sedihnya. Ia masih punya keluarga yang sangat menyayangi dan mencintainya.
***
"Nanti jam berapa?" Saga bermain dengan Kay sementara Reres menyiapkan sarapan. Mengambilkan nasi di setiap piring di meja tersebut.
"Yang pasti setelah Nay pulang sekolah. Ayo, Nay makan dulu, Nak." Reres mengambil Kay dari pangkuan Saga dan memindahkan di kursi makannya.
"Mau ke mana, Mi?" Nay menyendok makanannya sambil memperhatikan Reres.
"Ikut Mami kerja. Nay sama Kay nggak boleh nakal, ya," ujar Saga mengusap rambut hitam putrinya.
"Nggak boleh ganggu Mami kerja. Supaya cepat selesai dan cepat pulang. Oke?" Saga memberikan kelingkingnya untuk mengikat janji.
"Oke."
"Good girl."
Setelah sarapan, Nay berangkat bersama Saga. Sengaja karena Reres menyiapkan peralatan yang mereka butuhkan untuk pekerjaan nanti. Termasuk juga keperluan Kay dan Nay. Brian datang lebih cepat dari jam mereka janjian ketemu. Padahal Nay masih sekolah juga.
"kebakaran rumah lo?" tanya Reres saat melihat Brian memasuki halaman rumahnya. "Kita janjian di kafe itu lho, Bri. Ngapain lo ke sini?" Reres memicing curiga pada Brian yang menyapa Kay.
"Ini nih. Untung gue sabar. Datang telat diomelin, datang cepat di interogasi. Serem." Brian berdiri menghampiri Reres. "Udah nih?"
Reres tertawa kecil. "Bukan, gitu maksud gue. Aneh aja. Ayo bantu angkat ke mobil gue."
"Pake mobil gue aja. Nanti Wawan nunggu di sana."
"Eh." Reres menoleh pada Brian. Memastikan ucapan pria tersebut.
"Itu kafe kan, lagi viral. Takutnya nanti kita nggak dapat tempat parkir lagi. Berangkat sekarang gimana?" tanya Brian lagi.
Reres melihat jam di dinding. "Sebenarnya jadwal pulang Nay masih setengah jam lagi, tapi daripada nanti macet dan anak itu nunggu. Ya sudah ayo, berangkat."
"Hei, Son. Ayo jemput Kakak." Brian menggendong Kay lalu menciuminya membuat Kay tertawa geli.
"Kapan sih, lo nikah?" Reres melirik Kay yang duduk anteng di kursi belakang. Bocah kecil itu sibuk bermain dengan mobil yang dia bawa. "Kay, jangan dimasukkan mulut, Nak."
"Ya gampanglah itu. Lagian jodohnya belum datang. Trauma juga sih. Takut cintaku bertepuk sebelah tangan lagi."
Reres mengalihkan pandangan ke jendela. Ia paham maksud Brian. Mungkin Brian takut salah memilih lagi seperti sebelumnya.
Tak sampai sepuluh menit, Nay sudah keluar. Ia berlari begitu melihat Maminya menggendong Kay. Bocah perempuan itu sangat senang dan memperlihatkan hasil pekerjaannya hari ini. Reres menanggapi dengan antusias.
"Waoww menempel Kakak bagus banget."
"Iya, dong. Diajari Ibu gulu."
"Karena Kakak pinter. Hari ini Kakak boleh makan es krim sepuasnya."
"Yeaaayyyy." Nay berteriak senang sambil memutar tubuhnya. Mengikuti Reres masuk mobil. "Lho Om Bii."
"Hei, Girl. Nanti kita happy happy ya."
Mobil membelah jalanan menuju kafe yang akan di promosikan oleh Reres. Jadi, rencananya selain live, Reres juga akan memposting foto di sosmednya. Benar saja, Wawan sudah sampai dengan beberapa menu yang sudah tersaji di meja. Ada begitu banyak menu andalan mereka dari croffle, choco hazelnut, mille crepe, brownies pamer dan matcha cake. Semuanya serba manis.
"Waooww," seru Brian, Reres dan Nay bersamaan. Mereka terkejut karena di meja sudah terdapat banyak hidangan.
"Ini untuk dicicipi. Yang mau dipromosikan belum datang. Ayo dimakan," ajak Wawan yang disambut penuh suka cita oleh lainnya.
Selama Reres dan Wawan bekerja, Brian bermain dengan Kay dan Nay yang memang ada beberapa spot foto dan playground yang tak begitu luas tapi membuat Brian kewalahan. Pria itu sangat senang bisa bermain dengan anak Reres. Bahkan tak membiarkan kedua bocah itu mengganggu Maminya supaya cepat selesai. Terbukti, dalam waktu dua jam mereka sudah selesai. Shooting oleh Wawan dan Foto oleh Brian. Semua selesai lebih cepat karena kerja sama mereka.
"Makasih, Bri. Lo udah baik banget hari ini," ujar Reres tulus. Membawa Kay dalam gendongan.
"Gue juga senang dapat bonus banyak. Lumayan buat isi dompet yang mau sekarat karena akhir bulan," kata Brian sambil terkekeh.
"Dan makanan gratis kesukaan Lo, ye kan?" tanya Reres yang sudah tahu betul dengan watak temannya itu.
"Hei, itu bukan gratis. Dibayar sama kelelahan gue karena mengasuh dua balita," seloroh Brian tak terima.
"Pokoknya makasih banget. Jangan bosan kalau kerja sama gue," ucap Reres.
"Oke. Bye, Kay, Nay." Brian mengucapkan salam kemudian ia melangkahkan kaki untuk segera pulang. Hari ini memang melelahkan, tetapi juga menyenangkan karena hal-hal baru selalu ia dapatkan saat bekerja.
***
BAB 9
Malam harinya Saga baru pulang ke rumah. Dia pulang masih dalam keadaan kesal karna kesal dengan ucapan Jimmy tentang istrinya. Teringat lagi karena Jimmy tadi menghubungi dan meminta maaf.
Saga menarik napasnya sebelum masuk ke dalam. Dia tidak mau kekesalannya membawa keributan dalam rumah tangganya. "Love aku pulang," ucap Saga langsung masuk ke dalam karna pintu depan tidak terkunci.
"Bee kamu sudah pulang," ucap Reres yang sedang membantu anaknya mengerjakan pr di ruang tengah.
"Ya. Kalian belum tidur? Kok pintu depan enggak di kunci?" tanya Saga lagi.
"Tadi kayaknya Ani Ke luar sebentar mau beli sesuatu ke warung katanya," ucap Reres lalu membawa tas suaminya. "Kamu mandi dulu sana, nanti aku siapin makan malam untuk kamu Bee. Kamu belum makan 'kan?" tanya Reres membuka jas suaminya Dan membawa tas suaminya.
"Belum sayang. Kamu sama anak-anak udah makan?" tanya Saga sambil merangkul sang istri dan mengecup pipi Reres.
"Udah kok."
"Yaudah kalau gitu. Kamu lanjut ngajarin anak-anak dulu enggak apa-apa Love. Aku mau mandi baru makan malam."
"Oke Bee," ucap Reres. Saga pun tersenyum mengecup singkat kening istrinya lalu dia ke kamarnya untuk mandi. Dia butuh menyegarkan pikirannya karna ucapan Jimmy yang kurang ajar tentang istrinya.
Sedangkan, Reres menaruh jas Dan tas suaminya di kursi. Ia lalu berjalan menghampiri kedua buah hatinya yang tengah sibuk.
"Nay, Kay Mami siapin makan malam untuk Yayah dulu ya, nak. Mbok nitip anak-anak dulu ya," ucap Reres kepada kedua anaknya.
Mbok Mar adalah pelayan dari rumah Reres dan ia juga yang menjaga Reres sejak kecil. Kini wanita tua itu menjaga kedua anak Reres.
"Iya neng," sahut mbok Mar.
"Oke mami," jawab Nay. Reres menuju ke belakang untuk menyiapkan makanan untuk suaminya.
Sampai di dapur dia mengeluarkan makanan yang tadi untuk dihangatkan lagi. "Bu biar saya saja yang menyiapkan makan untuk bapak," ucap Ani yang baru saja tiba.
"Enggak usah Mbak. Aku aja. Lagian cuma angetin aja. Ini sudah jam kamu istirahat lebih baik kamu istirahat," ucap Reres. Dia tidak mau Ani terlalu lelah karena seharian membantu menjaga Kay. Memang itu pekerjaannya, tapi bagaimana pun mereka juga perlu istirahat. Jadi, dia akan mengerjakan sendiri apabila jam kerja pembantunya sudah selesai.
"Baik, Bu. Saya permisi." Ani pamit.
Reres mengangguk lantas pembantunya berlalu Dari sana. Reres menyiapkan semuanya. Setelah selesai dia menutupnya lagi. Dan kembali ke anak-anaknya.
"Yayah belum turun juga?" tanya Reres saat anak-anaknya menonton tv.
"Belum Mi," sahut Nay.
"Nay kenapa nonton tv? Emangnya sudah selesai tugas gambarnya?" tanya Reres lagi.
"Sudah, Mi. Tinggal dicek saja," ucap Nay. Reres melihat tugas Nay. Lalu membiarkan putrinya menonton tv.
"Kalian nonton apa seru banget?" tanya Saga menghampiri Nay yang fokus bersama Kay menonton kartun kesukaan mereka. Tidak lupa Saga memeluk dan mencium Nay, juga Kay sangat akrab dan penuh kasih sayang. Reres yang melihatnya tersenyum.
"Makan dulu yuk," ajak Reres.
"Sama kamu ya Love?" Sava meminta dan Reres anggukan kepalanya.
"Nay kalau udah jam 9 bobo ya?"
"Iya,mi."
Reres sengaja meninggalkan putrinya menonton televisi untuk sedikit mendapatkan hiburan. Lagipula Nay sudah mengerti jadwal sehari-harinya Jadi ia tak perlu lagi diingatkan untuk tidur.
Saga dan Reres berjalan ketika Sampai di ruang makan, Reres segera menyiapkan makan untuk suaminya. Saga sudah duduk di kursi sambil minum teh buatan istrinya.
"Hari ini kerjaan kamu banyak?" tanya Saga basa-basi sambil menunggu Reres menyidiakan makanannya.
"Ya enggak juga kayak biasa. Ni makan dulu kamu bee," ucap Reres menyodorkan piring beserta isinya.
"Iya. Kamu enggak mau makan?" tanya Saga lagi.
"Enggak, Bee. Badan aku aja udah segede gini masa mau terus makan malam," ucap Reres menunjukkan berat badannya yang tidak juga menunjukkan tanda-tanda penurunan.
"Yaudah yang penting kan kamu sehat. Yaudah aku makan dulu. Kamu bener udah makan kan?" tanya Saga lagi.
"Udah sayang...." Reres menjawab.
Saga mengangguk lantas makan-makanan yang sudah disiapkan istrinya. Malam ini keduanya tak berbicara cukup banyak. Reres tahu kalau Saga sedang kesal dan entah apa alasannya. Wanita itu berniat untuk bertanya kepada suaminya nanti ketika mereka sudah berada di tempat tidur. Mungkin saja saat itu perasaan Saga sudah lebih baik.
Sampai di kamar, Reres membersihkan wajahnya lebih dulu. Tentu saja Ia juga mengenakan produk kesukaannya belakangan. Belakangan wajahnya benar-benar menjadi lebih cerah, Glazed Skin. Reres belakangan juga sudah mencari tahu mengenai info produk ini. Karena produk yang ia kenakan sekarang itu sudah terjamin halal sudah BPOM. Susah pasti hal itu membuatnya tidak ragu untuk menggunakan.
Sedangkan, Saga masuk ke kamar mandi. Setelah selesai Saga kembali ke jalan menghampiri sang istri yang tengah sibuk menggunakan Skin care.
Reres memutar tubuhnya kemudian menatap ke arah Saga. "Kamu belakangan merhatiin muka aku nggak sih?"
Saga mendekatkan wajahnya sehingga terlihat dekat sekali dengan Reres. "Muka kamu Licin banget enak buat dicium." kata pria itu kemudian segera mencium pipi sang istri.
"Aku habis ganti Skin care deh, waktu hamil Kay muka aku jelek banget kan? Ternyata ada produk yang aman buat ibu hamil dan menyusui dong," kata Reres seraya menunjukkan botol serum pada Saga.
Saga memerhatikan botol berwarna keemasan yang terlihat mewah. "Ini pasti mahal banget ya? Dari botolnya aja kelihatan mahal dan elegan banget banget."
Reres gelengkan kepala. " Ini yang ngebantu aku buat ngilangin tekstur di muka aku yang bolong-bolong. Dan harganya murah banget lho, dibanding Skin care aku yang sebelumnya."
"Good aku suka kamu makin cantik, aku bisa make juga?" tanya Saga antusias.
"Bisa sayang," kata Reres.
Ia langsung mempersilahkan sang suami duduk di kursi riasnya dan mulai mentreatment sang suami. Saga kemudian merasakan sensasi kulitnya yang lebih segar dan juga elastis setelah pemakaian pertama kali.
"Seger banget." Saga berkata.
"Besok-besok biar aku treatment Kamu setiap hari. Tapi kamu harus beliin aku paket lengkapnya." Tentu saja Reres tak lupa meminta Saga untuk membelikan untuk dirinya.
Setelah selesai melakukan treatment untuk Saga kemudian keduanya segera melangkahkan kakinya menuju tempat tidur untuk beristirahat.
"Gimana kerja kamu hari ini, sayang?" tanya Reres seraya merebahkan tubuhnya ke dalam pelukan sang suami.
"Sejak kemarin sebenernya aku bete dan kesal banget sumpah."
"Kenapa?" tanya Reres sambil melihat Saga.
"Kemarin aku mau ads kerjasama sama Jimmy masalah makanan sehat. Kita ketemuan di caffe buat bahas tapi akhirnya kerjasamanya aku batalin," ucap Saga.
"Loh kenapa?" tanya Reres lagi.
"Aku udah jelasin kerjasama kita tentang makanan sehat tapi dia malah judge kamu gendut ya aku enggak terimalah. Makanya aku langsung batalin kerjasama kita." Reres yang mendengar itu tersenyum Dan menengok ke arah Saga.
"Dia bilang aku gendut?" tanya Reres lagi.
"Iya, dia bilang aku enggak ngatur pola makan kamu. Padahal, aku tahu tentang makanan sehat. Lagian, dia tahu apa sih soal kamu love?" ucap Saga yang kebawa kesal mengingat tadi.
"Ya Sudahlah, Bee. Kalau dia ngomong gitu kan emang bener karna aku gendut juga jadi ya enggak masalah kalau untuk aku," jawab Reres lagi ia sudah tak peduli. Mereka tak tau usahanya untuk menguruskan tubuhnya.
"Ya menurut aku itu masalah, Love. Aku ga terimalah istri aku dikatain kayak gitu."
Reres tersenyum dia senang karena Saga membelanya. Tapi, apa yang diucapkan Jimmy juga tidak sepenuhnya salah kalau dia memang gendut. Yang ada saat ini Reres yang harus berfikir untuk menjaga nama baik suaminya. Dia harus lebih memperhatikan tubuhnya walaupun sulit.
"Udahlah, Bee. Nanti aku bakal diet lagi ya. Biar kejadian ini enggak terulang lagi Dan bikin kamu malu."
"Aku enggak malu, Love enggak pernah malu. Aku sayang banget sama kamu. Gimanapun bentuk tubuh kamu. Aku tetep cinta sama kamu, karna kamu istri Dan Ibu untuk anak-anak aku." Reres tersenyum mendengar ucapan Saga yang menurutnya Manis itu.
***.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
