Retak, Tumbuh dan Mekar - I -

2
0
Deskripsi

Perjalanan hidup hendro dari terpuruknya hidup, lalu mencoba pulih. Melewati pahit nya cinta dan menemukan bunga baru yang jauh lebih indah.

Aku rasa judul itu cukup tepat untuk menggambarkan kisah hendro!

Pemuda asal batavia atau sekarang disebut jakarta memiliki kisah yang menurut saya sangat menarik untuk di bagikan.

Diusia yang matang , hendro di pindahkan oleh keluarganya ke daerah jawa tengah tempat kenalan kakeknya.

Kenapa hendro dipindahkan? Ada Masalahkah di diri hendro? Atau ...

Semoga kisah ini bisa menginspirasi dan menarik untuk kalian.

Tahun 2019 silam adalah tahun yang pahit untuk hendro. Batal nikah dan kontrak pekerjaan tak di perpanjang.

Hal inilah yang membuat hendro depresi, keluarga yang harusnya menyemangati malah mencaci maki hari demi hari.

April 2019

Di depan sebuah kantor yang besar, hendro menunggu kekasihnya yang sebentar lagi pulang kerja.

Hendro memarkiran motor vespa maticnya di pinggir jalan, dan bermain hape diatas motor.

Beberapa menit kemudian, dari lobby kantor muncul perempuan manis berbalut hijab sedang berjalan ke arahnya. Hendro tak berhenti memandangi wanita tersebut sambil tersenyum.

“hai.” Sapa wanita tersebut ketika sudah berada dihadapan hendro.

Sebut saja wanita itu “ulum.”

“hai sayang.” Sahut hendro tersenyum.

“kamu nunggu lama ya?” ucap ulum  sambil membetulkan lepitan hijabnya.

“ah engga ko, baru 3 detik.” Celetuk hendro menyerahkan helm bergambar stitch kepada ulum.

Ulum pun memukul lengan hendro pelan seraya berucap, “bisa aja kamu.” Lalu memakai helm dan naik ke atas motor.

Hendro lantas menyalakan motor nya. Tampak ulum yang sudah memeluk hendro dari belakang dengan sangat erat.

Hendro pun mengantar ulum pulang kerumahnya.

Di perjalanan.

“kita udah berapa sih ndro pacaran?” ulum yang menaruh wajahnya dipundak kiri hendro pun bersuara.

“kenapa sih sayang emangnya?” hendro pun menjawab sambil fokus berkendara.

“nanya aja sih, kek nya kita udah lama ya pacarannya.” Lanjut ulum menimpali.

Hendro hanya diam tak menjawab.

“ko gak dijawab.” Ulum kembali bersuara.

“apaan sih sayang.” Timpal hendro

“hm itu yang pertanyaan aku barusan.” Lanjut ulum.

“4 tahunan apa ya.” Jawab hendro yang memang ingat bahwa mereka berpacaran dari tahun 2016.

Ulum hanya diam memeluk hendro dari belakang.

Saat mereka mau sampe ke rumah ulum, ulum kembali berbicara.

“kamu gaada niatan mau ngelamar aku ya ndro ?”

Hendro yang mendengar itupun seperti di tusuk panah di dadanya. Panah asmara ya hehe.

“adalah sayang. Kan aku udah janji sama kamu.” Jawab hendro memalingkan wajah nya sedikit kebelakang.

Mereka pun terdiam kembali.

Ketika motor ingin memasuki area cluster kediaman ulum.

“hmmm kalo aku dilamar sama orang gimana?” sahut ulum dari belakang.

Hendro pun meminggirkan motor nya dan mematikannya.

“kamu kenapa deh? Kan aku udah bilang desember nanti aku bakal kerumah kamu sama keluarga aku buat melamar.” Jawab hendro yang sudah turun dari motor berdiri memandang ulum.

“ur sure? Aku hanya sedikit ragu aja.” Balas ulum.

oh my god, udah aku omongin sama keluarga aku juga ko.” Lanjut hendro sambil mengusap tangannya di atas kepala.

“semoga kamu bisa tepati janji mu ya ndro.” Ucap ulum kembali.

Hendro pun memegang kepala ulum dengan kedua tangannya dan mencium keningnya.

“iya sayang, aku janji.” Seraya berucap.

Lalu hendro kembali naik ke atas motor dan menyalakan kembali.

Tak lama, mereka tiba didepan rumah ulum.

Ulum pun turun dari motor dan membuka helmnya untuk diserahkan ke hendro.

“kamu mau mampir.” Berkata ulum kepada hendro.

Hendro pun berkata kalo ia capek sekali habis bekerja dan ingin langsung pulang saja .

Ulum mengambil tangan kanan hendro dan menundukkan kepala nya untuk salim.

“hati hati ya.” Pungkas ulum

Dengan tersenyum hendro membalas, “ia sayang.”

Lantas hendro menyalakan motornya untuk pulang kerumahnya.

Hari hari berikutnya hendro seperti menyadari ada yang berbeda dengan ulum. Kekasihnya itu sering melamun, bahkan ketika hendro dan ulum sedang makan. Ulum yang biasanya memiliki kepribadian gemar bercerita, tapi entah kenapa ia seperti tidak banyak berbicara.

Hendro berpikir, pasti ada yang disembunyikan oleh ulum. Tapi setiap ditanya oleh hendro.

“kamu kenapa?” “gapapa ko.”

Begitu saja jawaban ulum.

Hendro pun sebisa mungkin untuk berfikir positif ke pasangannya.

Suatu ketika hendro yang berprofesi sebagai creative di sebuah perusahaan EO. Ia sedang bertemu dengan client nya di sebuah restoran untuk membicarakan tentang project event yang akan direncanakan.

Hendro, temannya dan 2 orang client sedang makan sambil berdiskusi. Ia tak sengaja melihat ulum dan ibunya sedang berada di toko baju. Tapi hendro berusaha mengalihkan perhatiannya. Karena ia sadar bahwa ia sedang bertemu orang penting.

Ia pun beraktivitas seperti biasanya, malamnya ketika ia pulang kerja. Ia menghubungi ulum.

Hendro : “halo yang.”

Ulum : “iya sayang, kenapa.”

Hendro : “kamu dimana?”

Ulum : “dirumahlah kan kamu tau aku libur.”

Hendro : “aku kerumah kamu ya.”

Ulum : “he..eh jangan sekarang yang, ada banyak teman papa.” Ulum berbicara seperti orang terbata bata.

Hendro : “oh oke deh.”

Telfon pun dimatikan oleh hendro, ia memacu motornya untuk pulang kerumah. Sepanjang perjalanan pulang, hati hendro sebenernya gelisah. Kepalanya tak henti hentinya memikirkan perubahan sikap ulum.

“pasti ada yang disembuyiin sih.” Gumam hendro dalam hati.

Ketika weekend tiba, hendro mengajak ulum untuk dinner. Seperti pasangan pada umumnya, weekend banyak pasangan yang hangout. Yang jomblo mah gatau keknya pada merenung di jendela kamar hehe.

Ulum dan hendro pergi dinner kesebuah resto yang jargonnya “all you can eat.”

Ketika sedang asik makan, hendro membuka percakapan.

aku waktu itu ngeliat kamu sama mama kamu.”

“dimana?” ucap ulum

“di mall, di gerai fashion.”

Ulum tampak terdiam sebentar.

“oh itu, iya nemenin mamah.” Lanjut ulum.

Hendro pun tak melanjutkan pembahasan dan makan begitupun dengan ulum.

Selesai makan, ulum asik memainkan handphone nya.

Hendro yang melihat ke arah ulum pun memberanikan dirinya untuk berbicara.

“aku rasa belakangan ini kamu agak aneh.”

Ulum pun mengarahkan pandangannya ke hendro.

“anehnya?”

“ya aneh aja, kamu agak lebih dingin gitu ke aku.” Hendro kembali berucap.

“perasaan kamu aja kali. Aku biasa aja ko.” Tutur ulum seraya menaruh hapenya di meja.

Hendro menaruh tangan kanan ke atas tangan kanan ulum.

if there something, please tell me.” Seraya berucap.

i'm fine.” Jawab ulum.

really?” hendro mengusap bagian atas tangan ulum dengan jemarinya.

Ulum hanya menganggukan kepalanya.

Hendro tak puas dengan jawaban itu sebenarnya, tapi setelah pembicaraan itu. Ulum berubah, ia asik bercerita tentang keseruaan dikantor bersama teman temannya atau pun hal hal lain.

Hendro pun menanggepi semua cerita nurul.

“masa teman aku mau di jodohin deh yang.” Celetuk nurul di meja makan.

“oh ya?” timpal hendro.

“iya. Masih aja jaman gini di jodoh jodohin.” Seru ulum dengan wajah sedikit tertawa kecil.

“kalo kamu gimana?” hendro berujar.

“loh ko aku.” Sahut ulum.

“ya kalo kamu dijodohin juga sama orang tua kamu gimana?” timpal hendro entah kenapa ia berbicara begitu, mungkin intuisinya.

“ga lah, ini bukan jaman jodoh jodohan yang.” Celetuk ulum dengan nada datar.

Hendro hanya tersenyum.

Tak lama, mereka pun keluar dari resto menuju ke parkiran untuk pulang kerumah ulum.

Di sepanjang perjalanan, ulum seperti biasa memeluk hendro dari belakang.

“ko kamu diem aja sih.” Bersuara ulum dari belakang.

“gapapa ko.” Jawab hendro.

Padahal dalam hati hendro ada yang mengganjal.

Tiba di rumah ulum, terlihat mobil mini cooper terpanjang.

“itu mobil siapa?” tanya hendro yang belom pernah melihat mobil tersebut.

“he..hm paling mobil temen papa.” Sahut ulum yang melihat ke arah mobil itu.

“aku langsung masuk ya.” Ulum menyerahkan helm ke hendro dan bergegas masuk ke halaman rumahnya.

Hendro memandangi rumah ulum dari atas motornya.

“tumben.” Pikir hendro kala itu.

Biasanya ulum itu salim kepada hendro seperti sebuah kebiasaan. Tapi malam itu ulum tidak salim .

Hendro pun melajukan motor nya untuk pulang.

Beberapa hari kemudian.

Ulum mengirim pesan ke hendro saat hari sudah petang.

“hari ini kamu gausah jemput aku ya.” Ulum

“kenapa?” hendro

“aku mau nemenin mama dulu.” Ulum

“oh gitu, mau kemana?” hendro

“mama mau beli kue.” Ulum

“oke deh sayang.” Hendro

Di hari itu, hendro menghabiskan malam dengan rekan kerjanya.

Ia pergi main biliar dengan ketiga temannya.

Saat main biliar, bukannya menikmati hendro seakan terganggu dengan pikirannya.

Hendro dan badrun sedang duduk menyaksikan billy dan enjen sedang bertanding.

“diem aja lo. Abis diomelin lo ya?” ucap badrun yang duduk disamping hendro.

“kaga.” Jawab hendro singkat

“laper? Ya makan ndro.” Lanjut badrun

“kagaa et dah.” Sahut hendro dengan wajah datar melihat ke meja biliar.

“oh gue tau, pasti masalah cewe nih.” Badrun menepuk pundak hendro.

“gue ngerasain cewe gue agak aneh aja akhir akhir ini.” Pungkas hendro.

“tuh kan apa gue kata, pasti cewe.” Celetuk badrun tertawa.

“kalo cewe sikap nya berubah 180 derajat tuh kenapa ya drun?” hendro berbicara sambil menaiki satu kakinya disofa.

“ya berarti ada yang disembunyiin sama tuh cewe.” Jawab badrun.

“iya sih gue ngerasain gitu. Tapi pas gue makesure ke dia, dia bilang gaada apa apa.” Hendro.

“ah lo kek gatau cewe aja ndro, dia jago menyembunyikan perasaannya kan.” Tutur badrun.

Hendro sedikit berfikir, benar juga kata badrun.

“udah jangan dipikirin nanti juga kebuka sendiri.” Jelas badrun sambil minum.

Hendro tak menjawab hanya melihat badrun.

“percaya sama gue.” Ucap badrun kembali.

Mereka pun kembali melihat ke arah meja biliar.

Setelah 2 jam sudah, mereka pun berpisah pulang kerumah masing masing.

Di tahun 2019 itu, hendro berusia 25 tahun sedangkan ulum berusia 22 tahun.

Hendro yang orangnya rajin menabung merasa tabungannya sudah cukup untuk menikah.

2 minggu setelah itu, hendro yang merasa penat dengan kehidupannya mengajak ulum ke puncak untuk menjernihkan pikiran dan melepaskan pikiran nya dari beban pekerjaan.

Ulum dan hendro pun pergi kepuncak, mereka pergi ketempat makan yang terkenal di puncak.

Mereka pun menikmati makanan ditemani udara malam yang dingin.

2 porsi sate taichan dengan susu hangat terhidang di atas meja ulum dan hendro.

Saat sedang asik makan sambil bercerita, tibatiba hendro mengubah topik pembicaraan.

Hendro : “yang, tabungan aku udah cukup, papah juga mau bantu buat biaya nikah aku.”

Ulum : “heeh iya sayang.”

Hendro : “aku kan janji desember mau melamar kamu.”

Ulum : “hmm serius kamu?” sebenarnya tingkah ulum disini, menundukkan kepala cukup lama.

Hendro : “iya serius lah, kenapa deh?” dengan mengenggam tangan ulum.

Ulum : “gapapa ko, aku cuman exticed aja.”

Mereka pun lanjut makan , dan menikmati pemandangan puncak.

3 jam mereka dipuncak, ulum mengajak pulang. Hendro pun menurutinya.

Di perjalanan pulang, hendro sangat ingat sekali ulum berbicara hal ini. Di jalan dekat ipb.

“ndro, ada yang aku mau omongin.” Ucap ulum yang lagi memeluk hendro dari atas motor.

“kan biasanya ngomong juga langsung ngomong, kenapa minta ijin.” Sahut hendro yang berkendara dengan kecepatan santai.

......

Bersambung ya.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Retak, Tumbuh dan Mekar - II -
1
0
Perjalanan hidup hendro dari terpuruknya hidup, lalu mencoba pulih. Melewati pahit nya cinta dan menemukan bunga baru yang jauh lebih indah.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan