Bab ke-7 dari novel Pena Saran
Tepat saat bel berbunyi, Rendra melemparkan pena yang ada di tangannya ke meja.
Itu bukan karena frustrasi, melainkan, karena dia telah selesai menyalin semua rumus dan penjelasan yang tertulis di papan tulis.
Kelas berakhir tanpa banyak keributan. Suara dering keras bergema di udara, mengisyaratkan berakhirnya sekolah, barulah keributan terjadi.
Anak-anak yang gembira bersorak gembira padahal guru mereka masih berada di kelas.
Tetapi, di luar perkiraan, guru itu tidak memarahi mereka, melainkan mengucapkan kata perpisahan dan semangat untuk terus belajar sebelum akhirnya ia keluar melalui pintu kelas.
“Sekolah selesai! Kita akhirnya bebaaass!” Seorang wanita berteriak dari bangkunya, aku tidak mengingat namanya, tapi sikapnya yang riang cukup membekas mulai saat ini.
“Rendra, kalau kamu senggang, mau aku antar keliling sekolah? Mungkin kamu akan menemukan ekskul yang menarik.” Beralih pada Bagas yang ikut mendekat, mungkin karena obrolan saat siang membuatnya tertarik untuk mengantarku mencari ekskul yang ada.
“Ah benar, kami kekurangan anggota, ayo ikut kami Rendra, kamu pasti suka.” Seorang gadis lain mendengar ucapan Bagas dan merasa tak ingin kalah ia ikut mengacaukan suasana.
“....”
Berbagai ucapan ajakan dilontarkan murid yang mulai bergerombol ke Rendra.
Sebuah obrolan meriah segera berlangsung di sekitar bangku Rendra tanpa henti setelah sebelumnya sangat sunyi.
Mungkin karena pelajaran selesai, jadi semuanya bebas berbicara tanpa berbisik.
Melalui sela-sela kerumunan, Rendra yang kelabakan mengangkat kedua tangannya, mengisyaratkan
“Ah, maaf. Terima kasih sudah mengajak, tapi aku sudah ada janji dengan seseorang sekarang, mungkin lain kali.”
“Begitu ya, sampai besok lagi.” Mereka yang kecewa menghentikan ucapan persuasif mereka, kecuali Bagas, ia memperhatikan Rendra hanya berbicara padanya dan Yudha.
Tetapi, kerumunan itu belum pergi, melainkan kembali mengajak Rendra dengan kalimat yang hampir sama, hanya saja diakhir kalimat ditambahkan kata “besok.”
Sekali lagi Rendra kebingungan.
Tepat seperti yang Rendra butuhkan,
“Bisakah kalian diam? Kalian membuat dia tidak nyaman,” Aira yang sedari tadi diam di tempat duduknya, berdiri setelah selesai membereskan buku yang berserakan di bangkunya. “Lagi pula, dia sudah ada janji denganku.” Katanya dengan menggendong tas punggungnya, “Aku menunggumu di luar kelas.” Satu kalimat tambahan sebelum Aira berjalan keluar.
Tak ada suara tambahan sampai Aira benar-benar pergi, meninggalkan Rendra yang kesusahan membereskan buku-bukunya.
Rendra pergi, meninggalkan teman-teman sekelasnya yang bengong melihatnya berjalan mengikuti jejak Aira.
Rendra berjalan menjauhi kelas, mengikuti langkah demi langkah yang dibuat oleh Aira.
***
Mereka sampai di ruang OSIS.
“Permisi.” Ucap Aira sambil mengetuk jendela pintu dan membuka pintu.
Setelah Mereka memasuki ruangan, melihat seseorang melambaikan tangannya di sisi ruang.
Rendra merasa sedikit tidak nyaman karena Rendra tidak tahu apa yang Aira inginkan darinya.
“Ahh… Sudah datang ya, kalian datang di waktu yang tepat."
Dia sedang menikmati teh botol, sepulang sekolah, duduk di sana di kursinya dengan postur kendur yang biasa.
... Sejujurnya, dengan cara dia berpakaian, Rendra tidak yakin harus mencari ke mana. Wajahnya yang seputih susu memasuki pandangan Rendra, gerakan lengan yang mempersilahkan Rendra masuk membuatnya tidak dapat diabaikan.
Lucunya, waktu sekolah baru berlalu beberapa saat, tapi ia telah berganti pakaian yang lebih bebas. Ia melonggarkan kancing baju paling atas seragam sekolahnya, mengibaskan rambut panjang yang terurai.
Ia menyuruh Rendra duduk, sementara Aira berjalan dan berdiri di depan lemari, mengambil dua botol teh dan menaruhnya di depan Rendra dan Aira duduk di sebelah Rendra.
“Terima kasih telah datang. Kamu, Rendra Adinata, benar?”
“I-iya.” Jawab Rendra gugup.
“Sepertinya yang kamu lihat, aku, Clara Lexa Viviana ketua OSIS sekolah ini. Senang bertemu denganmu, boleh aku memanggilmu Rendra?”
“Ah iya, boleh, senang bertemu denganmu juga.”
“Pertama-tama, aku ucapkan selamat datang di sekolah ini.” Kata Clara sambil mengembangkan kedua tangannya.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
