Hari ini Karamatsu akan bertemu dengan seseorang yang akan memberinya pekerjaan baru.
Di dapur rumah keluarga Matsuno, tampak seorang pemuda ber-hoodie biru sedang memasak makanan yang cukup banyak, setidaknya cukup untuk delapan orang, termasuk enam orang pengangguran yang sangat rakus. Pemandangan tersebut cukup jarang terjadi, dikarenakan pria tersebut biasanya hanya membantu orang tuanya memasak dengan baju piyama yang masih melekat di tubuhnya mulai jam 7 pagi, bukannya memasak sendirian di jam 5 pagi buta.
Mungkin hal itu yang akan dilakukannya, kalau bukan karena pesan yang diterimanya kemarin. Entah mengapa, Atsushi tiba-tiba saja mengirimkan pesan untuk segera bertemu dengan sang pemuda di hari ini. Dia bilang itu adalah ajakan kencan biasa (tentu saja Karamatsu tidak akan menelan mentah-mentah alasan tersebut). Namun, anak kedua dari keluarga Matsuno itu sendiri, dirinya tidak bisa menolak untuk bertemu dengan sang rekan kerja begitu saja.
“Padahal aku masih ingin menikmati liburanku!” batin Karamatsu yang kini memotong sayuran dengan kasar.
Karena itu dirinya harus pergi pagi-pagi, agar Todomatsu sang adik, tidak curiga saat tahu jika kakaknya akan bertemu dengan teman baiknya. Bakal runyam situasinya nanti, jikalau ia terpergok berduaan dengan Atsushi, sampai-sampai harus membuat alasan yang aneh-aneh pada adiknya itu. Karamatsu benar-benar tidak ingin prospek 'pekerjaan rahasianya' diketahui oleh satu pun orang di keluarga Matsuno.
Karena itu lah, pemuda tersebut memutuskan untuk segera lenyap dari pandangan para saudaranya sebelum ada yang memergokinya.
Sesaat setelah semua masakannya matang, Karamatsu segera mengambil masakan yang mulai mengepulkan uap hangat tersebut dan menatanya rapi di atas piring. Kemudian, pemuda itu pun menyiapkan mangkuk, sumpit, serta alat-alat makan lainnya di meja. Tak lupa pula, beberapa potongan buah yang sudah dikupas, diletakkannya dengan rapi di atas meja. Saat semuanya sudah tertata rapi, dirinya segera mengambil porsi sarapan di atas meja dan melahapnya dengan tenang sambil melihat informasi di internet melalui handphone di genggaman tangan.
Sebisa mungkin, pemuda itu ingin mencari tahu informasi sekecil apapun, tentang siapa sosok yang membunuh kucing yang sempat ditemukannya waktu itu.
Tampak sebuah grup chat anonim kota Akatsuka muncul di layar. Dengan menggunakan identitas samaran, semalam Karamatsu sempat membahas terkait kasus kematian kucing misterius di kota Akatsuka dan mencoba memancing informasi dari pengguna akun anonim lainnya. Dan sekarang, di sebuah ulasan yang ditulisnya semalam, telah muncul berbagai macam tanggapan.
Beberapa hanya komentar yang tidak berguna, tapi sebagian lainnya memberikan informasi yang cukup terperinci. Informasi terkait tempat penemuan mayat-mayat kucing di beberapa distrik yang cukup acak, maupun analisis terkait terduga pelaku dan sekilas ciri-ciri fisiknya dari CCTV yang terpasang di kota, dapat ditemukannya dengan mudah di situ. Walaupun informasi tersebut tidak seratus persen benar, tapi hal itu sudah cukup untuk membuktikan teori dari sang pemuda.
Setelah selesai membaca semua informasi yang tertera di layar handphone, Karamatsu segera menyelesaikan makannya dan membersihkan alat makan yang digunakannya. Tak lupa pemuda itu pun meletakkan alat-alat makan tersebut ke rak piring, setelah dikeringkan. Kemudian, pemuda tersebut bergegas pergi ke kamar tidur untuk mengambil tas berisi baju ganti dan barang-barangnya yang lain.
Namun, sebelum sang pemuda sempat melangkah masuk ke kamar, tampak si sulung telah berdiri di ambang pintu kamar. Hal itu seketika membuat Karamatsu, hampir saja berteriak kencang di pagi hari dan membangunkan seisi rumah. Untungnya, dia menahan keinginan tersebut dan mendapati bahwa kakaknya itu, tampak setengah sadar dan baru bangun dari tidurnya. Dengan baju kusut, wajah lecek, dan rambut semrawut yang berdiri kaku tanpa arah, membuat pemuda itu sukses terlihat seperti gelandangan.
"Ohayou (pagi) ... Karamatsu." Tampak si sulung tengah mengucek mata dengan pelan, kemudian mengusap sedikit air liur yang keluar dari sudut-sudut mulutnya.
"Pagi, aniki (bang). Bagaimana kabarmu hari ini, my brother ...? Pastinya cahaya mentari yang indah pagi ini, akan turut menyinari hari-hari indahmu itu ...," membalas perkataan sang kakak, Karamatsu segera memasang pose-pose narsisnya. Berusaha mencoba melupakan sedikit, dari rasa terkejut yang sempat dirasakannya.
"Aduh, jangan bikin aku sakit gara-gara ketawa di pagi hari dong, Karamatsu ...." Osomatsu segera memegangi rusuknya dan memasang ekspresi pura-pura meringis kesakitan.
Melihat itu, sang adik segera menghentikan pose dan gaya bicara 'nyentrik'nya.
"Eh, apakah semenyakitkan itu? Baiklah, aku akan berhenti."
"Ah, tidak perlu .... Sekarang aku sudah kebal. Ngomong-ngomong, apa kau tidur nyenyak tadi malam? Nggak mimpi buruk ‘kan?" tanya sang pemuda yang masih meringis menahan tawa.
Mendengar perkataan tak biasa yang diucapkan oleh kakak satu-satunya itu, membuat Karamatsu tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.
"Eh, kenapa kau bertanya seperti itu, aniki?" Intonasi bicaranya terdengar sedikit menunjukkan rasa terkejut dan penasaran.
Mendengar pertanyaan tersebut, Osomatsu cuma menjawab dengan santai.
"Entahlah ... Intiusi kakak, mungkin?"
"Oh, Begitu ya .... Tenang saja, Aku tidak mimpi buruk malam ini. Sepertinya, yang mimpi buruk justru Ichimatsu. Karena saat baru bangun tidur, kulihat Ichimatsu sudah berkeringat dingin dan gemetar ketakutan. Untungnya, sekarang sudah lebih baik," balas Karamatsu yang tampak mengusap-usap dagunya sambil terlihat sesekali berpikir, kemudian tersenyum simpul di akhir perkataannya.
Mendengar jawaban dari sang adik, pemuda berpiyama itu mengangguk pelan dan mengalihkan perhatiannya pada tampilan adiknya tersebut.
"Baguslah kalau begitu. Ngomong-ngomong kamu mau kemana? Rapi sekali pagi-pagi."
“Tumben tanya,” batin Karamatsu dalam hati.
"Aku ada janji dengan kenalan hari ini. Kemungkinan siang baru pulang."
"Oke .... Sarapan dah jadi kan, ya?"
"Sudah. Ada di atas meja." Pemuda ber-hoodie biru itu pun tampak menanggapi datar pertanyaan Osomatsu.
"Yuhu ....!!" Mendengar jawaban dari sang adik, si sulung langsung berlari ke bawah tanpa mengucapkan sepatah kata pun kepada adiknya, yang kini tampak menghela napas panjang.
Setelah melihat kepergian sang kakak, Karamatsu segera tersadar akan sesuatu.
"Hei, jangan dihabiskan semua jatah lauk yang sudah kubagi!"
Setelahnya, di sebuah wilayah di kota Akatsuka.
Di sudut cafe bergaya Eropa dengan pemandangan yang sangat cantik dan cocok sebagai lokasi berswafoto, duduk seorang pria yang mengenakan kemeja hitam dengan jas biru Dongker yang disampirkannya di atas kursi. Pandangan matanya terus mengitar ke berbagai arah, seolah mencari sesuatu. Tangannya yang masih memegang secangkir kopi hangat, digerak-gerakkannya dengan gusar. Dari gerak-geriknya, pria itu tampak tengah menunggu seseorang.
Ternyata dugaan tersebut terjawab, sesaat setelah seseorang ber-hoodie hitam-biru yang tampak mencurigakan dengan masker hitam yang menutupi wajah, masuk ke dalam Cafe. Melihat kedatangannya, pria berkemeja hitam tampak memfokuskan perhatian pada orang itu dan melambaikan tangan untuk mengisyaratkan agar sosok ber-hoodie tersebut, ikut duduk bersamanya. Setelah orang itu duduk, pria itu pun tersenyum dan menyapanya dengan hangat.
"Selamat pagi, Kara-san. Bagaimana harimu?"
"Buruk. Setelah kau menghubungiku dan membuatku duduk di sini selama sisa waktu liburanku," balas sosok ber-hoodie atau yang pria itu sebut sebagai Kara, menunjukkan kekesalannya dengan jelas dari intonasi nada bicaranya yang datar dan berat.
"Ah, maafkan saya kalau begitu. Hanya saja, saya rasa Anda akan tertarik dengan topik yang saya bicarakan di sini dan membutuhkannya untuk sesuatu yang Anda rencanakan sejak beberapa hari terakhir."
Mendengar jawaban dari Atsushi, membuat Karamatsu terkejut.
“Bagaimana dia bisa tahu?!”
Namun dalam waktu singkat, pemuda itu segera mengembalikan ketenangannya dan mulai angkat bicara.
"Hentikan gaya bicaramu yang formal itu dan cepat ceritakan saja apa maksudmu. Lagipula sejak kapan kau mengawasiku?" ucapnya sambil mendecakkan lidah, menatap orang yang kini terus tersenyum kepadanya.
"Hahaha .... Baiklah, kalau begitu. Sebelumnya aku sudah pernah bilang Kara, kalau 'kami' selalu memastikan keamanan anggota kami .... Termasuk kamu, yang masih jadi 'calon' anggota. Apakah bisa dipahami?"
Karamatsu mengangguk pelan.
"Kemudian, urusanku untuk segera menemuimu hari ini, karena ingin mengabarkan hal penting yang mungkin dapat membantu penyelidikan pribadimu. Informasi yang ingin kubagikan ini, cukup penting dan sengaja kuserahkan padamu sebagai bagian dari 'misi' tidak resmimu." Setelah mengatakan hal tersebut, Atsushi tampak menyodorkan sebuah USB dan amplop coklat yang cukup besar. Kemudian ia melanjutkan perkataannya tersebut,
"Informasi di dalamnya bakal kamu butuhkan. Seperti lokasi persebaran aksi pelaku dengan waktu yang cukup spesifik, kondisi tubuh kucing yang menjadi korban, beberapa barang bukti, sampai data pribadi pelaku kecuali wajah asli dan nama samarannya yang terbaru."
"Tunggu dulu, kenapa aku tiba-tiba harus dapat ini langsung darimu? Aku tahu ini bagian dari misi tidak 'resmi'ku, tapi aku ingin tahu alasan pasti darimu. Dan kenapa harus memberikannya secara langsung di sini? yang membuatmu beresiko ketahuan orang lain .... Bukankah mengirimkannya melalui email, akan lebih mudah bagimu?"
"Ah, sebenarnya aku tidak perlu juga memberikannya padamu kok. Aku sendiri masih bisa kalau mengatasi hal remeh seperti ini. Tapi perlu kau tahu, kalau 'kami' sekarang sedang kekurangan anggota dan bos sedang sibuk, sementara aku harus mengambil alih pekerjaannya selama beberapa hari. Kalau minta tolong ke anggota yang lain, mereka sedang sibuk semua .... Bahkan para petinggi, juga hanya akan menanggapi kasus ini sebagai kasus sepele. Padahal aku yakin kalau hal ini, tidak sesepele yang mereka kira ...." Tiba-tiba Karamatsu dapat melihat sedikit kilatan cahaya yang terpancar di matanya, menunjukkan rasa kesal yang besar. Namun, dalam waktu singkat pancaran cahaya itu menghilang.
".... Lagipula, anggap saja aku juga ingin mengujimu dengan kasus ini. Toh, selama hasil akhirnya sama, kita berdua tidak akan dirugikan ‘kan? Aku tahu kau punya latar belakang tersendiri untuk kasus ini, jadi mustahil bagimu untuk menolak tawaranku dan tidak menyelesaikannya dengan kedua tanganmu sendiri," ucap pemuda berkemeja itu dengan santai.
Terlihat Atsushi tampak menopang dagunya dengan tangan kiri. Sedangkan tangan kanannya, perlahan menggoyang-goyangkan cangkir kopi yang isinya sudah habis, sambil salah satu jarinya menunjuk ke arah dokumen yang kini berada di tangan Karamatsu.
Sementara itu, pemuda ber-hoodie yang sejak tadi terdiam di depan meja, tampak mengehela napas panjang.
"Haah …. Kau benar soal itu."
"Baiklah, segitu saja yang bisa kuucapkan. Tidak baik berlama-lama di sini sambil diawasi oleh beberapa tikus, apalagi jika mereka pintar mengusik melalui ini." Sang pemuda berkemeja hitam tersebut, kini menggoyangkan handphone yang berada di genggaman tangan. Melihat itu, Karamatsu segera tersadar.
"Jadi, alasan lain kau bertemu denganku di sini adalah ...."
"Yup, aku ingin sesekali ber-swafoto dengan kakak temanku." Atsushi menatapnya dengan semangat tanpa menunjukkan keraguan sedikitpun.
"Hah?!" Sang pemuda ber-hoodie sama sekali tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya dari penyataan yang tak terduga tersebut.
Melihat reaksi Karamatsu, tiba-tiba pria di depannya tertawa lepas.
"Ahahaha .... Ekspresimu pasti kelihatan kocak banget, kalau kau lepas masker itu .... Tenang saja, aku bercanda kok, kecuali kalau kamu mau beneran foto denganku." Kemudian wajah sang pria berubah jahil, sama seperti Todomatsu si bungsu kalau sedang menggoda saudaranya.
"Mana mau aku berfoto denganmu," balas pemuda itu dengan ketus.
Mendengar balasan tersebut, Atsuhi memandangnya dengan heran.
"Eh ..., tapi adikmu, sepertinya hampir setiap saat berfoto denganku setiap kali kita bertemu."
“Kemungkinan dia cuma ingin menambah nilai positif ke cewek-cewek kenalannya, karena punya teman yang terlihat tajir melintir sepertimu.” Pikir Karamatsu setelah mendengar perkataan sang pria yang terdengar congkak.
"Eh, begitukah? Pantas ekspresinya lebih sering kesal kepadaku setiap kita bertemu, sama sepertimu sekarang. Adik kakak sama saja ternyata." Seakan bisa membaca pikirannya, pria tersebut berbicara sambil mengusap dagu.
Mendengar perkataan Atsushi, pemuda itu pun segera menyadari sesuatu.
"Tunggu dulu, apa maksudmu barusan? bagaimana kau bisa tahu adikku?!"
Sebelum pertanyaan tersebut terjawab, tiba-tiba handphone di kantung baju Karamatsu bergetar. Dengan segera dia mengangkatnya, setelah melihat nama Todomatsu tertera di layar.
“Bagaimana bisa Todomatsu tahu kalau aku punya handphone?!”
Sesaat, pertanyaan tersebut hilang dari benaknya, setelah mendengar suara dari seberang telepon.
"Nii-san!!!!! Yakyu (baseball)!"
"Eh, my little Jyushima−!" Saat pemuda itu ingin melanjutkan perkataannya, Atsushi meletakkan jari telunjuk di dekat wajahnya, mengisyaratkan sang pemuda untuk lebih tenang dan tidak bersuara keras, karena mereka sedang diawasi dari jauh. Menyadari hal tersebut, Karamatsu hanya mengangguk dan kembali menjawab panggilan dari sang adik dengan tenang.
“.... Bagaimana kau bisa menghubungiku? Apa yang kau lakukan dengan HP Totty?"
"Hahaha .... Entahlah. Cuma tidak sengaja pencet-pencet HP Totty sama HP nii-san, waktu aku pinjam HP-nya Totty diam-diam di kamar."
Pemuda itu seharusnya sadar kalau adiknya itu memang unik. Beberapa kali sang adik terpergok mencoba mencari tempat penyimpanan permen Karamatsu sampai membongkar seluruh isi lemarinya. Jadi, bukan tidak mungkin kalau adiknya itu, bisa menemukan handphone yang terus disimpannya di loker lemari.
"Ah .... Begitukah? Gomen (Maaf) ... my little brother, aku masih ada urusan di luar. Nanti aku bakal pulang, setelah itu kita main baseball, ya? Hmmm ...?"
"Hai, hai (ya, ya) .... Mau dijemput, ya? Oke, aku segera pergi! Muscle muscle! Hustle! Hustle!" Tidak mendengarkan seluruh perkataan dari sang kakak, Jyushimatsu kembali berbicara dengan ceria dari balik telepon.
"E-Eh, tidak perlu! Aku bisa pulang sendiri .... Lagipula, memangnya kau tahu posisiku sekarang ada di mana?" Karamatsu dengan panik segera membalas perkataan adiknya itu, mencoba mencegahnya melakukan hal yang gegabah.
"Nggak.
Bye, bye, nii-san!"
"Eh?"
Tut, Tut, Tut ....
Setelah mengatakan jawaban singkat tersebut, Jyushimatsu langsung memutus panggilan telepon dan meninggalkan kakak keduanya itu dalam keadaan terkejut.
Setelah mendengar jawaban singkat dari sang adik, Karamatsu pun segera bersiap-siap untuk pergi mencari sang adik. Kemungkinan besar, adiknya itu bakal tersesat sampai ke kota sebelah hanya untuk mencarinya. Sementara itu, Atsushi yang melihatnya tampak sibuk, menatap sang pemuda dengan tatapan mata yang sedikit kecewa.
"Sudah mau pergi? Padahal aku ingin mengobrol lebih banyak denganmu."
"Bukankah urusan kita sudah selesai? Kalau begitu, tidak ada alasan bagiku untuk berlama-lama di sini." ucap Karamatsu sambil memasukkan semua barang yang berikan sang pria, ke dalam tas ransel kecil yang dibawanya sejak awal.
"Yah, begitulah .... Hanya saja, Aku ingin sesekali menikmati suasana tempat ini sambil mengobrol dengan seseorang, sebelum bos menyuruhku bekerja lagi." Pria berkemeja hitam tersebut terlihat menghela napas panjang. Tatapan jenuh, terpancar jelas dari kedua matanya.
Melihat Atsushi yang terlihat seperti itu, membuat pemuda itu sedikit merasa iba.
"Tougou sepertinya suka memberimu banyak tugas, ya?"
"Tougou ...? Oh, code name bos, ya? Iya, memang bos selalu suka memberikanku tugas, kapanpun aku terlihat nganggur di kantor."
“Code name? Jadi itu bukan nama aslinya?”
Karamatsu, sejenak berpikir keras sambil mencoba mengingat sesuatu. Namun, tetap saja tidak ada sedikitpun informasi yang dia ingat dari Tougou, selain perannya sebagai sosok yang selalu muncul dalam mimpi buruk Osomatsu. Percakapannya dengan Tougou beberapa hari sebelumnya pun, juga hanya gertakan kosong. Dia tidak pernah benar-benar ingat apapun, selain yang kakaknya gumamkan dalam tidurnya.
Seakan tidak pernah terjadi apapun yang membuatnya pernah terlihat urusan dengan Tougou, sebelum mereka bertemu dalam beberapa hari terakhir.
Jadi, kapan Osomatsu pernah bertemu dengannya? Sepertinya Tougou juga pernah bilang, kalau dirinya pernah mengunjungi keluarga mereka, tapi kapan? Karamatsu sama sekali tidak bisa mengingatnya ....
“Bagaimana bisa aku tidak ingat? Apa mungkin ....”
Mencoba menepis isi pikirannya yang mulai rumit, pemuda itu pun segera membalas singkat perkataan Atsushi.
"Berat juga …."
"Yah, begitulah. Tapi nasibku masih lebih baik, sih. Bahkan ada yang disuruh melakukan misi under cover selama beberapa tahun non-stop."
"Sepertinya aku salah memilih tempat kerja, setelah mendengar ceritamu."
Mendengar perkataan Karamatsu, membuat pria berkemeja itu tertawa kecil.
"Yah ..., Tapi pada akhirnya juga, kau tetap di sini ‘kan? Tenang saja, walaupun pekerjaan ini memang terdengar sibuk dan menyiksa, tapi ada beberapa hal yang berharga dari pekerjaan ini untuk beberapa orang-orang di sini .... Termasuk untukku," ucap sang pria dengan tenang. Untuk sesaat, tatapan Atsushi tiba-tiba terlihat sedikit sendu. Kemudian dalam waktu singkat, tatapan kembali normal.
"Yah, pada akhirnya aku senang kalau misalnya Kara, tetap mau bekerja di sini. Menemui laki-laki seumuranku di tempat kerja, rasanya hampir mustahil. Bahkan, tempat itu sekarang sudah berubah menjadi sarang om-om. Setidaknya aku butuh teman yang seru sepertimu." Dengan sedikit menyeringai, pria berkemeja hitam itu, menatap sang pemuda yang terdiam sejenak setelah mendengar perkataannya.
"Yah ..., Aku sendiri sebenarnya tidak punya banyak pilihan. Jadi, mohon bantuannya Atsushi-kun. Ke depannya, aku bakal banyak merepotkanmu." Saat mengatakan hal tersebut, sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, Karamatsu menatap sang pria dengan tersipu malu.
"Oke. Mohon bantuannya juga. Karena ke depannya, Aku juga bakal merepotkanmu, Kara."
"Kalau begitu aku pergi dulu, sebelum hal aneh terjadi hari ini. Sampai jumpa."
"Hati-hati di jalan."
Segera setelah mendengar perkataan Atsushi, pemuda itu pun pergi meninggalkan cafe tersebut.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰