Idol life: Serendipity Love (Bluesy)

34
3
Deskripsi
  • 100% Fiksi
  • Fiksi
  • Fiksi
  • Tidak ada kaitan apapun dengan kehidupan face claim
  • Pict from pinterest and cr to the real owner
  • Lilbit maturee
  • Sowwry for typo ya ayang
post-image-657efea20bf38.jpeg
Jeno NCT & Karina aespa

Serendipity Love

“Lo jadian sama Karina?” Baru saja memasuki ruang rekaman, Jeno sudah ditodong pertanyaan mengejutkan dari teman se grupnya, Haechan.

“Apaan sih.” Jawabnya singkat kemudian meminta kertas berisikan lirik bagiannya pada produser.

Chenle berdecak sebal, “Ck, udah nyebar kali bang di gedung SM. Tau sendiri mereka paling nggak bisa kalo nggak gosip.”

“Nyebar apanya?” Tanya Jeno.

“Berita lo sama Karina lah, katanya nih. Lee Jeno sama Karina kalo ciuman nggak tau tempat, masak di pojok loker sih tadi malem. Gitu bang.” Kali ini si bungsu Jisung yang menjawab.

Wajah Jeno otomatis memerah mendengar ucapan Jisung, “Hoax banget.”

“Perlu cek cctv kah Jen?” Jaemin menaikkan alisnya menggoda.

“Udahlah jangan digodain mulu.” Mark membela adik kesayangannya, “Tapi minimal cerita lah gimana bisa tiba-tiba jadian?”

Renjun yang sejak tadi diam pun menoleh kaget, “Hah? Beneran jadian?”

“Kalo nggak jadian kenapa mereka ciuman bego.” Haechan menoyor kepala temannya itu gemas.

“Loh beneran ciuman?” Renjun semakin kaget.

Sebenarnya yang dikatakan mereka memang tidak sepenuhnya salah, ia dan Karina memang sudah resmi menjadi sepasang kekasih sejak beberapa bulan yang lalu. Namun untuk masalah ciuman, enak saja. Bukan begitu ceritanya, ia tidak mungkin mencium kekasihnya di dekat loker. Lebih baik langsung ke hotel.

Yang semalam itu hanya kecupan saja kok.

“Pantesan kalo di kamera kok canggung amat, taunya ada yang takut keciduk.” Jaemin sepertinya masih belum puas menggoda sahabatnya itu.

“Jadi sejak kapan jadian?” Produser yang sedari tadi menyimak obrolan mereka malah ikut penasaran, lagipula siapa yang tidak penasaran dengan hubungan 2 bintang SM Entertaiment. Jeno dan Karina adalah selebriti teratas yang setiap gerak-geriknya selalu menarik perhatian semua orang.

“Udah lama.” Jawab Jeno singkat, sejujurnya ia cukup tertutup tentang urusan pribadi bahkan pada teman satu grupnya pun ia tidak terpikir untuk berbagi cerita privasinya.

“Kok nggak cerita?” Ucap Haechan tidak terima.

"Ngapain juga gue cerita?

“Iya juga itu kan hubungan mereka. Tapi gue tetep penasaran gimana cara Lee Jeno deketin cewek, secara selama ini lo dingin banget sama cewek-cewek. Sampe gue kira beneran homo sama Jaemin.” Perkataan Mark yang satu ini tentu disetujui semua orang.

Jaemin yang disebut pun mendelik tak terima, “Enak aja, gue masih suka cewek cantik ya.”

Jeno hanya menyimak ocehan teman-temannya tanpa ada niat menjawab sedikitpun. Biarkan dia sendiri dan Karina yang tau bagaimana hubungan mereka bisa terjalin, 

~~

Flashback

“Kamu kenapa sih Rin?” Tanya Jeno frustasi, Karina mendiaminya hampir 2 minggu. Mereka tetap bertemu atau sekedar menginap dan menghabiskan waktu bersama di apartemen. Tapi sifat gadis itu berubah menjadi dingin dan tidak seperti biasanya.

“Kenapa apanya?” Karina balik bertanya, matanya masih fokus memilih video sinchan mana yang akan ia download. Sore tadi Jeno menemuinya di gedung perusahaan kemudian menariknya ke apartemennya tiba-tiba. Seperti biasa ia tidak menolak, toh di dorm juga sedang kosong.

Jeno berdecak mendengar jawaban gadis di depannya, “Ya kenapa berubah? Biasanya dipangku, dipeluk, dicium mau-mau aja kenapa sekarang nolak terus?”

“Emang kamu siapa? Kesannya murahan banget ya aku kalo mau digituin terus padahal kita nggak ada hubungan apa-apa.”

Jeno mengacak rambutnya kasar, kenapa tiba-tiba membicarakan status. Mereka sepakat untuk berkomitmen, dekat sejak masih menjadi umat di gereja yang sama membuat mereka tidak bisa jauh satu sama lain sampai sekarang.

Dulu mereka sudah pernah membicarakan ini. Meskipun tidak berstatus sebagai sepasang kekasih, mereka kompak menjaga perasaan satu sama lain. 

“Heii, kalo nggak ngomong bakalan begini terus cantik. Sini ayo ngomong kita selesain bareng ya?” Ajak Jeno penuh kelembutan.

Karina bukan tipe gadis yang mudah marah, ia cenderung lebih terbuka dan suka berbagi. Terhitung sejak pertama kali mereka saling mengenal dan akhirnya dekat, gadis itu hampir tidak pernah marah. Jadi ketika Karina tiba-tiba diam, sudah jelas ada yang tidak beres.

“Aku ada salah ya?" Jeno masih terus membujuk gadis disampingnya, “Demi tuhan hubungan kita udah sejauh ini sayang apa yang masih kamu pertanyakan sih? Aku nggak ada deket sama cewek selain kamu Rin.”

Memang benar. Bahkan setelah 5 tahun debutnya Lee Jeno sama sekali tidak pernah melirik idol-idol cantik disekitarnya, dunianya sudah terlajur berpusat pada satu gadis. 

Si cantik dari gereja sebrang, begitu katanya. Ini karena gereja tempat Karina beribadah tidak Jauh dari apartemen miliknya, lebih tepatnya sebrang jalan gedung apartemennya. 

Jeno yang saat itu tidak taat beribadah pun jadi tiba-tiba senang mengunjungi gereja, dengan alasan melihat gadis cantik yang akan datang kesana setiap minggu.

Lelaki itu bahkan juga menyebutkan secara langsung jika tipe idealnya adalah gadis yang bisa membawanya kembali taat kepada tuhan, memangnya siapa lagi kalau bukan sang Leader aespa? Beda agama atau tidak taat agama? Cihh tidak berminat.

Karina tidak menjawab, namun gadis itu terlihat menutup ipad miliknya kemudian merentangkan tangan ke arah sang lelaki. “Mau peluk.”

Tanpa menunggu lama Jeno menarik tangan Karina untuk dilingkarkan pada lehernya. Dengan mudah ia mengangkat tubuh ramping Karina untuk dibawa duduk di sofa, “Cerita sayangg, jangan dipendem sendiri nanti kamu sakit.”

“Gimana?” Jeno menarik bahu Karina agar duduk tegap diatas pangkuannya.

“Mereka bilang kamu suka sama Aeri, terus katanya kamu cocok sama dia. Kalo dipikir-pikir kita nggak pacaran. Terus katanya mereka kamu makan bareng sama dia, kalian juga nulis lirik bareng..”

Jeno mendengarkan dengan seksama, astaga bagaimana bisa gadis cantik ini berpikir sejauh itu. Padahal ketika latihan apapun yang dipikirkan Jeno adalah Karina sedang apa, cepat hafalkan agar bisa ketemu Karina, apa Karina sudah selesai latihan lebih dulu, dan hal-hal lain yang tidak jauh dari Karina.

Bahkan kolaborasi akhir tahun ini Jeno juga sengaja meminta produser untuk menjadikan Karina pasangan duetnya. Ya meskipun tidak diperbolehkan berdua saja, setidaknya mereka masih berada dalam satu unit yang sama.

Lagian kenapa para fans itu susah sekali sadar, ia bahkan sudah menatap Karina dengan begitu hangat saat behind the scene ditayangkan. Memangnya di behind the scene bersama unit lain dia menatap sampai segitunya? Kan tidak.

Apalagi usahanya membuat candy challenge, meskipun harus meminta Kai untuk menemaninya. Memangnya ia sebercanda itu dengan gadis lain? Ogah.

“Astaga mereka cuma fans. Nggak tau apa-apa sayang.”

“Tapi mereka bisa bikin teori-teori.”

Jeno berdecak sebal, “Ya kalo gitu fans kita berdua juga bisa babe!”

“Tetep aja aku keselllll… Kamu bukan pacarku, kalo kamu digondol yang lain gimana?”

“Kalo mau ditembak itu langsung aja ngomong, nggak usah pake marah 2 minggu. Uring-uringan kan?”

Karina menggeleng cepat wajahnya memerah sempurna, “Enggak minta ditembak ih, bisa mati aku.”

“Ohh yaa? Berati aku cari cewek lain aja yang minta ditembak nih ya?”

Karina mendorong dada manusia menyebalkan di depannya, “Sana cari aja!”

Jeno gemas sekali dengan gadis ini. Karina adalah gadis yang sangat jujur, di depan maupun dibelakang kamera ia memiliki kepribadian yang sama. Hanya berbeda ketika ia sedang berdiri diatas panggung.

“Nggak bisa, udah ketarik sama cewek satu ini.” Ucapnya mencium gemas pipi Karina. “Jadi?”

Karina menatap bingung lelaki di depannya, “Jadi apa?”

“Pacaran?"

“Terserah.”

“Emang selama ini kita apa sih hmm?” Tanya Jeno jahil.

Karina mengendikkan bahunya, “Temen mungkin.”

“Mana ada temen ciuman, tidur bareng, pangku-pangkuan, se-” 

“STOPPPP!” Karina membungkan mulut lemas Jeno dengan tangannya. “Nggak usah dilanjut.”

“Hahaha pacaran nih? Ya kan pacar?”

Karina berdecak kesal, “Ck! Kamu aja nggak nembak!”

“Lohh tadi katanya nggak minta?”

“Nggak peka banget sih!!!!!” 

Lagi-lagi tawa Jeno lepas memenuhi ruangan. Jika boleh jujur, Jeno adalah lelaki yang sangat teritorial. Meskipun Karina belum menjadi kekasihnya, diam-diam dia selalu memastikan tidak ada yang berani mendekati gadis ini lebih dari kedekatan mereka. 

Menurutnya Karina itu gadis yang sangat mudah didekati. Ia terbuka dan suka berteman, itu termasuk ancaman untuknya meskipun gadis cantik ini hanya menganggap semuanya teman kecuali dirinya yang sedikit punya status lebih tinggi.

“Oke sini dulu serius dulu dong.” Jeno menarik bahu Karina agar menatapnya. Sial bagaimana bisa tuhan menciptakan wanita secantik ini. Pantas saja hampir satu dunia tidak ada habisnya membicarakan kecantikan sang leader aespa.

Karina ikut menatap lelaki di depannya. Sama seperti Jeno, gadis ini juga memikirkan hal yang sama. Orang tampan tidak hanya satu memang, tapi menurutnya Jeno itu tampan sekali. Ia bahkan mengira jika lelaki ini punya keturunan Eropa saat belum dekat satu sama lain. 

“Aku nggak mau nanya soalnya udah pasti kamu bakal bilang iya, cuma mau negasin aja kalo sekarang kita PACARAN oke?” Ucap Jeno menekankan kata pacaran dengan sangat jelas.

“Apaansih pede banget.” Karina memukul bahu keras di depannya.

“Iya apa engga?” 

Wajah Karina sontak merah padam. Bukan pertama kalinya memang menerima ucapan serius dari lelaki ini, tapi rasanya tidak berubah. Masih sangat mendebarkan.

“Kalo enggak gimana?” Ucapnya bercanda.

“Aku hamilin sekarang.” 

“Gila kamu ya!”

Flashback end-

Begitulah awal bagaimana mereka bisa menjadi sepasang kekasih, bukan mereka yang baru dekat tapi memang orang lain yang baru tau. Keduanya cukup tertutup masalah percintaan, itu bukan konsumsi publik katanya.

~~
 

Jeno tiba di apartemen miliknya tepat pukul 11 malam, ia masih sering pulang ke dorm tapi malam ini ia ingin menghabiskan waktu yang lebih tenang. 

Baru saja meletakkan jaketnya diatas sofa, dahinya mengernyit melihat lampu temaram di dapur kecilnya menyala dan suara kompor dimatikan. Siapa yang memasak semalam ini? Lagi pula tidak ada yang tau pass apartemennya kecuali..

Bibirnya reflek tertarik membentuk seutas senyum yang tidak bisa ditahan. Matanya menangkap gadis cantik dengan rambut panjang yang diikat asal, gadis itu memakai kaos hitam miliknya dan sedang sibuk mengaduk ramen yang baru saja matang.

“Kok nggak bilang mau dateng..” Jeno memeluk gadis itu dari belakang, membuatnya sedikit terlonjak kaget.

“Ohhh aku pikir kamu engga pulang kesini, aku udah chat kamu numpang tidur tapi kayaknya belum kamu baca ya?” Karina masih sibuk memasukan bumbu-bumbu ramen ke dalam panci, jika ditanya apakah tidak takut gemuk. Maka jawabannya tidak karena dia punya gym mate yang cukup ahli.

Jeno mengangguk sambil terus mengeratkan pelukannya, wangi sabun miliknya pada tubuh Karina adalah salah satu favoritnya. “Hpku habis baterai kayaknya, nggak tau dimana.”

“Lepas dulu dong. Ini aku bikin ramen 2 bungkus, laper kan?”

“Bentar dulu aku capek banget.”

Karina mengelus pelan lengan yang melingkar di pinggangnya, “Iya nanti peluk yang lama, ini makan dulu.”

Kali ini Jeno menurut, melepaskan pelukannya lalu duduk di kursi meja makan. “Kan aku bilang kalo ramen malem-malem itu nggak bagus.”

Karina mengangguk paham, “Tapi laper, nggak ada bahan makanan juga.”

Meski diiringi protes terlebih dahulu keduanya tetap makan dalam mangkuk yang sama, Jeno bahkan memakan bagian yang lebih banyak dari Karina cih..

“Anak-anak udah tau.” 

“Sama sih.”

“Gimana?” Tanya Jeno memastikan.

“Gimana apanya? Yaudah nggak gimana-gimana bersyukurnya mereka ternyata gak ada yang diem-diem naksir kamu sih. Jadi nggak drama.” Jelas Karina singkat.

Memang sejak awal ketakutan Karina hanya satu, bagaimana jika bagian dari mereka (aespa) menyukai lelaki yang sama. Sejak dekat dengan Jeno, teman-teman satu grupnya itu juga otomatis terbawa dekat dengan grup Jeno jadi Karina sejujurnya punya kekhawatiran khusus karena hal ini.

Pasalnya di grup lain diluar perusahaan, banyak sekali yang menatapnya berbeda karena kedekatannya dengan Jeno. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang berani bertanya terang-terangan tentang hubungan mereka, sejak sebelum debut juga ia sudah mendengar jika banyak gadis yang mendekati Jeno. 

Kemungkinan temannya sendiri menyukai sang kekasih itu sangat besar menurut Karina. Ia cukup senang ketika ternyata teman-temannya menyambut hubungan ini dengan baik dan mendukungnya.

“Main yuk.” Ajak Jeno random.

“Main apa.” Karina menatap heran lelaki di depannya.

“Truth or dare.” Jeno tersenyum jahil, beberapa hari yang lalu ia sempat melakukan permainan ini dengan teman-temannya dan itu menyenangkan. Jadi ia ingin mencobanya dengan Karina.

“Tiba-tiba banget.” Karina meletakkan 2 gelas air putih keatas meja, “No coffe atau cola! ini udah malem.” Ucapnya melihat Jeno baru akan melayangkan protes.

“Pengen aja.”

“Habisin dulu.”

“Sekalian sayang, sambil makan lebih asik.”

Karina menatap lelaki di depannya malas, case nya saja cowok dingin tapi jika sudah ada kemauan sama sekali tidak bisa dibantah.

Ia sendiri meyakini pasti ada niat terselubung dibalik permainan ini, permainan Jeno dan ke-6 perintilan itu tidak pernah beres. Ada saja hal aneh yang mereka lakukan.

“Oke kamu dulu, truth or dare?” Tanya Jeno memulai permainan.

“Truth.” Jawab Karina singkat, jika boleh jujur ia malas sekali melakukan permainan tidak jelas seperti ini menjelang tengah malam. Tapi apa boleh buat, anak anjing satu ini akan cemberut sampai 3 hari kedepan jika kemauannya tidak dituruti.

Jeno tampak berpikir sejenak sebelum mengajukan pertanyaan pada gadis di depannya, bingung. Karina sudah terlalu jujur padanya, apalagi yang harus ia gali?

“Kamu suka aku karena apa?” Tanyanya pada akhirnya. Jika dipikir lagi, Jeno memang belum pernah bertanya alasan gadis itu bisa sangat menyukainya.

“Ganteng.” 

“Gitu doang?” Tanya Jeno sekali lagi. Se simpel itukah alasan Karina menyukainya?

Karina mengangguk ringan, “Iya, emmm apalagi ya?” Perempuan itu memberi gestur berfikir, “Ohhh terus kamu juga kaya raya, waktu itu kamu beliin aku baju branded pas natal pertama kita bareng haha.”

Jeno menggaruk kepalanya yang mendadak gatal, “Emang bener cewek cuma luluh sama tampang dan dompet.”

Karina tertawa mendengarnya. Padahal itu hanya opsi kesekian dari jawaban yang sebenarnya, alasan ia menyukai Jeno tidak sesimpel itu. Pada kenyataannya lelaki ini adalah yang pertama memberinya perhatian yang hampir setara dengan sang Ayah, memberinya nasihat, semangat, menghafal semua kebiasaannya, dan mengirimkan hadiah-hadiah kecil yang sangat Karina sukai.

Lelaki itu memberi afeksi yang sama sekali tidak bisa ia abaikan. Apalagi jika itu datang dari manusia setampan Jeno, memangnya wanita mana yang sanggup menolak?

“Gantian, sekarang kamu. Truth or dare?” Tanya Karina antusias, ternyata permainan ini cukup menarik.

“Truth.” 

Kini giliran Karina yang berfikir. Jeno termasuk ke golongan orang yang tidak selalu bisa terbuka, dibanding menceritakan masalahnya. Ia lebih suka meminta pelukan dan membiarkan masalah itu berlalu begitu saja tanpa diingat.

“Sebelum aku, kamu pernah suka sama cewek nggak? Kalo pernah siapa?” Wanita dan segala kebiasaannya mencari penyakit.

“Enggak pernah, sebelum ketemu kamu aku sibuk pengembangan bakat.” Jawab Jeno jujur. Ia memang belum pernah menyukai wanita lain seperti bagaimana ia menyukai Karina sekarang. 

Pada awal debut ia sibuk mengembangkan keahliannya dan promosi kesana-kemari, paling ia hanya pernah mengagumi beberapa wanita karena cantik atau pintar. Tapi tidak sampai suka atau cinta seperti sekarang.

“Masak sih?” Mata Karina memicing, menatap Jeno tidak percaya.

“Tanya anak-anak tuh kalo nggak percaya.” 

“Percayaaaa…” Karina mengangguk beberapa kali.

Jeno menatap gemas wanita di depannya, “Gantian lagi, truth or dare? Dare lah babe tadi udah truth.”

Karina menoleh tidak santai, “Kok ngatur?”

“Haha oke-oke, dare.” Sambungnya cepat melihat ekspresi malas dari wajah Jeno. Kalo ngambek urusannya panjang, minta susu mulu.

“Darenya, ciuman sama lawan main 10 menit.” Ucap Jeno menyeringai puas, ini memang tujuannya dari awal.

“Gila aja 10 menit! Habis itu nanti ada headline berita. Karina aespa dan Jeno NCT ditemukan kehabisan oksigen di apartemennya. Mampus.”

Jeno tertawa lepas, “Yaudah aku kasih keringanan, boleh jeda 3 kali.”

“Permainan apaan sih ini.” Gerutunya sebal, namun Karina tetap beranjak untuk menghampiri Jeno di kursinya. Tidak ada ruginya juga mencium orang tampan, lagipula ia cukup rindu dengan lelaki ini. Jadwal mereka sama-sama padat.

Jeno tersenyum puas, ia membuka lebar kaki dan tangannya menyambut Karina dalam pelukannya. Aishh sial, semakin kesini mereka semakin susah untuk berduaan.

Karina masuk dalam pelukan hangat Jeno, melingkarkan tangannya erat pada bahu kokoh kekasihnya. Bibirnya lebih dulu mencium mole cantik di sudut mata lelaki itu sebelum menempelkan bibir keduanya.

Jika bertanya apakah mereka berdua adalah ciuman pertama satu sama lain, maka jawabannya adalah iya. Sampai sekarang pun keduanya belum memiliki ciuman lain, entah sampai kapan akan bertahan. Yang pasti merka akan menikmati waktu yang tersisa semaksimal mungkin. 

Masa depan itu tidak terprediksi bukan? Mereka bisa berakhir dengan siapa saja dan mungkin tidak selalu sesuai dengan harapan kita. Tetapi sebagai pemeran utama dalam hidup masing-masing mereka akan selalu mengusahakannya.

Mengusahakan keduanya akan tetap berakhir menjadi pemeran utama dalam hidup mereka di masa depan.

Masih dalam suasana malam yang sunyi, Karina melumat lembut bibir tipis kekasihnya. Menyesap bergantian atas dan bawah, terkadang mengigit kecil untuk menggoda lelakinya.

Jeno menikmatinya, ia memilih menjadi pihak yang pasif sekarang. Membiarkan Karina menginvasi bibirnya sesuka hati, jika biasanya ia akan senantiasa mengambil alih permainan dan menyerangnya brutal, kali ini ia akan menjadi pihak yang diam dan menikmati.

Dengan sukarela Jeno membuka sedikit bibirnya saat lidah Karina menerobos masuk, mengabsen deretan gigi rapihnya mengajak untuk bertukar saliva.

“Rasa ramen.” Gumam Karina di sela ciuman keduanya.

Jeno tersenyum, “Tetep enak.” Ia menarik pinggang wanitanya semakin merapat, membuat Karina semakin menyandarkan seluruh tubuhnya pada Jeno.

Ciuman itu terlepas sejenak, dahi keduanya masih menyatu.

“Baru 4 menit.” Ucap Jeno dengan nafas berat. Ini hanya ciuman tapi berhasil membuat sekujur tubuhnya terasa panas.

“Kata kamu boleh jeda 3 kali, ini baru sekali.”

“Lupa bilang, kalo pake jeda waktunya nambah 5 menit.”

“Fuck!” Karina sontak mencium kembali bibir merah di depannya melumatnya kasar, “Aku panas.” Ucap Karina jujur.

Jeno mengangguk, “Buka aja kaosnya.” Tangannya meraih ujung kaos Karina, menariknya keatas.

Karina menggeleng, “Nanti makin panas..” Ia masih terus mencium ganas kekasihnya, seakan esok sudah tidak bisa bertemu lagi. Karina menghabiskan semua kemampuannya disini.

Jeno memejamkan matanya erat, menahan dirinya sendiri untuk tidak membanting Karina keatas meja makan. Tangannya terus mengelus perut ramping wanita cantik itu, sial ia bahkan baru menyadari jika kekasihnya tidak mengedakan hotpans sama sekali.

“Celana kamu mana sayang, kalo ada anak dream yang dateng gimana babee..” Protesnya, namun masih terlihat sangat menikmati ciuman Karina yang semakin turun pada lehernya, “Anghh… jangan ada bekas besok aku syuting dance practice."

Karina hanya menyeringai sambil terus menikmati tubuh kekasihnya, enak saja tanpa bekas. Rasakan sendiri bagaimana susahnya menutupi bekas Lee Jeno.

Wanita itu dengan sengaja membiarkan tangan lelakinya berfantasi kemana-mana, meraba dada perut, paha, leher. Apa yang dia inginkan.

Sampai matanya melirik jarum jam diatas pantry yang tepat berada di angka 8, Karina melepaskan sepihak ciuman panjang mereka.

Jeno menatapnya dengan tatapan tanya.

Karina menunjuk jam tepat dibelakang lelaki itu, “Ten minute.” Ucapnya mengejek.

Jeno sontak berdecak sambil mendengus kesal, yang benar saja tiba-tiba berhenti di tengah jalan. Tau begitu tadi ia buat durasinya 10 jam bukan menit.

“Gantiannnn kamu, truth or dare.”

“Dare.” Jeno mengangkat alisnya sambil tersenyum, siapa tahu Karina akan memintanya melanjutkan yang tadi kan?

Oke tapi mendengar jawaban wanita itu sepertinya membuat Jeno menyesal setengah mati.

“Darenya adalah kita nggak ciuman 1 minggu, nggak tidur bareng, nggak cuddle. Act like a friends.” Karina tersenyum puas, berhasil mengerjai kekasih tampannya itu.

“BABE GILA KAMU YA! MANA BISA!” Teriaknya pada Karina yang saat ini sudah berlari ke kamar mereka, “Fuck! Fuck! Fuck! Permainan sialan!” Umpatnya semakin kesal.

“Gara-gara Haechan awas aja tu orang! Ajing! Anjing! Anjing!” 

Lelaki itu berjalan menyusul wanitanya ke kamar, mungkin akan mengeluarkan segala bujuk rayu dan tingkah lucunya untuk membujuk Karina. 

 

END-

3014 kata---

Hai ayanggg!! Kembali bersama konten oneshoot idol life, cerita ini memang dibuat untuk JENRINA! Jadi kalo kapal lain kepanasan artinya apa? KALIAN NGGAK DIAJAK!

Btw kalo idol life gini sejujurnya agak takut bikin yang terlalu vulgar atau dewasa karena takut melukai ‘image’ mereka meskipun dari awal udah di warning fiksi tapi kadang tetep ada yang ngeselin soalnya huaaaaa…

Chapter depan itu antara lanjutan i'm done karena semakin banyak yang meneror gue! atau nggak ya debut short story baru yang help me.. 

Buat yang nanya retrospring kenapa gak dibales. MAAP GUE LUPA SANDI WEHHH WKWKWK!

ANDDDDDDDD…….

HAPPY NEW YEAR SEMUANYA>>>> MARI BERDOA TAHUN 2024 adalah tahunnya Jenrina. Mereka makin sukses, kita bakal jadi fans sibuk yang saking banyaknya jadwal solo bias sampe bingung mau hype yang mana. AMEN! 

Byeeee sampai jumpa lagiiiiiiiii---

 

post-image-659581db3d40b.png

 

post-image-659581fd692eb.png

 

 

 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
#Bluesy
Selanjutnya I'm Back (Bluesy)
26
6
Warning!100% FiksiTidak ada kaitan apapun dengan kehidupan face claimPict from pinterest and cr to the real owner🩵Sowwry for typo ya ayangHARSH WORD!!Ini final chapter dari I'M DONE
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan