Bagian 1: Kenalan tipis-tipis sama Puisi

1
0
Deskripsi

Sebelum belajar nulis puisi, boleh dong kita kenalan sama puisi. Dibahas secara singkat di bagian ini.

Biasanya kita mengenal puisi dengan susunan kata-kata yang pakai bahasa yang penuh kiasan dan hiperbola. Padahal pakai kata-kata biasa juga bisa. Cuma mungkin susunannya macem-macem dan bikin kita yang ngebaca itu bisa ngeartiin dengan berbagai makna.

Ini sederhananya saja. Menurut KBBI, puisi bisa berarti "ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait", atau "gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman hidup dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus", atau juga "sajak". 

Puisi juga bisa dimaknai sebagai "karya imajinatif yang fungsi estetiknya (nilai seni) lebih dominan", karena memang bukan sekadar susunan kata, tapi ada seni tersirat di sebuah puisi. Bisa juga diartikan sebagai "kata-kata yang terindah dalam susunan terindah", juga "hasil pemikiran yang bersifat musikal". Pokoknya banyak dah cara mengartikan puisi. Tapi intinya udah paham, kan? Soalnya kita juga sering banget lihat puisi, atau kata-kata yang PUITIS gitu ga sih? 

Dan memang bener, puisi tuh kata-katanya dipikirkan dengan serius sampai indah dibaca dan dideklamasikan. Bukan hanya soal rima yang sama, tapi penggambarannya juga memancarkan keindahan. Coba cek puisi almarhum Sapardi Joko Damono di bawah ini, puisi yang terkenal dan pasti anda pernah dengar. Puisi dengan tajuk "Hujan Bulan Juni"

.....
Hujan Bulan Juni
Oleh: Sapardi Djoko Damono

Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu
.....

Dengan baca dalam hati aja, kita bisa merasakan keindahannya. Padahal sesederhana menggambarkan hujan di Bulan Juni, tapi maknanya bisa dalem banget. Emosinya juga ngena. Bahkan pembaca bisa mengartikannya dengan ragam cara. 

Dan, kabar baiknya, sebenarnya anda pun juga bisa melakukannya! Asal mau pelan-pelan belajar dan mau melakukannya aja, hehe. Yuk, lanjut...

Tapi tapi tapi, puisi, dari masa ke masa, mengalami perkembangan dan semakin beragam bentuk tulisannya karena selera dan makna keindahan orang-orang juga semakin berkembang dan bervariasi. 

Di bawah ini, ada beberapa contoh puisi yang kita sendiri bahkan nggak kepikiran ada bentuk puisi seperti demikian.

Puisi pertama adalah Tragedi Winka dan Sihka

Puisi kedua adalah Dinding Dingin

Puisi ketiga adalah Kotak Sembilan

Semuanya ada di internet, googling aja.

post-image-663cdd11bc3d9.jpeg
Puisi Tragedi Winka dan Sihka

 

 

post-image-663cdd4019fcf.jpg
Puisi Dinding Dingin

 

 

post-image-663cdd588a103.png
Puisi Kotak Sembilan

Kalau puisi ketiga hanyalah gambar kotak, ya memang demikian, hehe. Soal pemaknaannya, monggo, mangga, silahkan diinterpretasi sendiri. Coba cek di google juga aja.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Bagian 2: Perkembangan dan Kesederhanaan Puisi
0
0
Puisi ternyata udah berubah-ubah bentuk, pola dan ragamnya. Penjelasan singkatnya, ada di sini!
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan