REBORN, MY LORD — 1

3
0
Deskripsi

REBORN, MY LORD — 1

 

***

Sakura adalah gadis cupu. Dikucilkan. Hidup sebatang kara setelah diusir dari rumah pamannya. Orang tuanya sudah lama pergi. Kakaknya menghilang saat sedang kuliah keluar negeri.

Sakura mempunyai kekasih, tapi itu hanya permainan yang dibuat teman-temannya. Disaat mereka berstatus pacaran, sang pacar selalu mengencani wanita lain.

Sakura tidak ubah bagai makhluk tak kasat mata. Jadi mahasiswi abadi. Dicemooh seluruh warga kampus. Pasokan ekonomi yang apa adanya. Cukup sudah. Tidak ada harapan lagi untuk dia hidup.

Sakura berjalan di tengah rel kereta api. Sedangkan dari kejauhan bunyi roda bergesekan dengan rel semakin mendekat tidak bisa dihindari lagi.

Gubrakkkkkkkk… 

Akkhhhhhhh… 

.

UCHIHA KINGDOM

***

"Ughhh…"

Sakura terbangun karena rasa ingin buang air besar yang kuat. 'Tunggu! Bukankah dia seharusnya telah mati?' . Sakura mengamati sekitar ada yang aneh. Tempat ini aneh. Juga, ada banyak orang dengan pakaian aneh.

"Srrrhhh…" Dengan cepat Sakura memegang kepalanya yang tiba-tiba pusing karena muncul ingatan-ingatan yang tidak dia kenali dalam ingatannya. 'Apa ini?'

"Lady, Anda tidak apa-apa?" tanya salah satu orang di sana.

'Tidak mungkin, kan, ada yang selamat setelah tertabrak kereta api?'

"Awww…" Sakura meringis kuat. Meraba-raba perutnya yang terasa mulas. 'Tunggu! Ini terlalu kembung.' Sakura menunduk panik melihat perutnya. Sesuatu di dalam sana menendang kuat.

"Apa yang terjadi?" tanya Sakura panik pada orang-orang aneh di sana.

"Tenanglah, Lady! Sebentar lagi. Anda akan bertemu dengan bayi anda," jawab perempuan berambut pirang. Tatapan kelereng madu yang seolah berkata harus tetap kuat.

"Ba-yi?" Mata Sakura terbelalak lebar. 'Bayi? Demi Tuhan! Apa yang terjadi?' Perutnya mulas luar biasa. Lalu otaknya harus berpikir keras. ‘Kondisi apa ini?’ Sejenak ingatan saat tadi mengalami pusing kepala menghantam ingatan lain yang belum pernah dia alami. Lagi. Lagi dan lagi. 

Sakura. Pernikahan. Uchiha. Kerajaan. Lalu keturunan. 'Oh… Apakah dia hidup kembali setelah bunuh diri? Di tubuh orang ini? Orang yang ternyata memiliki nama sama? Menikah dengan seorang tiran, dan sekarang... Sekarang...'  Perutnya seolah kembali diremas kuat. Menyadarkan Sakura untuk fokus pada rasa sakit di perutnya. Rasanya sungguh lebih menyiksa dibandingkan upayanya agar ditabrak kereta.

"Arrrggggghhhh…" teriak Sakura nyaring. Tangan yang semula digunakan untuk meremas kuat perutnya, kini dipegang kedua orang berpakaian medis agar berpindah meremas benda lain.

"Tenanglah, My Lady! Anda harus kuat. Belum saatnya. Atur nafas Anda perlahan-lahan!" Seseorang bernama Dokter Tsunade dalam ingatan Sakura memandunya.

"Kenapa... Huft.. Huft… Bisa begi—ni?" ucap Sakura susah payah.

"Tadi Anda pingsan? Mungkin Anda syok saat merasakan kontraksi." 

Jawaban yang salah maksud.

Sakura bermaksud bertanya kenapa dia bisa bangun di tubuh wanita ini? Akan tetapi jelas mereka akan merasa bingung jika Sakura menjelaskannya.

Sekarang yang lebih penting bagaimana dia bisa mengeluarkan makhluk kecil dari perutnya ini? Karena sungguh ini menyakitkan.

"Hikss... Aww... Sa—kit." Kontraksi kuat menghantam Sakura bertubi-tubi. Semakin lama semakin intens dengan frekuensi waktu yang semakin cepat.

Dokter Tsunade masih belum mengizinkan Sakura untuk mengejan, dan itu sangat menyiksa. Hampir empat jam setelah Sakura sadar.

Hilir mudik para pelayan dan perawat yang sebagian dikenal dalam ingatan Sakura. Mengganti air panas baru, menyeka keringatnya yang bercucuran, membawa kain baru. Tidak sedikit yang membisikan kata penyemangat atau menjadi pelampiasan tangan Sakura akibat menahan sakit.

"Aduhhh… Sampai kapan ini?" bentak Sakura diluar kendali.

Dokter Tsunade hanya tersenyum ramah. Tangan itu tidak berhenti memijat pelan area paha dan pinggang Sakura yang terasa kebas. Sesekali bergiliran dengan perawat di bawah perintah dokter itu untuk meracik ramuan obat.

"Apakah bisa sesar saja? Ini sakit sekal?" tanya Sakura pasrah.

"Sesar? Jenis apa itu, My Lady?" tanya Tsunade dengan tatapan bingung. 

"Sesar? Sesar, metode untuk mengeluarkan bayi."

"Metode seperti apa itu?"

Zaman apa yang Sakura masuki ini? Apakah dia harus mati dengan cara seperti ini? Melahirkan kehidupan baru dulu. Mengingat dulu dia hanya pernah menjadi pacar simpanan.

"Lupakan!" Percuma menjelaskan.

Sreeggg… 

Tiba-tiba pintu dibuka, dan munculah seorang pria perawakan gagah, tampan bak Raja Yunani dalam ingatan lama Sakura.

"Hormat kami, My Lord!" Semua orang memberi hormat kecuali Sakura—pada pria tersebut.

‘Sasuke,’ batin Sakura. Ingatan baru Sakura mengarah bahwa lelaki ini adalah ayah dari bayi yang sedang berontak diperutnya.

"Kenapa lama sekali?" Suara tegas dan dingin membuat Sakura yang sedang meringis tidak berkesudahan semakin meremang.

"Pembukaan jalur lahirnya belum lengkap dan, air ketuban belum pecah sempurna, My Lord," jawab dokter Tsunade tenang.

"Berapa lama lagi?"

"Itu tergantung kondisi, My Lord. Mungkin sebentar lagi." Tsunade masih menunduk. 

"Apakah dia begitu lemah?" Tatapan mencemooh dari Sasuke tertuju pada Sakura.

'Apa apaan ini? Pria itu merendahkan orang yang sedang berjuang melahirkan?' Namun itu hanya sebatas gumaman batin karena napas Sakura yang putus-putus menyulitkan untuk berbicara.

"Mungkin Anda bisa merangsang bayinya. Terkadang ikatan batin ayah dan anak bisa mempengaruhi."

"Tck! Merepotkan!" Sasuke mendengus kasar. "Jadi?"  tanya Sasuke ambigu. 

"Hanya mengelus bayi Anda yang ada dalam kandungan, dan memberikan kata-kata." Dokter Tsunade menjelaskan dengan sabar.

Tanpa menunggu lebih lama lagi. Sasuke sudah meninggalkan pekerjaan hanya demi ini. Dia telah diseret ke sini. Sasuke mengikuti mitos yang dijelaskan Tsunade. Berjalan mendekati Sakura yang tampak kuyu dan kacau. Mungkin sudah dalam keadaan setengah sadar, karena Sakura yang biasanya akan bertingkah kesenangan saat didekati dirinya.

Mengelus perut Sakura yang kencang dan keras. Ini pertama kalinya bagi Sasuke. Selama kehamilan tidak sekali pun Sasuke hiraukan rengekan atau kemanjaan Sakura yang semakin lama semakin menjadi.

Bayi di dalam sana menendang tangan Sasuke begitu kuat. Takjub. Tentu saja. Bayi sekecil itu bisa menendang tangannya bahkan sampai lubuk hati. Seolah bayi yang belum diketahui jenis kelaminnya ini sedang berbicara bahwa dia senang akhirnya mereka bertemu, dan mungkin karena antusia bayi itu tega menendang perut ibunya dengan begitu kuat. Sadar. Dia barbaru tersadar. Sasuke menoleh ke arah Sakura yang beusaha menahan sakit. Kemudian Sakura ditenangkan oleh dayang yang selalu disampingnya.

"Tenanglah! Lahirlah! Kita akan bertemu," bisik Sasuke pada perut Sakura tanpa satu orang pun bisa mendengar.

"Argghhhhh… Ahggg… Ahkkk…." teriak Sakura semakin menjadi. 

Tentu saja Sasuke dibuat terkejut.

Dengan cepat Tsunade memeriksa bagian bawah Sakura. "My Lady, dengarkan saya! Ini sudah waktunya. Dorong ketika gelombang kontraksinya kuat! Jangan sekarang! Atur napas terlebih dahulu! Ikuti aba-aba! Jika gelombang yang lebih besar datang Anda bisa mendorong."

"Ah… Ahkkkkkk…" Sekuat tenaga Sakura mendorong, saat gelombang yang dimaksud Tsunade datang.

Perawat bersahut-sahutan memandu sang Lady, dan terus memantau datangnya kontraksi.

"Bagus, Lady! Jangan memaksakan diri!" Sakura terengah-engah mengatur napas yang diarahkan.

Celaka! Sakura tidak bisa istirahat bahkan untuk satu menit. Kontraksi itu datang lagi tanpa mengerti kondisinya.

"Aww… Aahk… Sakittt..." Tangis Sakura menjadi tersedu-sedu. "Aku… Tidak kuattt…" ucap Sakura dikejar dorongan yang semakin kuat.

Semua orang panik melihat sang Lady yang menangis dan mengacaukan kekuatan dorongan.

"My Lady, Anda harus tenang!"

"Tenanglah, My Lady!"

"Fokus lagi untuk mengejan!"

Dukungan demi dukungan tidak henti untuk membuat Sakura semangat.

Sasuke mengelus lembut kening Sakura. "Lahirkanlah!" bisik Sasuke tegas.

"Hmppp… Kkhh… Huhf… Hhuh… Akhhh… Akhhh..."

"Kau akan tau akibatnya jika gagal, kan?" Ancam Sasuke lagi.

"Lady, hanya sebentar lagi. Dorong yang kuat! Kepalanya sudah terlihat."

"Sialan! Sebentar! Sebentar! Sejak tadi yang kau ucapkan hanya itu?" bentak Sakura kesal. Kesal karena tidak kunjung selesai. Kesal karena rasa sakit. Ditambah ancamam,bdan fakta bahwa dia juga dikucilkan di dunia baru ini.

"Sabarlah, Lady!" bisik Temari, dayang pribadi kepercayaan Sakura.

Sasuke mengerutkan alis bingung. Sejak kapan istri pertamanya berujar kasar? 

Di ujung perjuangan Sakura, kepala bayi itu benar benar sudah keluar. Terengah-engah mengumpulkan tenaga.

"Dorong, Lady!"

"Huhhhh… Huhhhh… Hah… Akhhhhh… Aww… Aww…Ahkkk…"

Oek… Oek… Oek… 

Seketika senyuman senang timbul di wajah semua orang di sekitar Istana Blossom saat mendengar tangisan bayi. Kecuali Sasuke dengan wajahnya yang datar, tapi tidak memungkiri jika dia merasa lega. 

Orang yang tidak menunjukkan rasa senang lagi adalah seorang wanita diluar kamar ini, istri kedua kaisar. Hyuga Hinata. 

"Selamat My Lord! My Lady!"

Sakura masih terengah-engah mengatur sisa napas yang bisa dihirup. Kepalanya berat. Dia ingin segera tahu kondisi bayinya yang masih menjerit saat dimandikan, begitu pun dengan dirinya yang akan dibersihkan. Bayi yang tiba-tiba masuk ke perutnya dan langsung dilahirkan. Dia ingin tahu makhluk seperti apa dia. 

"Seorang princess, My Lord." Informasi Tsunade merubah raut wajah Sasuke menjadi semakin dingin. 

Seketika dalam ruangan menjadi hening. Sebagian prihatin. Namun bagi Sakura yang mendapat ingatan, malah membuat semakin pusing. Maka setelah memastikan bayinya baik-baik saja. Kegelapan merenggut kesadaran⁠⁠⁠⁠⁠⁠⁠.

.

.

***
TBC

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya REBORN, MY LORD — 2
4
0
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan