Idol life: Lover? (Bluesy Oneshoot)

51
8
Deskripsi

Warning!

  • 100% Fiksi
  • Tidak ada kaitan apapun dengan kehidupan face claim! sekali lagi ini FIKSI AY!
  • Pict from pinterest and cr to the real owner
  • Lilbit mature ya ay, lillllbittt!
  • Sowwry for typo ya ayang
  • Aku udah bikin sedikit cuplikan chat mereka tentang oneshoot ini di wp Pottery chapter “Pacaran?” ini versi lengkapnya
post-image-6543bb3992e28.jpeg
post-image-6543bb3992a13.jpeg

 

Btw ini cerita aku post sekalian mau curhat!

post-image-6543d78228cd9.jpg
post-image-6543d78235b0e.jpg

 

STOP DM GUE BEGITUAN BJIR SEREM! mending kalian nggak usah baca/beli cerita disini. Leave bluesy alone lah.

Buat yang req cerita ke gue minta...

WARNING!

INI F I K S I !

FIKSI!

**

Lover?

Suasana parkiran basement dorm aespa malam ini terlihat sepi, hanya ada beberapa kendaraan yang terparkir disini. Jeno menjadi salah satunya. Lelaki itu menunggu di dalam mobil dengan jaket dan masker yang masih ia pakai dengan rapat, berjaga-jaga jika ada kamera yang mengintai dirinya.

Jangan ditanya kenapa ia bisa berada disana, tentu saja untuk menjemput kekasihnya yang baru saja kembali dari tour luar negeri. Siapa dia? Karina. 

Memangnya siapa lagi gadis yang mampu membuat lelaki tampan itu kehilangan kendali diatas panggung jika bukan Karina. Ia sampai sekarang malu sendiri melihat videonya memutar kepala demi menatap kekasihnya itu diatas panggung. 

Chenle bahkan masih sering menggodanya sampai sekarang. Lelaki China itu selalu berucap, “Aku tau Jimin noona cantik, tapi jangan bucin diatas panggung juga hyung. Lihat siapa yang kau toleh sampai berputar seperti ini, wahhh bahkan Mark dan Yunho hyung saja tidak menoleh kearahmu. Ini jelas sekali Lee bucin Jeno.”

Bagaimana respon Jeno? Tentu saja ia malu dan salah tingkah. Tapi tidak apa, asalkan itu Karina. Maka Jeno tidak keberatan. Lagipula pada kenyataannya ia memang menjadi budak cinta seorang Yu Jimin sejak setahun yang lalu.

Kembali lagi ke basement dorm aespa, Jeno masih setia menunggu. Tatapan matanya tidak beralih dari pintu lift yang memang tersedia disini, jari tangannya mengetuk-ngetuk stir mobil mewahnya.

Tidak lama, pintu lift itu terbuka menampakkan wanita cantik dengan balutan tanktop hitam yang dilapisi jaket jeans biru keluar dari sana. Si cantik juga terlihat memakai masker dengan rapat serta membawa beberapa paperbag di tangannya.

Jeno menoleh ketika pintu samping mobilnya dibuka dari luar, “Haii ganteng!” sapa kekasih cantiknya saat berhasil membuka mobil.

“Lohh kok diem? Nggak mau nyapa balik?” Tanya Karina saat melihat Jeno hanya menatapnya diam, mengabaikan sapaanya tadi.

Masih belum mau menjawab, Jeno hanya diam menunggu Karina selesai dengan urusannya menaruh segala perintilan yang ia bawa ke kursi belakang.

“Udah, ayo kenapa masih diem sih? Kamu mabok ya?” Karina sekali lagi bertanya, lama-lama ia merinding ketika lelaki didepannya hanya diam sambil tersenyum menatapnya. 

Namun bukannya menjawab, Jeno malah mengulurkan tangan untuk mematikan lampu mobil yang sedari tadi menyala saat ia menunggu Karina. Lelaki itu kemudian meraih pinggang Karina untuk dipeluk erat, “Kangen banget sayang, kamu diemin aku lama banget.”

“Astaga lama gimana, cuma 2 hari. Habis itu juga tiap hari kita facetime sama telfonan.” Meskipun heran, tak urung ia juga membalas pelukan erat Jeno. Ia juga merindukan kekasih tampannya itu meskipun tidak selebay Jeno.

“2 hari itu lama.”

Karina tidak menjawab, ia hanya menepuk-nepuk bahu dan punggung Jeno. Kekasihnya inu dikenal dingin dan pendiam oleh orang-orang yang tidak begitu dekat dengannya, itu juga yang Karina rasakan saat pertama kali mereka berkenalan. Namun lihat sekarang, Lee Jeno yang ini menjadi seseorang yang sangat manja dan lebay.

“Ini jadi ke apart kamu engga sih? Apa mau pelukan aja disini sampe pagi?” Tanya Karina pada akhirnya, pasalnya setelah beberapa lama belum ada tanda-tanda Jeno akan melepaskan pelukannya.

Yang diajak bicara masih diam. Jika kalian bisa melihat atau bertanya pada member grupnya, pasti semuanya akan kompak menjawab jika love language Jeno itu adalah Physical touch dan Act of service. Lelaki itu tidak bisa banyak bicara atau mengungkapkan perasaannya lewat kata-kata.

Beberapa menit kemudian Jeno akhirnya melepaskan pelukannya, namun tangannya masih melingkar erat pada pinggang Karina. Ia menatap wanitanya sebentar kemudian mendekatkan bibir keduanya. Hanya kecupan singkat dengan masih mengenakan masker masing-masing.

“Mau cium dulu bentar bisa nggak sih?” Tanya Jeno asal. Matanya melirik sekitar basement yang terlihat sangat sepi dan sunyi, sepertinya aman untuk mencium kekasihnya sebentar. Kalau keciduk juga tinggal suruh SM bayar saja nanti.

“Nanti aja aishhhh.” Karina mendorong dada kekasihnya menjauh.

“Bentar aja babe sumpah.” Jeno masih mencoba merayu.

Karina menggeleng kuat, “Enggak! Bentar apanya emang bisa apa bentar kalo udah nempel itu bibir. Udah ayo jalan dulu."

Jeno memberengut kesal, merasa ditolak. Dengan cepat ia melepaskan pelukannya pada Karina, kemudian memakai seatbeltnya kasar.

“Astaga marah?” Karina menahan diri agar tidak tertawa, “Beneran marah?”

Jeno tidak menjawab, ia malah menyalakan mobilnya dan siap untuk berangkat.

Karina tertawa, “Hahaha ya ampun ganteng, udah sini-sini deh cium dulu. Aduhh pacarku marahhh. Muah! Muah! Muahhhhh!" Ia meraih leher Jeno kemudian menurunkan masker keduanya, memberikan ciuman pada seluruh wajah kekasihnya diakhiri kecupan panjang pada bibirnya.

“Udah tuhh buat dp nanti di apart sepuas kamu deh janji.” 

“Oke deal jangan minta berhenti nanti ya!” Akhirnya bayi besar itu mengemudikan mobil dengan senyuman lebar, tidak lupa tangannya yang sesekali meraih jemari Karina untuk dikecup atau mengelus kaki panjang wanitanya itu.

~~

post-image-6543ef03026fa.jpg

Apartement Jeno terletak di salah satu wilayah pusat kota. Namun tidak lupa ia memilih area yang cukup privat agar semua privasinya tetap terjaga dengan baik, mengingat tidak hanya dirinya yang sering kesini tapi juga kekasih dan keluarganya.

Karina berjalan ke pantry, melihat adakah bahan makanan yang bisa ia masak dari dalam kulkas. “Kulkasnya kok kosong? Kamu makan instan terus ya?”

“Oh ya? Aku kan di dorm babe selama kamu belum balik.”

“Terus ini kita makan apa?”

Jeno merebahkan tubuhnya diatas sofa ruang tv, “Pesen aja lah nanti, sini dulu deh kamu nggak kangen apa.” Ucapnya menepuk sofa kosong disampingnya. Meminta Karina untuk duduk disana.

Wanita itu menurut, menutup pintu kulkas kemudian berjalan ke arah Jeno sambil membawa segelas air. Sesaat setelah duduk diatas sofa, lelaki disampingnya sudah kembali merangkul pinggangnya untuk dipeluk erat.

“Gimana konsernya?” Jeno membuka pembicaraan, sambil terus memeluknya.

Karina menoleh semangat, “Seruuu, tau gak sih bahasa inggrisku makin bagus. Terus aespa ada beberapa sced juga disana selain konser nanti kamu liat ya. Oh iyaa kemarin sempet ketemu wayv juga, sama aku juga dapet temen Jepang baru buat Aeri pas main ke disneyland. Terus lagiii aku ada banyak rekomendasi tempat wisata baru disana, lain kali kita harus liburan kesana bareng ya ganteng.” Wanita itu bercerita dengan antusias sedangkan Jeno menjadi pendengar yang baik sambil terus menatap kekasih cantiknya.

“Selamat ya cantik. Makasih buat kerja kerasnya, kamu keren. Pacarku keren.” Kata itu keluar bersama kecupan hangat yang diberikan pada sisi kepala sang wanita.

Karina tersenyum hangat, membalas pelukan kekasihnya tidak kalah erat. Jeno, meskipun orang-orang bilang lelaki itu sulit mengungkapkan perasaan dengan kata-kata manis. Tapi bagi Karina semua yang Jeno ucapkan sangat manis, meskipun singkat tapi terasa sangat dalam. Ia suka itu.

Selain keluarganya, Jeno adalah sosok yang tidak pernah lupa mengapresiasi semua kerja kerasnya. Tidak pernah lupa mengucapkan terimakasih, selamat, dan pujian seperti tadi.

Sederhana tapi Karina sangat menantikanya.

“Naik sini.” Jeno meraih wanita disampingnya untuk duduk diatas pangkuannya. “Malem ini netflik mau?” Lanjutnya bertanya.

Karina menyamankan posisinya pada pangkuan sang kekasih, “Mau. Tapi beliin donat dulu.” Jawabnya manja.

“Mau isi berapa?” Tanya Jeno lagi dengan tangan meraih ponselnya di saku celana.

“Dua belas. Glaze semua.”

“Berati ini nanti netflixnya bonus chill ya babe?” Jeno mencoba peruntungan.

Karina berpikir sejenak sebelum kemudian mengangguk santai, “Boleh. Aku kangen kamu juga hihihi.” Jawabnya dengan bisikan menggoda ditelingga kekasihnya.

“Wahhh nantangin nih cewek.”

“Kenapa? Lo takut?” Bukannya takut Karina justru semakin berani.

“Gue? Takut? Kita liat nanti lah babe." Jeno memasukkan tangannya ke dalam tanktop Karina dan membelainya lembut. Membuat Karina menahan nafasnya. “Baru gitu aja udah tegang sok-sokan nantangin nih cewek." Cibirnya kemudian.

“Ihhhh tangan kamu dingin aku kaget!” Ucap Karina kesal. Wanita itu bangkit dari pangkuan Jeno kemudian meraih paperbag yang tadi ia bawa.

“Itu apa?” Tanya Jeno penasaran.

Karina mengeluarkan isi dari dalam paperbag itu, “Kotak musik buat mama kamu satu buat mama aku satu. Aku beliin mereka kembaran. Kira-kira mama kamu suka nggak?” Ia menunjukkan satu kotak musik berwarna putih yang sangat cantik.

“Suka lah, kamu gak bawain apa-apa aja mama suka.”

Karina tersenyum senang, “Ini buat kakak kamu, parfum wangi banget terus tempatnya cantik. Sama juga ini kaya punya kakak aku. Kalo buat para Ayah aku bawain kopi sama teh.”

“Buat aku mana?”

Karina diam sejenak, “Emang kamu mau apa?Kamu kan udah sering kesana?”

“Kamu gak bawain apa-apa buat aku babe?” Tanya Jeno kaget. Kekasihnya mengingat untuk membeli hadiah keluarganya namun tidak dengan dirinya. Wtf!

“Kamu kan lebih suka aku daripada hadiah. Iya kan?” Jangan lupakan jika Karina adalah manusia yang paling pintar flirting. Pada fansnya saja begitu lihai apalagi pada kekasihnya yang super tampan.

Jeno menyeringai senang, “Berati buat aku hadiahnya kamu sendiri?”

Karina mengangguk dengan senyuman jahil. Jangan dikira ia tidak punya hadiah untuk Jeno. Tentu saja ia punya.

“Yaudah sini lagi aku mau buka hadiahnya.”

Karina menggeleng, “NANTI! Aku laper kita makan dulu!” Wanita itu berjalan menghampiri Jeno yang masih setia duduk diatas sofa, “Kalo aku lemes terus gak bisa ngimbangin kamu gimana?” Lanjutnya dengan bisikan sensual sebelum berlalu ke dalam kamar. 

Jeno semakin menyeringai puas, malam ini mungkin akan menjadi malam yang panjang. Aahhh ia sudah tidak sabar…

~~

post-image-6543eeb858212.jpg

Jeno melotot takjub melihat tatto baru pada pinggul kekasihnya. 

Keduanya sudah selesai makan dan menonton satu serial netflik, namun Karina bahkan sudah tidak sempat meraih donat kesukaannya. Karena Jeno dengan terburu-buru menarik dirinya ke dalam kamar.

“Damn! Babe itu asli?” Tanya Jeno kaget.

“Menurut kamu gimana?cantik nggak?” Karina balik bertanya. 

Wanita itu kini berada di depan cermin, setelah Jeno menyerangnya dengan ciuman panas Karina tiba-tiba menghentikannya dan menunjukkan satu hal yang sukses membuat lelaki itu melotot takjub. Wanitanya semakin panas dengan tato kecil pada pinggul rampingnya, sempurna.

“Masih bisa nanya kamu? Itu sakit kan babe?" Jeno masih setia dengan keterkejutannya.

“Hahahaa.. kamu kenapa siii. Engga lah ini sebulan juga ilang, aku belum berani tato beneran. Tapi keren gak sih kalo aku punya beneran?”

Jeno menghembuskan nafas lega, membayangkan kekasihnya kesakitan sendirian saat jarum tato itu menggores kulitnya membuat ia takut sendiri, “Kalo mau buat barengan aja, kita bikin couple. Wah keren tuh.”

“Iya habis itu trending worldwide Jeno Karina dan tatto couplenya. Nambah kerjaan deh si pink.” Ucap Karina mencibir. Ia kembali mengingat momen kolaborasi mereka yang menjadikan nama couple keduanya trending worldwide dan membuat heboh seluruh agensi. Mereka tidak menyangka responya akan seberpengaruh itu.

Padahal seingatnya itu bukan pertama kalinya Jeno punya kolaborasi dengan idol wanita, bahkan dengan member aespa yang lain juga sudah pernah. Namun responnya tidak sebesar seperti saat Jeno dan Karina. Entahlah mengapa bisa seperti itu.

Jangan salah kolaborasi itu hal yang paling indah untuk keduanya, Jeno bahkan sampai mengabadikan momen itu khusus pada Instagram pribadinya. Padahal sebelumnya ia bukan tipe yang suka membagikan momen kolaborasi.

Jeno tertawa pelan saat ikut mengingat momen menyenangkan itu, ia berjalan pelan menghampiri Karina sambil melepaskan kaos tipis yang masih ia kenakan. Lelaki itu memeluk wanitanya yang masih sibuk bercermin dari belakang. Menenggelamkan kepalanya pada ceruk leher sang wanita, menyesapnya pelan.

Karina merespon dengan elusan pelan pada lengan kekasihnya yang melingkar di pingang rampingnya. Ia semakin mendongak ketika Jeno menyesap lehernya semakin liar. 

“Ahhh” satu desahan lirih itu keluar bersamaan dengan remasan pelan pada dadanya.

“Mau yang santai apa yang panas?” Tanya Jeno dengan bisikan.

“Both.” Jawab Karina singkat. Wanita itu berbalik, mengalungkan tangannya pada leher kekasihnya mengecup bibirnya pelan.

Namun Jeno tidak akan cukup, mana bisa hanya dengan kecupan. Ia malah kembali menyerang bibir merah Karina. Menyesapnya dalam, bibirnya bermain dengan bibir bawah Karina. Jeno menggigit kecil bibir Karina membuat wanita itu memekik kaget, “Aah-”

Tidak mau kehilangan kesempatan, lelaki itu langsung melesakkan lidahnya masuk ke dalam mulut sang kekasih. Mengabsen isinya sisi demi sisi, ia semakin mendorong Karina bersandar pada kaca dibelakangnya. Memperdalam ciumannya. 

Karina memukul bahu Jeno sambil mendorongnya pelan, ia sudah kehabisan nafas.

Ciuman itu terlepas, untaian saliva panjang menjadi saksi bagaimana panasnya ciuman mereka. Keduanya masih menautkan dahi sambil mengatur kembali nafas yang terengah-engah.

Jeno tidak membiarkan Karina beristirahat lebih lama. Mereka bahkan belum sampai ke inti. Lelaki itu menarik Karina untuk ia rebahkan di ranjang, “Kelamaan nanti kamu keburu ngantuk!” Ucapnya random sambil melucuti kain yang tersisa pada tubuh kekasih dan dirinya sendiri.

Karina tidak bisa untuk tidak tertawa, melihat bagaimana grusa-grusu sang kekasih membuka celana jeansnya sendiri sambil mengerutu sebal.

“Aishhh ini kenapa kacingnya nyangkut gabisa dibuka.” Jeno menunduk melihat kancing celana jeansnya yang tidak bisa dilepas. Astaga kenapa semuanya mendadak menjadi masalah disuasana seperti ini.

“Sini-sini aku bukain. Orang kamu sambil kayak gitu bukanya ya mana bisa. Sini pelan aja bukanya, aduhh buru-buru amat. Aku nggak kabur sayang.” Ucap Karina pada akhirnya. 

Suasana yang tadinya sudah panas dan penuh gairah, kini tergantikan seketika karena tingkah lucu adik 12 harinya itu. Bibir yang mengerucut sebal sambil berdiri diatas lututnya tepat di depan Karina, meminta gadis itu untuk segera melepaskannya.

Sret..

Dengan mudah Karina melepasnya tanpa hambatan, “Nah kan bis- astaga!” Pekikan kaget itu reflek terdengar saat Jeno mendorongnya untuk berbaring.

Karina reflek meraih kepala Jeno saat lelaki itu menyerang dadanya kasar. Diremas, disesap, dimainkan sesuka hatinya.

“Angghh pelan-pelan astaga! Dibilang aku engga kabur!” Karina menahan desahanya yang hampir keluar bebas. 

“Udah basah belum?" Tanya Jeno random. Tangannya turun kebawah, menyentuh milih Karina pelan.

“Awhhh!” Karina terkejut saat merasakan satu jari masuk ke dalam dirinya.

“Sakit?” Jeno bertanya namun sama sekali tidak menghentikan gerakan tangannya.

“Ahh.. kaget sialan.” Wanita itu menjambak rambut Jeno sebal.

Jeno tertawa renyah, “Udah basah banget ini langsung aja deh.” Ia bersiap memasukan miliknya, mengurutnya pelan sebelum mengarahkannya pada milik Karina.

“Bentar-bentar pengaman kamu mana belum dipasang.” Karina menahan pergerakannya.

Jeno melirik sekitar mencari keberadaan jaketnya karena seingatnya ia menaruh itu pada kantong jaketnya.

“Jaketku mana?” Tanya Jeno pada wanita dibawahnya.

“Loh, tadi kamu lepas dimana?" Karina balik bertanya.

Jeno menggeleng, “Lupa! Nggak usah pake deh.”

“Nggak mauuuuu! Dulu kamu pernah telat cabut yaa bikin aku gak bisa tidur nyenyak hampir sebulan buat nunggu datang bulan! Ambil dulu sana."

 Wanita itu tertawa puas ketika Jeno berdiri dari posisinya, bisa ditebak jika jaketnya pasti dilepas di ruang tv.

“Sial ah besok-besok sebelum main siapin dulu semuanya tanggung banget ini dikit-dikit berhenti!” Sambil mengerutu lelaki telanjang itu keluar dari kamar.

Tidak lama pintu kamar itu kembali dibuka, Jeno kembali pada posisi awal memasukan miliknya pada Karina tanpa basa-basi.

“Anghhhh.. tumben pasang sendiri biasanya aku yang pasanginnghh” Karina mendesah pelan saat Jeno mulai bergerak didalamnya.

“Kelamaan duhh udah sebulan lebih nahan kangen. Siap-siap babe.."

“Ahhhhhh!!!” Pekikan itu terus terdengar seiring gerakan sang lelaki yang semakin cepat dan dalam.

Malam itu menjadi semakin panas. Mereka melakukannya di banyak tempat, baju celana bahkan sprei di kamar itu sudah tidak terpasang dengan baik. 

Keduanya terlalu lama menahan rindu. Jeno yang tidak mau berhenti dan Karina yang selalu memberikan respon baik. 

“Ahhhhhh…” desahan lega itu mengakhiri pergulatan keduanya. Jeno meraih selimut dibawah kakinya kemudian memeluk Karina erat diatas sofa. Terlalu lelah untuk kembali keatas ranjang.

“I love you. I love you sayang.” Ucapan itu selalu menjadi penutup sesi panas mereka. 

Karina tersenyum dengan mata terpenjam, “Love you to”

~~

Jam menunjukkan pukul 10 pagi namun pasangan itu masih terlelap diatas sofa. 

Suara gaduh diluar kamar sama sekali tidak mengganggu kenyamanan mereka berdua. Kamar itu bahkan masih gelap karena jendela masih tertutup korden dengan rapat.

Jeno hanya mengernyit pelan ketika mendengar pintu kamarnya dibuka lebar. Masih belum terganggu dan malah mengeratkan pelukannya pada Karina. 

Sedangkan sang wanita sendiri masih tertidur lelap.

Mereka seperti mengabaikan tatapan kaget dua wanita cantik yang baru saja membuka pintu. Melihat keadaan kamar yang membuat mereka tidak bisa berkata-kata.

“Wahhh badai apa ini ma?”

“ASTAGA JENOOOO KAMU APAIN ANAK GADIS ORANG! BANGUN KAMU ANAK NAKAL!"

Maka selanjutnya yang terjadi adalah Karina yang disayang-sayang kakak serta ibu Jeno mengucapkan maaf karena kelakuan Jeno. Sedangkan dirinya sendiri diberi tatapan mematikan karena dianggap menyerang Karina tidak manusiawi.

Bagaimana bisa menyimpulkan seperti itu? Bagaimana jika ia bilang wanita sok polos yang kini dipeluk ibunya itu menungangginya dengan ganas tadi malam. Ibunya mungkin akan sesak nafas saat itu juga. Wahhh Jeno sepertinya harus merekam momen mereka sebagai bukti!

 

END-

 

**

Selesai oneshoot pertama gue! Apa kalian mau versi lain? Soalnya gue kepikiran mau bikin versi karina yang barbar terus jenonya juga barbar jadinya pasangan barbar brutal. Kalo mood :(

Pottery update malem minggu ya ay!

Btw karna gue up ini disaat dunia lagi panas-panasnya isu Palestina dan isriwil si titisan iblis itu. Meskipun gue bukan islam, tapi gue ngerasa adem banget karena minggu kemaren di gereja gue ada selipan doa bersama buat kebaikan palestina💙.

Kalian jangan lupa selipin doa juga buat korban-korban disana ya guys, bantuan sembako dll mungkin susah masuk tapi doa itu pasti tetep tembus awkay?

Anjir berasa apaan gue habis curhat tentang shipper ngeselin, nulis wikwik, tiba-tiba ngajak kalian berdoa🤧

Gaoaoa ya ay…See youuuu!!!🫶🫶

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
#Bluesy
Selanjutnya JevaGa: First Time (Bluesy)
14
4
Warning!100% FiksiTidak ada kaitan apapun dengan kehidupan face claimPict from pinterest and cr to the real ownerContent dewasa (18+) “tolong untuk yang bawah umur ini bukan tempatmu, buat yang udah gede inget dosa”Sowwry for typo ya ayangVersi manusia yang malas mikir pw privatter ya cyank!link privatter buat yang ngga males mikir yahttps://privatter.net/p/10457354 (Jevano & Gauri) “Kamu sexy banget pakai ini sayang.” Jevan menyentuh bagian depan kancing baju Gauri, “Siapa yang ngajarin kamu nggak pake daleman? Damn babe itu bahaya banget.”“Tadi basah.” Gauri menahan nafasnya saat Jevan menyentuh kancing baju itu sambil melepasnya satu-persatu hingga dadanya terlihat jelas.Gadis itu tidak mencoba menahan apapun pergerakan Jevan. Lagi-lagi Gauri menyerahkan diri.“Pelan-pelan aja boleh nggak?”Jevan menatap gadisnya sambil menyeringai lebar, “Apanya yang pelan?” matanya sudah penuh dengan kabut nafsu.“Janganhh bikin tanda disitu nanti diliat yang lain.”“Terus dimana?” Jevan mengangkat kepalanya sebentar untuk menatap wajah gadisnya yang sudah berantakan.Gauri semakin berani menurunkan kemejanya hingga menggantung di tangan membuka dadanya semakin lebar di depan Jevan, “Disini biar ketutup.”“Ohh sialan babe, belajar darimana kamu hmm?“Ahhhh! Gauri terlonjak kaget merasakan jari itu masuk ke dalam miliknya.“Namanya fingering babe.” Bisik Jevan dengan suara berat, “Biasanya sebelum punyaku masuk diginiin dulu biar basah.”“Enak nggak kalo dimainin gini?”
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan