I'M Done?

36
9
Deskripsi
  • 100% Fiksi
  • Tidak ada kaitan apapun dengan kehidupan face claim! sekali lagi ini FIKSI AY!
  • Pict from pinterest and cr to the real owner
  • Sowwry for typo ya ayang

(Kayline Arksartama)
(Arion Reksamana)

I'M Done..

Jika ditanya apa pencapaian terbesar Kayline selama masa kuliahnya, itu adalah berhasil menjadi salah satu wanita yang dekat dengan Arion Reksamana. Drummer ganteng yang jadi incaran semua orang di kampus mulai dari cowok, cewek, sampai boti.

Kalau ditanya apa mereka pacaran? Jawabannya tidak.

Kalau ditanya apa mereka sahabat? Tidak juga.

Kalau ditanya apa mereka saudara? Oh apalagi ini. Tidak juga.

Berati mereka teman? Bisa jadi.

Mereka hanya sepasang pria dan wanita tanpa status yang sering menghabiskan waktu bersama. Makan bersama, mulai dari Kayline yang sering membawakan Arion bekal. Menikmati waktu berdua di danau kampus, menemani Arion latihan band atau futsal. Bertelepon hingga larut malam, tidak lupa ucapan-ucapan manis yang saling terlontar dari bibir keduanya.

Apa hanya sampai disitu? Tentu saja tidak. Entah bagaimana bisa keduanya bisa sering sekali menghabiskan malam panas berdua penuh sahutan dan rintihan nikmat serta tautan bibir yang enggan terlepas, meskipun tanpa status jelas.

Apa mereka baik-baik saja dengan itu? Ya, mungkin bagi Arion tidak ada yang aneh dengan hubungan keduanya. Namun bagi Kayline ini semua aneh.

Arion yang sering membawanya ke apartement memeluk dan mencumbunya seakan dirinyalah wanita yang sangat dipuji oleh lelaki itu.

Ucapan-ucapan manis serta pujian memang selalu terlontar untuknya, tapi tidak ada satupun ungkapan kasih sayang atau ajakan memperjelas hubungan terlontar dari bibirnya. Bahkan setelah satu tahun keduanya berjalan bersama.

Tidak jarang Kayline selalu menerima pesan-pesan cacian dan hinaan yang terlontar dari orang-orang kampusnya. Masih betah lo jadi lonte Arion? Dibayar berapa? Arion jago atau enggak? Punya Arion gede banget ya sampe lo betah gitu? Dikasih apa lo sampe segitunya sama dia? dan masih banyak lagi.

Apa Kayline mengadu? Tidak. Wanita itu memilih diam dan memendam semuanya sendiri. Ia terlalu mencintai Arion, ketakukan akan lelaki itu menjauhinya setelah tau semua yang Kayline alami menghantuinya.

Satu bulan, dua bulan, tiga bulan. Sampai setahun. Kayline masih diam. 

Namun semuanya mulai runtuh…

“Heh ngapain ngelamun disini?” Tepukan pelan di pundaknya serta suara imut milik sahabatnya, Nilam berhasil membuyarkan lamunan gadis itu.

Kayline menggeleng, “Sejak kapan disini?” Ia menatap sahabatnya serta sang kekasih duduk di kursi depannya. Saat ini ia memang sedang berada di kantin, menunggu matkul berikutnya dimulai.

“Sejak lo ngelamun nggak jelas! Banyak setan disini Kay lo nggak denger gosipnya apa? Katanya di kantin ini ada pocong kuning.” Ucap Radit Jenaka. Lelaki ini adalah kekasih Nilam, sejak SMA.

Terkadang Kayline merasa iri luar biasa pada sahabatnya satu ini, Nilam punya keluarga cemara. Ayah dan kakak yang begitu menyayanginya, ditambah kekasih yang juga begitu mencintainya. 

Sedangkan Kayline, orang tuanya berpisah sejak Kayline SMP. Masa pubertasnya hanya digunakan untuk mendengar pertengkaran, sekarang ia hidup dengan sang Ibu. Yang sedang sibuk meniti karir sebagai pengusaha catering, berbekal hobi memasaknya.

“Ngelamunin apa sih? Arion lagi?” Tanya Nilam singkat, sambil menuang berbagai macam saus ke dalam mangkok baksonya.

“Jangan banyak-banyak sambelnya beb.” Peringat Radit pada kekasihnya.

Nilam mengangguk sebagai jawaban, kemudian kembali menoleh menatap Kayline. “Jadi?”

“Jadi apanya? Gue ngelamunin materi tadi. Nggak paham tugasnya suruh ngapain.” Bohong Kayline.

“Kita nggak baru kenal ya Kay? Kan udah gue bilang jangan Arion jangan Arion! Dia tuh cowok nggak punya hati!”

“Lo ngomongin dia di depan temennya tuh.” Kayline menunjuk Radit yang duduk diam disamping Nilam.

Radit memang teman satu tim futsal dengan Arion, dan mereka cukup akrab. Tidak jarang lelaki ini menjadi sumber informasi Kayline mengenai Arion.

Nilam ikut melirik sinis kekasihnya, “Perduli setan! Orang yang gue omongin fakta!”

“Gue sih nggak ikut campur ya. Itu kan pilihan lo Kay, gue sebagai temen sih support aja.” Ucap Radit cari aman, dia memilih untuk tidak memihak siapapun.

“Kay, gue tau lo sebenernya paham banget gimana Arion dibelakang lo! Tapi lo cuma tutup mata dengan tameng lo cinta sama dia sampe biarin hati lo sakit tiap saat.” Nilam menghela nafas panjang sebelum melanjutkan ucapannya, “Cinta! Itu seharusnya bisa bikin lo seneng, bahagia, berbunga-bunga! Bukan sakit hati dan kesiksa.”

Kayline hanya diam mendengarkan ucapan sahabatnya.

“Bestie, trust me. You deserve better than him, masih banyak cowok diluar sana yang bisa bikin lo bahagia setiap saat. Jangan biarin lo makin trauma sama yang namanya laki-laki Kay.”

“Lo harus sembuh! Lo harus tinggalin semua yang bikin lo sakit! Ada gue, ada Radit, ada Saski. Kita siap buat bantu lo lepas dari semua ini."

Nilam berucap mengebu-gebu, Radit mengelus pelan tangan kekasihnya dibawah meja. Ia tau, Nilam akan selalu menjadi saksi bagaimana Kayline menangis dengan penuh luka ketika Arion menyakitinya.

Namun besoknya, Kayline akan kembali tersenyum cerah seakan Arion tidak pernah menyakitinya.

Nilam. Gadis ini ikut merasakan kesakitan sahabatnya, Kayline tidak merasakan kasih sayang seorang Ayah dalam hidupnya. Kayline kecil yang hidup dengan penuh air mata karena sang Ayah yang selalu memukul dan membentaknya tanpa henti, setidaknya sahabatnya itu harus mendapatkan laki-laki yang tulus sebagai pasangan. Hanya itu harapannya.

Kayline mengangguk. Mungkinkah ini saatnya ia menyerah? Ia harus segera sembuh kan? Ia harus segera menata kembali hidupnya mencari kebahagiaan?

“Gue pikirin dulu ya.” Jawaban singkat itu terlontar bersamaan dengan Kayline yang bangkit dari kursi. Membereskan semua barangnya di atas meja, “Gue kelas dulu ya cantik, muahh.” Lanjutnya mengecup singkat pipi bulat sahabatnya.

Nilam mengusap pipinya pelan sambil berdecak, “Ck! Gitu tuh kalo dinasehatin! Kayline inget kata gue tadi!" Teriakan itu hanya dibalas acungan jempol sahabatnya. Kayline sudah berlari menjauh kembali memasuki gedung.

~~

Malam ini seperti biasa Kalyline menginap di apartement Arion. Waktu menunjukkan pukul 11 malam, keduanya baru saja menghabiskan malam panas singkat untuk melepas rindu karena Arion baru saja kembali dari luar kota.

Kayline berbaring dengan nyaman di dada Arion sambil fokus menonton serial netflix. Sedangkan Arion terlihat memainkan ponselnya sambil memeluk erat Kayline dari belakang.

“Rion.” Panggil Kayline pelan.

“Hmm.” Lelaki itu menoleh singkat pada wanita dipelukannya, sebelum kembali fokus pada ponselnya.

Kayline tampak berpikir sejenak sebelum kembali bersuara, “Kalau aku pergi kayak cewek itu gimana? Kamu sedih nggak?”

Arion mengernyitkan dahinya bingung, matanya dengan reflek tertoleh menatap Tv yang ditunjuk Kayline. Disana menampilkan perpisahan sepasang kekasih diselimuti tangisan haru keduanya. Ia tidak tau bagaimana jalan ceritanya karena sejak tadi Arion hanya fokus pada ponselnya.

“Nggak mau bayangin, kamu kan udah janji nggak akan pergi. Diem aja disini terus aku peluk gini biar nggak pergi." Lelaki itu semakin mengeratkan pelukannya melingkari tubuh sang wanita.

Kayline tersenyum tipis, kata-kata manis Arion tidak pernah habis. Lelaki itu selalu bisa membuatnya kembali nyaman dengan kata-katanya bahkan disaat perasaanya gundah dan sendu. 

Namun malam ini berbeda, kata-kata Nilam beberapa waktu lalu terus menghantuinya. 

Kayline selalu menatap Arion seakan lelaki itu adalah pusat dunianya. Melihat Arion yang selalu menyanjungnya dengan penuh pujian dan pelakuan manis benar-benar membuatnya terlena. Kayline hanya wanita biasa yang haus akan kasih sayang, ketidak beruntungannya dalam hal orang tua membuatnya terus mencari pelampiasan lain.

Arion dengan sejuta pesonanya datang, menawarkan kehangatan luar biasa dan dengan mudah mengisi kekosongan di hidup Kayline.

“Kan kalau. Perumpamaan aja.” Kayline masih belum puas dengan jawaban Arion.

Arion meletakkan ponselnya kemudian fokus menatap wanita dipelukkannya, ia menyelipkan beberapa helai rambut yang menghalangi wajah cantiknya kebelakang telingga. Kayline begitu cantik, itu adalah pujian yang tidak pernah terlewat ketika Arion menatap wanita ini.

Arion bukan lelaki bodoh. Ia tau bagaimana Kayline selalu menatapnya dengan penuh cinta. Saat Arion melihatnya untuk pertama kali, Kayline adalah gadis cantik dengan sejuta misteri. Tatapan gadis itu penuh binar dan kehangatan, namun sikapnya dingin dan tidak tersentuh.

“Nggak bisa dibayangin Kayy, aku nggak akan biarin kamu pergi gitu aja.” Arion menjawab penuh penekanan. Karena sampai kapanpun ia mungkin tidak akan pernah bisa melepaskan Kayline. 

Wanita ini sudah terlalu dalam masuk di kehidupannya. Tanpa sadar Arion sudah menjadikannya poros. Kayline sudah masuk dan berhasil menjadi list hal terpenting dalam hidupnya.

Persetan dengan apapun, ia tidak akan bisa melepaskannya. Sedikitpun.

Lagi-lagi Kayline hanya tersenyum tipis.

Tepat setelah itu, film yang terputar di Tv selesai. Perpisahan adalah akhir dari kedua pasangan itu, sang wanita memilih untuk merelakan hubungannya. Meninggalkan cinta yang begitu besar demi menyelamatkan dirinya.

Kayline menghembuskan nafas panjang, ia bangkit dari dada Arion kemudian menatap lelaki itu dalam. Dalam hitungan detik, wanita itu meraih leher Arion dan mencium bibirnya lembut.

Lelaki itu menyambutnya dengan baik, lengannya balas melingkar pada tubuh sang wanita.

Kayline memejamkan matanya erat, ia terus mencoba meyakinkan hatinya apakah akan terus bertahan atau tidak. Namun semakin dicoba rasanya semakin sakit, suara Nilam dan tangisan-tangisannya tempo lalu begitu menghantuinya.

Arion masih mencium bibirnya lembut. Lelaki itu mengecup, menyesap, melumat bibir Kayline tanpa jeda.

Kedua bibir itu bertaut dengan saliva yang membasahi satu sama lain, Arion memiringkan kepalanya ke kanan dan ke kiri mencari posisi nyaman untuk semakin menyesap bibir Kayline.

Sama seperti Arion, Kayline juga semakin terbawa suasana. Perempuan itu meremas rambut belakang Arion saat dirasa oksigennya semakin menipis, “Emhh..” Ia menarik kepala Arion menjauh menyelesaikan tautan keduanya setelah beberapa menit lamanya.

“Rion.” Masih dengan nafas yang tersenggal ia menyebut nama itu, matanya menatap Arion yang juga balas menatapnya dari jarak dekat. Dahi keduanya masih menyatu.

Dari posisi ini, Kayline bisa melihat bagaimana indahnya ciptaan tuhan di depannya. Mole cantik di bawah mata lelaki itu adalah bagian favoritnya.

Kayline benar-benar menatapnya dalam seolah ini adalah terakhir kalinya, sebelum semua yang akan ia katakan malam ini. Yang mungkin tidak akan menjadi akhir baik untuk mereka berdua.

“Apa Kay?” Jawaban ini dilantunkan dengan nada lembut, suara berat Arion dalam suasana seperti ini pasti juga akan Kayline rindukan.

Kayline masih diam. Pikirannya semakin kacau, apa ia siap menerima jawaban yang tidak sesuai dengan harapannya setelah ini? Apa ia siap melepaskan lelaki ini setelah satu tahun?

“Sebenarnya.. Kita ini apa?” Setelah satu tahun, Kayline baru saja menyuarakan satu pertanyaan bodoh yang harusnya ia tanyakan sejak awal.

Setelah keduanya bersama selama ini. Melakukan apapun bersama sampai menghabiskan seluruh nafsu bersama, pertanyaan ini belum juga terjawab. Karena dari mereka tidak ada yang pernah mengungkitnya, mereka terlalu terlena. Sampai lupa jika seseorang juga punya lelah.

“Maksudnya? Kita apa?” Arion menatap wanita di depannya bingung. Mereka apa? Apakah Kayline meminta kepastian status? Tapi apakah status itu penting? Ia bahkan tidak tau apakah dirinya mencintai Kayline atau tidak. Ini terlalu rumit untuknya yang tidak pernah menjalani keseriusan dalam suatu hubungan.

Kayline mengangguk cepat, “Iya. Kita apa?”

Mulai sadar jika ini tidak akan berakhir baik, Kayline bangkit dari kasur. Wanita itu mencari seluruh pakaianya kemudian memakainya cepat di depan Arion.

Lelaki itu masih mematung, pikirannya melayang. Ia tidak tau harus menjawab apa.

“Kita? Ya ini kita Kay? Kurang jelas apa?”

Kayline masih menatapnya tajam, namun terlihat sepercik harapan dari tatapan itu. Kayline rupanya masih berharap Arion akan menjawab sesuai dengan yang ia inginkan.

“Apa? Kita ini apa? Hubungan kita apa? Aku siapa kamu Rion?” Ucap Kayline selesai memakai sweater miliknya.

“Kamu kenapa sih Kay? Aneh banget, sini dulu kalo ngomong sambil duduk.” Arion menepuk kasur di depannya, meminta Kayline untuk kembali duduk disana.

Tentu saja Kayline menggeleng, bukan ini jawaban yang ia inginkan. Kenapa Arion terus berpura-pura bodoh?

“Jawab! Kita ini apa? Setelah satu tahun ini kamu anggap aku apa?” Kayline terus mengulang pertanyaan itu, namun kali ini air matanya sudah jatuh. Pipi cantiknya baru saja basah karena tetesan air mata yang sudah ia tahan sejak tadi.

Harapannya hilang, jawaban yang ia inginkan tidak akan pernah diucapkan Arion.

Binar mata yang biasa Arion lihat kini hilang, tergantikan oleh derasnya air yang menyelimuti bola mata wanita itu, demi tuhan ini menyakitinya.

“Kay sayang sini dulu, kita bahas pelan-pelan ya?” Dengan sangat tidak tau malu Arion melontarkan kalimat itu. 

“We can't be official, right? Aku harus nunggu berapa lama lagi Arion?” Sungguh Kayline putus asa, ia tidak tahu jika setelah semua yang dilakukan. Tidak sedikitpun membuat dirinya bisa menembus hati lelaki itu.

Arion menatap Kayline frustasi, “Kamu kenapa sih Kay? Kita baik-baik aja dengan kayak gini, hubungan kita baik semuanya fine. Kenapa tiba-tiba begini? Aku suka kamu, kamu penting di hidup aku. Buat apa status kalo kita udah tau perasaan masing-masing?” Lelaki itu ikut terbawa emosi.

Kayline semakin menangis, bukan jawaban itu yang ia inginkan. Arion semakin menyakitinya, selama ini ia selalu meyakinkan dirinya sendiri jika Arion menganggapnya berbeda, namun ternyata ia tidak berarti apapun.

Arion itu luka. Lelaki itu begitu senang melihat banyaknya wanita yang memujanya, menyanjungnya, dan dengan sukarela melayaninya. Namun melihat bagaimana lelaki itu selalu menomorsatukan dirinya, Kayline berpikir ia menang. Tapi nyatanya semua yang dibicarakan orang itu benar, ia bukan siapa-siapa.

“Kayline aku sayang kamu. Itu belum cukup?” Arion kembali berucap, menatap wanita cantik dihadapannya yang menangis pilu ternyata ikut meyakitu hatinya.

Kayline menggeleng, “Itu juga kamu ucapin ke Adel kan?”

Arion seketika diam. Lelaki itu tidak menduga jika Kayline tau tentang Adel.

“Arion, aku cuma pura-pura bodoh selama ini. Aku tau sejauh apa kamu sama Adel. Kamu bantuin semua tugas-tugas dia disaat kamu minta aku kerjain tugas kamu, kamu pergi nonton sama dia disaat kamu tau itu juga film favoritku, kamu beliin dia jam tangan yang ada di wishlist aku.” Kayline menetralkan nafasnya yang tersenggal dan menghapus kasar air matanya.

“Kamu tinggalin aku sendiri setelah kita ngelakuin itu demi nemein Adel yang sendirian di rumahnya, kamu lupa janji kita makan taichan karena kamu bawa Adel makan kebab di dermaga pantai, kamu-” Ucapan itu terputus oleh tangisan Kayline sendiri.

Selama ini ia tau apa yang dilakukan Arion dibelakangnya. Ia memang selalu menjadi pelarian nomor satu laki-laki itu dalam hal apapun, tapi Adel ada diantara mereka. Lelaki itu akan menghampiri Adel setelah dirinya, selalu seperti itu.

“Kamu juga cium dia di danau yang sama kaya ciuman pertama kita. Kamu selalu ajak Adel ke tempat kita seakan mau hapus jejak kita berdua disana Arion.." 

Kayline merutuki kebodohannya selama ini, ia rela melakukan apapun demi tetap dekat dengan lelaki ini. Kayline mulai lelah sekarang.

“Aku sama Adel cuma temen kecil Kay, aku berani sumpah.” Lelaki itu kini bangkit, meraih tangan dingin Kayline untuk digenggam.

“Mendinglah, kalian punya status. Daripada aku?” Kayline menarik tangannya kasar.

“Kay posisi kamu jelas diatas dia, aku selalu duluin kamu. Kenapa gini sih? Nilam? Cewek itu hasut kamu?”

Kayline menoleh menatapnya tajam, sangat tajam sampai Arion tidak sanggup mengeluarkan suara. Kayline tidak pernah menatapnya seperti ini, binar-binar hangat pada matanya benar-benar hilang. “Jangan pernah cari tumbal buat kesalahan kamu apalagi bawa-bawa sahabat aku Rion! Aku cuma capek!”

“Aku capek sama semua omongan orang yang bilang aku cuma lonte kamu, aku dibayar berapa, dipake kapan aja, pricelistku mana, aku kamu kasih apa.” Kayline menarik nafas panjang, “Aku capek nangis tiap liat kamu cium atau rangkul cewek lain, tapi aku bukan siapa-siapa yang bisa marah. AKU CAPEK PURA-PURA JADI ORANG TOLOL YANG NGGAK TAU APA-APA RION AKU CAPEK JADI BODOH BUAT KAMU!” 

Jeritan frustasi Kayline benar-benar melukai Arion. Sedalam itukah luka yang ia buat?

Kayline menelan ludah, mengatur nafasnya sejenak membiarkan oksigen kembali mengisi paru-parunya sebelum kembali berucap, “Aku tau Arion. Awal kamu deketin aku cuma sebagai taruhan, aku tau tapi aku diem. Aku nggak marah karena dengan jalan itu aku bisa deket sama kamu, aku seneng."

"Aku pikir selama ini aku udah bisa masuk ke hati kamu karena setelah 6 bulan taruhan itu selesai, kita tetep bareng sampe sekarang. Tapi ternyata sia-sia.. kamu nggak pernah sayang aku Arion enggak…”

“Kamu cuma pake aku pas kamu butuh pelampiasan, tapi kalo kamu seneng-seneng kencan ngedate atau sejenisnya. Kamu lebih milih Adel buat nemenin kamu kan? Kamu nggak pernah sekalipun ajak aku nongkrong sama temen-temen kamu juga karna kamu udah bawa Adel kan?”

Arion diam membisu. Selama ini Kayline bersikap seolah ia adalah wanita paling bodoh dan tidak tau apa yang dilakukan Arion dibelakangnya. 

Kayline selalu menyambutnya sengan senyuman hangat, membawakannya bekal, membantunya mengerjakan tugas, bahkan melayani nafsunya juga…

Arion tidak menyadari jika Kayline tau semua informasi itu, “Kenapa kamu nggak bilang Kay? aku-"

Suaranya tercekat, tangisan lirih Kayline sangat menghancurkannya. Awalnya ia memang mendekati Kayline karena taruhan, namun Arion bersumpah kalau ia sudah membatalkan taruhan itu sejak keduanya mulai dekat.

Arion tidak rela melepaskan atau menyakiti Kayline setelah mengenalnya lebih dalam. Kayline terlalu berharga untuk dijadikan taruhan.

Namun pada akhirnya ia tetap menyakitinya. Egonya terlalu besar.

Soal Adel, wanita itu memang dekat dengannya karena sang ibu menitipkan Adel padanya. Memintanya untuk menemani Adel kesana dan kemari.

“Aku terlalu bodoh, aku terlalu seneng bisa deket sama kamu. Kita nggak akan sejauh ini kalo aku bilang kan? Aku nggak akan tau kebiasaan kamu, makanan kesukaan kamu, tempat favorit kamu, warna kesukaan kamu- semuanya.. iya kan?”

“Emangnya kalo aku bilang ke kamu? Kamu bisa apa? Kamu bakal bikin kita official? Atau bakal bilang ke semua orang kalo aku punya kamu tapi kamu bukan punyaku? Apa gimana?”

Suasana malam ini begitu sendu. Arion masih bertahan dengan diamnya menatap Kayline yang menangis pilu. Wanita itu sudah terluka terlalu dalam.

Kekhawatirannya jika mendengar Arion pergi dengan gadis lain, atau meninggalkannya untuk Adel. Kemudian berakhir ia menangis tersedu sambil mengadu pada Nilam. Ia harus segera mengakhirinya.

“Aku capek Arion, maaf aku nggak bisa lagi. Aku nyerah. Aku cuma jatuh cinta tapi ternyata itu justru kesalahan terbesarku. Jatuh cinta sama kamu..”

Seandainya Arion tidak menjadi pengecut dan bisa dengan lantang mengucapkan jika ia mencintai Kayline, hari ini pasti menjadi hari bahagia mereka berdua.

Namun nyatanya, suara manis yang selalu menjadi pengantar tidur Arion itu kini berubah menjadi suara penuh kesakitan. Ia penyebabnya, Arion tau. Tapi hatinya terlalu berat, ia tidak sanggup berucap.

Entah apa yang membuatnya berat untuk memulai sebuah hubungan. Ia tidak bisa mendengar kata putus atau selesai dari perempuan di depannya, ia ingin perempuan ini tidak bisa melepasnya. Membuat Kayline terus-terusan bergantung padanya.

Dalam kepercayaan Arion, menjadi kekasih memiliki banyak resiko. Ia terlalu takut, Kayline lebih dari seorang teman. Wanita itu segalanya untuknya, tapi terlalu sulit melabelinya sebagai kekasih. Arion memang pengecut, sebut saja begitu.

“Arion, aku ini apa? Jangan-jangan bener kata mereka? Aku cuma lon-”

“Enggak Kay kamu apa-apaan sih! Kamu segalanya buat aku Kay please…” Suara Arion terdengar lirih penuh permohonan. Ia tidak mampu mendengar kata rendahan itu keluar dari mulut Kayline.

“Aku segalanya buat kamu? Aku punya kamu tapi kamu bukan. Gitu kan? Hubungan ini cuma sepihak kan?”

Kayline tertawa miris, ternyata ini akhirnya. Sampai kapanpun posisinya akan seperti ini, ia bukan siapa-siapa. Arion masih jauh, tidak tersentuh terlalu sulit digapai. Kayline menyerah.

Perempuan itu mengangguk mantap kemudian berucap, “Kita selesai ya Rion.”

Kayline meraih tasnya diatas sofa kemudian berjalan keluar.

“Kay please..” Arion menahan tangan Kayline tepat sebelum pintu kamar terbuka. Kata selesai yang keluar dari mulut Kayline benar-benar membuat dunianya berhenti.

Hatinya sakit, dunianya seperti runtuh. Mungkin ini yang dirasakan Kayline selama ini. Atau mungkin lebih sakit? 

Membayangkan hari-hari berikutnya ia harus kehilangan Kayline. Tidak ada yang mencarinya sambil membawa sekotak bekal, atau tidak ada lagi yang ia cari di barisan penonton saat ia tampil dengan band kampusnya. Tidak, Arion tidak sanggup.

“Belum puas ya? BELUM PUAS KAMU MAININ AKU SEJAUH INI ARION??” Suara Kayline kembali meninggi, ia melepaskan kasar genggaman tangan Arion pada tangannya.

“Aku mohon kay…”

Ekspresi datar perempuan itu begitu menyakitinya, mungkin ini menjadi awal Kayline muak melihat wajah Arion. 

“Rion.. kalo kamu lagi enak-enakan sama cewek lain, kamu pernah nggak kepikiran aku? Aku dimana aku sama siapa aku sedih enggak kalo tau kamu begitu..”

“Kay-aku.." Lagi-lagi, Arion kehabisan kata. Ia berani bersumpah tidak ada wanita lain yang ia sentuh sedalam ia menyentuh Kayline.

“Arion, aku udah terlalu terluka sama Ayah, aku pikir aku sembuh kalo sama kamu. Tapi ternyata kamu malah bikin luka baru.”

Kayline memejamkan matanya erat, nafasnya sesak. Ia menangis terlalu lama, rasa sakit ini berkali-kali lipat lebih sakit dari biasanya. Melepaskan Arion adalah akhir paling tragis untuknya.

“Makasih Arion. Kamu yang pertama buat aku, yang terbaik sekaligus yang paling buruk. I love you..” Setetes lagi air mata jatuh saat Kayline mengucapkan itu, kalimat yang ia sendiri takut untuk mengucapkan. 

Namun saat ini berhasil ia keluarkan di hari dimana mereka selesai.

Sekali lagi Kayline menarik nafas panjang, wanita itu memaksakan satu senyuman meskipun malah terlihat sangat menyakitkan. Ia mengusap pelan wajah tampan Arion untuk yang terakhir, “Good luck sama Adel, aku ikut bahagia kalo kamu juga bahagia sama dia.”

“Titik tertinggi dalam mencintai itu adalah ketika kita mulai ikhlas untuk memilih melepaskan. Ini yang aku lakuin ke kamu sekarang.. bahagia ya Rion.”

Kayline membuka pintu kamar itu dan dengan segera keluar dari sana. Arion membisu, ia menatap pintu kamarnya yang masih terbuka. Kosong, hidupnya sudah terasa kosong disaat Kayline baru bergerak beberapa langkah.

Kamar ini menjadi saksi dimana mereka menghabiskan waktu bersama, bertukar cerita, bercumbu, bercanda, apapun yang ia lakukan bersama Kayline akan membekas disini. 

Arion merasa malu untuk sekedar mengejar perempuan itu, meskipun rasanya ingin berlari menahan Kayline disisinya memberikan banyak kecupan cinta dan pelukan hangat. Mengatakan bahwa Arion mencintainya, sampai rasanya hampir mati saat mendengar kata perpisahan tadi.

Lelaki itu kini merasakan, bagaimana hatinya seperti ditusuk seribu jarum. Bagaimana pedihnya mata itu saat harus menahan air mata yang akan menetes.

Rasa ingin menangis yang sejak tadi berhasil ditahan akhirnya runtuh, Arion ikut terluka. 

“Kayline..” Tenggorokannya bahkan terasa sakit saat meneguk ludah, perihnya begitu terasa, “Kayy aku gak bisa tanpa kamu..” 

Hening. Percuma.

Suaranya hanya tertelan di keheningan malam. Wanita itu sudah tidak disini, sudah tidak berada di sisinya. Kayline sudah jauh meninggalkannya.

Arion mengusap wajahnya kasar. Menjambak rambutnya sendiri, bukan ini akhir yang ia harapkan.

Matanya menatap sekeliling ruangan, di tempat ini mereka baru saja menghabiskan waktu panas bersama. Seharusnya sekarang keduanya masih bergelung dalam selimut, menikmati pelukan masing-masing sambil menonton serial favorit Kayline.

Kenapa malah seperti ini?

Ia berkata tidak akan melepaskan Kayline? Tapi Arion juga tidak mempertahankannya? Ia membiarkan Kayline pergi begitu saja..

Arion merasakan nafasnya semakin sulit, tatapannya buram karena air mata yang terus menetes. Mengingat bagaimana rapuhnya Kayline, memohon seucap status yang bahkan terlalu sulit untuk pengecut sepertinya wujudkan.

Pengecut ini seharunya hanya perlu berucap jika mereka saling mencintai, Kayline bisa mengungkapkan pada semua orang jika Arion adalah miliknya. Terbebas dari cacian sampah yang orang-orang lontarkan. Harusnya begitu, namun lagi-lagi Arion terlalu egois.

Laki-laki tidak tau malu ini lebih memilih mempertahankan egonya untuk tidak mempertahankan Kayline, memilih tidak menarik wanita itu dari kejamnya cacian orang-orang sok suci.

Arion ingin marah, ingin menampar semua mulut sampah yang berani berkata buruk pada Kayline. Namun saat melihat kebelakang, bagaimana ia tidak pernah memberikan status atau sekedar mengajak perempuan itu untuk menunjukkan kepemilikannya? Pantas.

Pantas saja orang-orang berpikir begitu. Dirinya adalah masalah utamanya, ia yang membuat orang-orang berspekulasi sendiri dengan pikirannya. Ia adalah pemberi bahan.

Arion sadar. Dia sendiri yang menyakiti Kayline paling besar.

Wanita manis itu selalu menganggapnya obat, namun nyatanya Arion adalah racun.

Tangisan keras Arion pecah malam ini. Akhir seperti ini memang bukan yang ia harapkan, tapi ini jalan yang ia pilih. Tidak mempertahankan Kayline.

Entah mampu atau tidak, ini adalah konsekuensi yang harus ia jalani. 

Kayline sudah terlalu dalam terluka, mungkin akan sulit memperbaikinya. Bahkan jika Arion bersujud di kakinya..

Tatapan menyakitkan tadi kini berhasil menghantuinya, tatapan binar penuh cinta itu sekarang tidak ada lagi. Arion kehilangan semuanya..

“Maaf Kayline..”

“Maaf..”

~~

Di tempat lain, Kayline menatap bulan terang diatas sana. Ini sudah tengah malam, ia baru saja menghubungi adik sepupunya untuk menjemputnya.

Air matanya sudah tidak menetes. Sejak memutuskan untuk pergi meninggalkan Arion saat itu juga ia bertekad benar-benar melepaskan semuanya..

Mulai besok. Ia tidak perlu lagi membuat bekal, atau mencari Arion ke ruang musik.

Tidak lagi menunggu lelaki itu untuk pulang bersama.

Tidak lagi bertukar kabar lewat chat.

Tidak lagi menonton festival kampus yang mengundang Arion sebagai bintang tamu..

Ia akan meninggalkan semua kenangan mereka sampai disini.

Kayline tersenyum tipis, akhirnya hari ini datang. Hari dimana ia harus menjadi lebih baik dari sebelumnya..

Wanita itu membuka ponsel miliknya kemudian mendial nomor Nilam, sahabatnya.

Beberapa deringan sampai panggilan itu dijawab,

“Hallo Kay kenapa telfon malem-malem gini?”

Kayline menghembuskan nafas panjang sebelum berucap, “Nilam. I'm done, gue berhasil lepasin semuanya..”

I'm done. Ya semuanya selesai, Kayline menyerah..

PIPIPPIPIIPPPP-
END-

Selamat menikmati momen blueci MMA yang secuil itu ya besti2, Jamet kita terlalu pemalu kalo sama mas blu ternyata. Alasan kenapa gue jarang nulis angst itu karena susah, gue nggak bisa ngefeel melow2 tai kucing. 

Tapi pengen bikin, kalo didinget-inget bluci ini di cerita gue perasaan heppi mulu deh sekali-kali harus gue bikin mereka tidak menyatu bauahahahha….

Enjoy ayang, have a nice day senin besok. papayyy

ABAIKAN TIME DI BONUS GUE! MALES EDITTT BANGET.

BONUS-


Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
#Bluesy
Selanjutnya Intimate (JevaGa)
29
5
100% FiksiTidak ada kaitan apapun dengan kehidupan face claim! sekali lagi ini FIKSI AY!Pict from pinterest and cr to the real ownerLilbit mature ya ay, lillllbittt!Sowwry for typo ya ayang 
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan