
Sebagai penulis novel erotis Ben tak pernah berpikir menikah. Ia menikmati kehidupan lajangnya.
Pernikahan baginya jauh panggang dari api kalau mengingat latar profesinya yang tak mendukung untuk bisa mendapat restu.
Sebagai anak pejabat kehidupan tak mudah bagi Edna. Terutama belakangan ini dimana pejabat tengah menjadi sorotan sumber harta kekayaannya.
Pemberitaan yang gencar memaksa keluarganya pindah ke perkampungan padat penduduk demi menghindari netijen julid...
‘Tangan pria itu memilin pada titik-titik yang memantik gairahnya. Membuatnya menegang hingga lenguhan terlepas…’
Baru sebaris, belum juga selesai satu paragraph. Konsentrasinya sudah dikacaukan oleh ketukan pintu di depan rumahnya.
Malam begini entah siapa yang datang? Sudah lewat Isya seharusnya bukan lagi jam bertamu.
Ayahnya sudah tidur setelah menyuntik insulin. Diabetes melitus yang membutuhkan biaya tak sedikit untuk pengobatannya.
Dua kakak perempuan Ben sudah menikah, tidak bekerja, hanya mengandalkan pemasukan dari suami yang kita semua tahu dimana-mana suami selalu memprioritaskan pada orang tua bukan mertua.
Jadi sebagai bungsu dan anak laki-laki satu-satunya tugas Ben yang merawat ayahnya. Tak mudah awalnya, dia sarjana informatika, pernah mengenyam pekerjaan sebagai guru honorer yang gajinya tak seberapa. Lalu merubah haluan menjadi penulis fiksi online.
Mulanya merintis karir dengan taste fiksi cetak ; narasi ciamik, diksi nyastra, plot dan alur dibuat sesempurna mungkin demi mengejar dollar di platform asing. Tapi ternyata yang begini sepi pembaca, penghasilan prihatin, dan lisensi menjadi hak milik aplikasi yang mana karya penulis bisa dijual ke pihak ketiga tanpa penulis mendapat tambahan penghasilan.
Benar-benar kerugian besar menghasilkan master piece di industri penulisan online yang regulasinya belum jelas.
Ben lalu mempelajari ulang kolamnya, mencari apa yang laku dijual. Dan dari hasil pengamatan novel erotis menduduki peringkat pertama yang paling digemari sebagai bacaan. Sisanya novel drama rumah tangga yang belakangan banyak di alih wahana ke webseri dan film.
Ben sama sekali tak tertarik menulis drama rumtang, Ia tak punya pengalaman. Selain itu drama rumtang yang laku kebanyakan perselingkuhan dan KDRT. Toxic menurutnya menulis cerita seperti ini. Lebih aman menulis novel erotis yang tinggal membuat racikan bucin level dewa dan menambahkan micin delapan belas plus dengan tingkat pembakaran medium well. Bukan well done yang dikhawatirkan menimbulkan kecanduan pembaca akan konten ah uh ah uh.
KLIK! Ben membuka pintu rumahnya.
“Malam Mas.” seorang pria paruh baya berdiri di hadapannya.
“Maaf, bapaknya cari siapa?” Ben kenal semua tetangganya. Ben juga kenal semua teman pensiunan ayahnya. Dan pria ini jelas bukan tetangga atau teman ayahnya karena Ben tak mengenalinya.
“Saya mau bertemu pemilik rumah.” Pria tua itu menyampaikan.
“Bapak saya sudah tidur. Maaf ada keperluan apa?”
“Saya Wahono. Datang kemari karena tertarik ingin membeli rumah ini.”
Ben mengernyit heran “Sepertinya ada salah informasi. Rumah ini tidak pernah ada rencana dijual.”
Mau dimana Ia dan ayahnya tinggal kalau rumah mereka dijual? Ngontrak? Ketemu lingkungan baru. Belum lagi bakal capek pindahan. Ben tak akan sudi.
“Baiklah. Tapi kalau Masnya berubah pikiran bisa hubungi saya.” pria bernama Wahono itu meninggalkan kartu nama.
“Permisi.”
Ben hanya membalas dengan anggukan saat pria tua itu kembali ke mobilnya dan mengemudi pergi.
Ben membaca nama yang tertera berikut jabatannya.
“Pantas.” Ben menggumam sambil menutup pintu kembali dari dalam.
Dari kartu namanya terbaca jabatan Wahono di kantor pemerintah yang sepertinya tengah panik-paniknya dengan pemberitaan belakangan ini.
Sejak kasus flexing anak pejabat pamer harta, semua pejabat di sorot. Mereka menutup akun social media pribadi dan seluruh anggota keluarganya. para pejabat mulai disibukkan dengan citra yang coba dibangun. Sederhana, merakyat dan membumi.
Sibuk mencari kediaman baru hingga malam-malam begini menyambangi rumahnya yang terletak di perkampungan padat penduduk Cipinang. Bukan lokasi elit untuk pejabat tinggal secara rumahnya bersebelahan dengan sungai.
Benar-benar mereka sudah seperti lagu Ahmad Albar ketika dalam keadaan panik ‘Dunia ini, panggung sandiwara / ceritanya mudah berubah…’
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
