Deskripsi
PENGALAMAN SERSAN MAYOR SARJIYO PADA PENUGASAN KOMPI ZIPUR BATALYON ZIPUR-4 DI TIMOR TIMUR 1990
Nara sumber : Serma Sarjiyo/koramil Selogiri/Kodim Wonogiri
Tgl Wawancara : 31 Agustus 2012
Pada tahun 1990 , Batalyon Zipur-4/TK melaksanakan tugas operasi Seroja ke Tim-tim dengan kekuatan 150 orang yang dipimpin oleh Kapten Czi Jarwoto. Dalam pengasan tersebut berhasil dibangun gereja beberapa unit, pembuatan rumah pemukiman, pembuatan jalan, pembuatan saluran air bersih dan bak penampungan . Sebagai...
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya
OPERASI SENOPATI MEMBEBASKAN AMBON 1950
2
0
OPERASI SENOPATI MEMBEBASKAN AMBON 1950Operasi Senopati merupakan operasi gabungan TNI untuk menghancurkan gerakan separatis Republik Maluku Selatan dan merebut Kota Ambon dari tangan pasukan Angkatan Perang Republik Maluku Selatan.Pada bulan April 1950, Pemerintah Republik Indonesia Serikat dikejutkan dengan adanya proklamasi sebuah gerakan separatis yaitu Republik Maluku Selatan (RMS). Sebelumnya pemerintah mengupayakan jalan damai dengan mengirimkan beberapa tokoh berpengaruh asal Maluku seperti Dokter Leimena,Ir Putuhena, Pellaupessy dan Dokter Rehatta.Misi inipun gagal karena pihak RMS tidak mau berunding di sebuah kapal Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI).Sedang misi damai kedua mengalami kegagalan karena adanya ancaman akan adanya pendaratan 15.000 pasukan TNI yang disiarkan oleh Radio Republik Indonesia apabila perdamaian tersebut gagal.Sementara pihak RMS pun menyatakan tidak takut berperang melawan pemerintah yang sah. Untuk menghadapi TNI , RMS mempunyai kekuatan bersenjata yang mereka namakan Angkatan Perang Republik Maluku Selatan (APRMS) yang didirikan 9 Mei 1950 di Ambon oleh eks KNIL(Koninklijk Nederlands Indisch Leger).Mereka dipimpin Sersan Mayor Samson yang diangkat sebagai Panglima dan Sersan-Mayor Pattiwael sebagai Kepala Staf APRMS..Kekuatan APRMS ditopang oleh eks KNIL, sukarelawan,polisi jaman Belanda, simpatisan RMS dan puncaknya adalah bergabungnya eks KNIL yang jumlahnya ribuan, mereka berasal dari penempatan KNIL di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Jawa.Menurut laporan, kekuatan APRMS tersusun dalam dua batalyon eks KNIL dan dua kompi eks Korps Speciale Troopen. APRMS mempunyai keunggulan yaitu penguasaan medan peperangan serta pengalaman mereka saat masih menjadi KNIL.Terutama eks Korps Speciale Troopen.Mereka memperoleh latihan yang spartan dan berpengalaman dalam menghadapi pasukan TNI di Perang Kemerdekaan 1945-1950.Tentunya mereka mempunyai kemampuan perang anti-gerilya dan hafal pola serta taktik serangan pasukan TNI pada masa 1945-1950.Sedang persenjataan APRMS sebanding dengan persenjataan APRIS kecuali kekuatan udara dan laut.Pasukan APRMS diketahui juga mempunyai kendaraan lapis baja serta senjata lintas lengkung seperti mortir.Salah satu serangan mortir APRMS adalah pada 2 November 1950 ketika menyerang sebuah kapal perang ALRI bernama RI Banteng yang sedang berpatroli di depan pelabuhan Ambon.Mortir yang ditembakkan oleh APRMS berhasil mengenai kapal tersebut dan mengakibatkan beberapa orang pelaut gugur dan sebelas orang luka-luka. Sebagai contoh ketangguhan APRMS lainnya adalah dalam pertempuran di Waitatiri, APRMS mampu menggunakan dengan baik sarana perlindungan dan pertahanan yang dahulu memang dipersiapkan KNIL dalam peperangan dengan Jepang 1942.APRMS juga mampu menggunakan pepohonan dan hutan lebat sebagai sarana penyerangan dan perlindungan ketika bertempur dengan TNI.Di sini banyak TNI yang berguguran ditembak oleh sniper APRMS yang beraksi dari pohon dan semak di Waitatiri.Di Waitatiri laju pasukan TNI terhambat hingga awal November 1950 sejak pendaratan pertama TNI pada bulan Juli 1950.Sedang dalam pertempuran di Amahai, APRMS bahkan melakukan penyusupan malam hari dengan senyap untuk menyerang pos TNI dan kemudian terjadi pertempuran seru dan menimbulkan korban yang banyak di pihak TNI, sedang pihak APRMS menderita sedikit korban.Serangan tersebut dilakukan dengan sedikit personel tetapi berhasil menimbulkan korban banyak di pihak TNI.Serangan dengan pola inilah yang menarik perhatian Letnan Kolonel Slamet Riyadi yang kelak gagasannya tentang adanya pasukan komando ditubuh TNI.Kelak gagasan Letkol Slamet Riyadi diwujudkan oleh Kolonel Alex Kawilarang dengan pembentukan Kesatuan Komando Angkatan Darat yang kinilebih terkenal dengan nama menjadi Komando Pasukan Khusus (Kopassus).Operasi Militer TNIDalam melakukan operasi militer terhadap RMS, TNI harus melakukan pendaratan di sejumlah wilayah tertentu di Maluku untuk merebut daerah atau pulau yang dikuasai RMS.TNI menghadapi kendala saat itu yaitu kurangnya pengalaman melakukan pendaratan ampibi serta operasi gabungan antar angkatan. Pada awalnya TNI hanya diperkuat Landing Craft Infantry (LCI) yang dirancang bukan untuk pendaratan ampibi.LCI hanya mampu mendarat sekian meter dari pantai, sehingga pasukan harus mencebur ke laut dahulu dan kemudian berenang atau mengarungi air dengan jalan kaki ke pantai.Tentunya pasukan menjadi basah kuyup.Hal ini rawan sekali terhadap serangan dari darat. Idealnya pendaratan setidaknya lewat Landing Craft Medium (LCM) dan Landing Craft Vehicles and Personel (LCVP).Keduanya mampu mendaratkan pasukan hngga ke tepi pantai dan lebih aman dibanding menggunakan LCI.Demikian pula keadaan pasukan TNI yang akan menjadi pasukan pendarat.Sedikit sekali atau bahkan tanpa pengalaman melakukan pendaratan ampibi.Ada anggota Batalyon Suraji yang anggotanya belum pernah melihat laut atau seperti di Batalyon Anjing Laut masih ada pasukan yang tidak bisa berenang.Untuk membiasakan pendaratan dengan LCI, maka sebelumnya pasukan TNI giat berlatih dengan LCI tersebut.Sedang keunggulan TNI adalah persenjataan sudah mulai diperbaharui.Mulai tahun 1949 semua senjata di batalyon infanteri sudah beralih ke Lee Enfield.Sebelumnya beraneka jenis senjata ada di dalam sebuah batalyon.Hal ini tentunya akan membuat pusing perwira seksi logistik di sebuah batalyon.Demikian pula sesuai hasil Konferensi Meja Bundar, TNI menerima banyak senjata dari Belanda. Tercatat dalam sejarah, beberapa senjata dari Belanda yang ikut berperan dalam penumpasan RMS nantinya antara lain kapal perang RI Hang Tuah, RI Banteng,RI Rajawali, pesawat terbang B-25, meriam artileri medan, tank Stuart dan tentunya senjata infanteri lainnya.Lagi pula di Makassar saat itu terdapat berbagai macam senjata KNIL yang baru saja diserahkan ke TNI.Senjata tersebut diserahkan setelah adanya kesepakatan dengan pihak Belanda.Sehingga setidaknya mempersingkat jarak apabila semua senjata harus didatangkan dari Jawa.Kelebihan lainnya adalah dalam hal jumlah sumber daya manusia.Selain batalyon infanteri yang disusun dari bekas pasukan gerilya 1945-1950, TNI juga menerima pelimpahan dari eks KNIL yang bersedia dilebur ke dalam TNI sesuai kesepakatan KMB 1949 seperti Batalyon Claproth, Batalyon 3 Mei ( gabungan pejuang dan KNIL), Batalyon Tengkorak Putih dan Batalyon Ismail.Sedang dari unsur pejuang dikirim pasukan-pasukan tangguh semasa perang kemerdekaan seperti Batalyon Suradji, Batalyon Sutarno,Batalyon Yusmin, Batalyon Abdullah, Batalyon Poniman, Batalyon Lukas,Batalyon Pelupessy dan lainnya.Sedang komandan-komandan tangguh juga diikutsertakan seperti Letnan Kolonel Slamet Riyadi, Letnan Kolonel Sudiarto, Mayor Akhmad , Mayor Abdullah dan tak ketinggalan Kolonel Alex Kawilarang sebagai komandan ekspidisi. Operasi militer yang dilakukan pasukan TNI sebelum Operasi Senopati antara lain :Operasi Malam untuk merebut pulau Buru pada 14 Juli 1950.Tiga batalyon dikerahkan untuk merebut Buru.Batalyon Suraji dari Solo meski sempat banyak terserang mabuk laut akhirnya mendarat di sebuah tempat jauhnya 5 km dari pelabuhan dan langsung menguasai Namlea .Kemudian disusul Batalyon Pattimura atau Batalyon Pelupessy yang menyerbu . Operasi pendaratan berhasil sukses dengan menguasai tempat tersebut meski 61 anggota TNI gugur dalam pertempuran lanjutan dibeberapa titik strategis di Pulau Buru .Sedang Batalyon 3 Mei yang masih dalam keadaan segar ikut meramaikan pertempuran dengan memperkuat daya pukul pasukan TNI sebelumnya . Pasukan APRMS yang bertahan berhasil dikalahkan dengan korban yang cukup banyak juga.Pasukan APRMS yang melarikan diri dengan kapal sebagian berhasil ditenggelamkan oleh kapal perang ALRI.Patut dicatat kegigihan para anggota Batalyon Suraji, meski dalam keadaan mabuk laut serta perut kosong karena banyak makanan yang basah kuyup terkena air laut tetap bertempur dengan gigih .Batalyon Suraji merupakan gabungan kompi pilihan dari batalyon organik di Brigade V Panembahan Senopati di Solo.Operasi Fajar dengan tujuan pulau Seram pada 21 Juli 1950. Meski sempat diwarnai mogoknya nahkoda kapal pengangkut, akhirnya operasi pendaratan pasukan berjalan lancar .Kota yang menjadi sasaran antara lain Piru dimana dapat direbut oleh Batalyon 3 Mei meski sempat memakan korban perwira intelijen Batalyon 3 Mei, Letnan Kalangie dengan tiga anak buahnya yang gugur ketika berunding dengan pasukan APRMS agar bersedia menghentikan perlawanan.Batalyon 3 Mei mengamuk dan menghancurkan APRMS di Piru, bahkan sampai mengejar sisa-sisa APRMS hingga ke pedalaman. Sedang Batalyon Suraji merebut Amahai.. Di Amahai terjadi pertarungan sengit, kedua pihak banyak menderita korban.Pasukan APRMS melakukan serangan komando dan berhadapan dengan Kompi 3 Batalyon Suraji.Kedua pihak bertarung dengan sengit dalam kegelapan .Pertarungan berlangsung dalam jarak dekat, terutama di pos terdepan pasukan Batalyon Suraji.Pasukan APRMS yang menyusup pada malam harinya dapat mendekati pos-pos terdepan Batalyon Suraji.Disinilah terjadi pertempuran tersebut.Pasukan APRMS berhasil dipukul mundur oleh Kompi 1 Batalyon Suraji.Korban di pihak Batalyon Suraji lumayan banyak.Belasan gugur serta puluhan luka-luka.Sedang APRMS segera kabur menghilang begitu Kompi 1 mengadakan serangan balasan mematikan terhadap pasukan komando APRMS. Sedang Batalyon 711 harus merebut Seram Selatan dengan menghadapi APRMS yang diperkuat eks Baret Hijau KNIL . Dalam operasi ini gugur Komandan Batalyon 711, Mayor Abdullah dalam pendaratan di Seram Selatan.Saat itu pasukan Mayor Abdullah setelah mendarat terlibat dalam pertempuran dengan APRMS.Tembakan APRMS mengenai Mayor Abdullah dan tiga anak buahnya. Dalam perkembangan berikutnya, kedua pulau tersebut berhasil dikuasai TNI.Demikian pula sebagian besar dari kekuatan APRMS di daerah tersebut tercerai berai. Kini fokus TNI adalah mengadakan serangan ke pulau Ambon dimana kekuatan APRMS dipusatkan menyusul jatuhnya kedua pulau tersebut .Pulau Seram dalam pertimbangan Kolonel Alex Kawilarang harus dikuasai dahulu sebab tempat tersebut merupakan tempat ideal bagi APRMS bergerilya dalam waktu yang lama.Hal ini akan menimbulkan peperangan berlarut yang membosankan.Di Seram masih banyak hutan dan mempunyai bahan makanan yang melimpah karena terdapat tanaman sagu yang biasa dikonsumsi penduduk Maluku. Apabila Ambon diserang terlebih dahulu maka dapat diduga APRMS bila terdesak maka akan lari di pulau Buru dan Seram. Memang akan didapat kemenangan politis saja, bukan secara militer.Maka TNI mengambil keputusan menduduki pulau sekitar Ambon untuk menutup pelarian APRMS. Dengan menguasai Seram dan Buru maka TNI tinggal melakukan pukulan terakhir ke pulau Ambon.Operasi Senopati : target yang sempat gagal terpenuhiOperasi Senopati I ditujukan untuk merebut Kota Ambon dari APRMS.Untuk operasi ini dikerahkan 6 batalyon dan 2 kompi infanteri gabungan dari berbagai Tentara Teritorium, 9 kapal perang ALRI , 1 buah Landing Ship Tank,10 perahu LCVP , 3 kapal angkut dari maskapai KPM, 2 buah pesawat Catalina dan 2 buah pembom B-25 Mitchell.Target TNI adalah dalam waktu 4-5 hari harus dapat menguasai Ambon.Meski dalam prakteknya , TNI membutuhkan lebih dari waktu tersebut untuk menguasai Ambon dengan korban yang banyak.Untuk menghadapi TNI, APRMS yang bertahan di Ambon juga bersiap-siap.Pasukan diperkuat di daerah-daerah strategis.APRMS juga menggelar panser , senapan mesin berat 12,7 mm dan pasukan mortir untuk memperkuat daya tembak kekuatan infanteri APRMS.Dalam Operasi Senopati tahap pertama, pasukan TNI pada 28 September 1950 mendaratkan pasukan ke Hitu dan Tulehu.Dalam pendaratan di Tulehu, Letnan Kolonel Slamet Riyadi mempimpin operasi pendaratan.Pendaratan dilakukan di beberapa titik seperti Wairuton, Air Panas dan Tulehu sendiri.Sebelumnya kapal RI Rajawali dan Pati Unus melakukan bombardir terhadap kedudukan APRMS untuk membersihkan dan mengamankan daerah pendaratan.Pendaratan di Air Panas tidak dijumpai perlawanan APRMS, pasukan TNI segera masuk dengan aman.Sedang di Wairuton, APRMS melakukan penghambatan terhadap pasukan TNI yang mengorbankan seorang prajurit TNI gugur.Sedang pendaratan di Tulehu berjalan lancar.Kini pasukan TNI berkonsolidasi dan melanjutkan gerakan.Dalam pertempuran selanjutnya korban mulai jatuh lagi.Setelah menempuh 1 kilo dari Tulehu, APRMS mulai mengadakan perlawanan.APRMS menghadang dari posisi ketinggian terhadap pasukan TNI.Pasukan TNI sementara tertahan .Batalyon 3 Mei menghadapi dengan gagah berani meski 20 anggotanya gugur. Akhirnya dengan kerja sama antar batalyon, APRMS berhasil ditekan dan mundur.Sementara itu hujan turun, pasukan TNI meski basah kuyup tetap bersiaga dan bahkan terpaksa harus melewati malam dengan kondisi pakaian yang basah. Sedang sehari berikutnya daerah Suli berhasil diduduki TNI. Tetapi APRMS juga telah berkonsolidasi setelah terpukul mundur.Pertempuran sporadis terjadi dimana-mana.Bahkan APRMS secara kecil-kecilan juga melakukan penerobosan ke wilayah TNI yang dikuasai setelah pendaratan tanggal 28 September 1950.Pasukan TNI kembali tertahan .Kali ini di Waitatiri.Praktis dalam kurun waktu 3-6 Oktober 1950, pertempuran hanya terjadi di Waitatiri tanpa ada tanda-tanda mundurnya APRMS.Di Waitatiri APRMS menguasai parit serta pertahanan yang dahulu disiapkan KNIL dalam peperangan dengan Jepang.Sementara itu pendaratan di Hitu memakan korban seorang perwira menengah TNI, Letnan Kolonel Slamet Sudiarto.Saat itu Letkol Sudiarto bersama Batalyon Banteng Merah dari Diponegoro memimpin pendaratan.Kompi II dan III Batalyon Banteng Merah berhasil mendarat di Tanjung Manua tanpa korban.Tetapi Letkol Sudiarto dengan Kompi I yang mendarat di Batu Hitam mendapat perlawanan.Pasukan Letkol Sudairto ketika mendarat mendapat perlawanan sengit.Kapal pendarat dihujani tembakan senapan mesin, 1 orang tewas dan 16 luka-luka.Sebenarnya Letkol Sudiarto masih tertolong dan dievakuasi di Kapal Rumah Sakit Waibalong.Tetapi karena lukanya yang parah, akhirnya Letkol Sudiarto gugur.Dengan demikian sampai Operasi Senopati I sudah dua perwira menengah TNI yang gugur.Meski demikian Hitu dapat dikuasai TNI.Dalam pertempuran di Hitu, pasukan eks KNIL yang bergabung di TNI yaitu Batalyon 718 Tengkorak Putih ikut membantu Batalyon Banteng Merah.APRMS mundur ke daerah Wanat .Di sini meski mereka mampu menghambat gerak TNI tetapi berhasil dihancurkan dan mundur ke Telaga Kodok.pasukan TNI mengejar terus.Batalyon Tengkorak Putih melakukan gerakan melambung dan memotong gerakan mundur APRMS .APRMS kembali terpukul di daerah Hasal.Meski demikian APRMS tak kenal menyerah.Pada 4 Oktober 1950 setelah konsolidasi, APRMS menyerang Hasal dan Telaga Kodok dan mendesak mundur pasukan TNI.Sedang pada 7 Oktober 1950 APRMS kembali menyerang Hitu.Pasukan TNI di kedua tempat bertahan mati-matian karena posisinya sudah sangat kritis.Bantuan udara di kerahkan.Pesawat AURI melakukan bantuan tembakan udara dan pemboman, sedang dari laut kapal perang ALRI ikut membantu menembaki posisi APRMS yang semakin maju mendesak TNI.Pasukan TNI yang tadinya sempat kewalahan dan bahkan terdesak akhirnya mampu mengimbangi lagi serangan APRMS.pasukan TNI kembali menguasai hingga sektor Waitatiri dan Hitu dengan kedudukan di Wanat dan Telaga Kodok.Dengan demikian target 4-5 hari untuk menguasai Ambon yang direncanakan dalam Operasi Senopati I belum bisa berhasil dicapai.Letkol Slamet Riyadi gugurKarena Ambon gagal direbut, maka pasukan TNI setelah berkonsolidasi dan menerima pasukan tambahan merencanakan sebuah operasi militer lagi.Kali ini Operasi Senopati II akan dilancarkan dengan hari H yaitu 3 November 1950.Tidak main-main, ada tiga grup pasukan gabungan TNI yang akan melakukan penyerangan sebagai pukulan terakhir ke Ambon.Mayor Suryo Subandrio memimpin Grup I, Letkol Slamet Riyadi memimpin Grup II dan Grup III dipimpin oleh Mayor Akhmad Wiranatakusumah.Tak tanggung-tanggung , kali ini pasukan kavaleri ,artileri dan genie pionir ikut dilibatkan.Tentunya bantuan udara dari AURI dan kapal perang ALRI ikut serta.Pasukan Grup I langsung menerjang, meski sempat terhambat di Wanat, akhirnya pada sore hari APRMS di Wanat berhasil digulung Batalyon Yusmin dari Diponegoro.Demikian juga , kompleks Telaga Kodok juga jatuh ke Batalyon Sutarno , sedang Batalyon Tengkorak Putih memperkuat posisi di TNI di Hitu dengan menghancurkan pasukan APRMS dan simpatisannya yang mencoba melawan dengan hit and run .Pasukan Grup II juga menuai sukses,pasukan APRMS berhasil dikurung di daerah Paso.Pasukan APRMS terkepung oleh pasukan TNI Korps Faah di Batugong,Batalyon Mahmud di Negeri Lama dan dari pasukan TNI yang menguasai Tulehu.Pasukan APRMS di daerah Waitopo yang bertahan dengan gigih bisa diatasi oleh Korps Faah.Dalam pertempuran di sektor Grup II ini, pasukan artileri lapangan TNI ikut menghujani posisi APRMS yang telah bersiap di Waitatiri selama Operasi Senopati I dihentikan.Bahkan APRMS menggunakan panser untuk menghadang gerakan pasukan Grup II dalam pertempuran di Paso.Beberapa panser berhasil dilumpuhkan pasukan TNI.Pasukan APRMS yang selamat dari penghancuran TNI di Paso akhirnya melarikan diri ke Ambon kota bergabung dengan induk pasukan mereka.Dalam perkembangan lain, Grup III diberangkatkan dari Tulehu.Sebanyak 3 Batalyon diikutkan dalam pendaratan.Hingga Teluk Ambon tidak dijumpai gangguan dari APRMS.Kapal perang ALRI sebelum operasi pendaratan terlebih dahulu menghujani Ambon dengan tembakan meriam.Batumerah, pantai Ambon dan Benteng Victoria dihujani meriam oleh kapal perang RI Rajawali, RI Pati Unus dan RI Banteng. Batalyon 3 Mei dan Siluman Merah melakukan pendaratan di Wainitu, sedang Batalyon Lukas mendarat di Pantai Mardika.Pendaratan disambut dengan semangat oleh APRMS.Mereka bertempur mati-matian meski akhirnya di pukul mundur TNI .Dalam sebuah pertempuran, Batalyon Siluman Merah sempat terdesak .Kapten Sumitro gugur.Pasukan APRMS menyerang dan menggunakan bayonet untuk membunuh pasukan TNI yang luka-luka dan tertinggal rekannya .Berkat bantuan pasukan TNI lainnya, Batalyon Siluman Merah gantian berhasil memukul mundur APRMS. Kini Pasukan TNI sudah tinggal menunggu kemenangan.Jalan menuju ke Ambon sudah dikuasai meski dalam skala kecil pasukan APRMS masih mampu melakukan penghambatan.Batalyon 3 Mei merebut daerah di Batu Gajah tempat markas staf APRMS , Batalyon Siluman Merah menguasai markas polisi RMS di Perigi Lima serta rumah sakit musuh.Sedang pasukan Batalyon Lukas setelah pertempuran sengit berhasil menguasai jalur Batumerah - Pasar Mardika dan Benteng Victoria! Sisa-sisa APRMS melakukan perlawanan dengan menggunakan perumahan penduduk yang padat.Perlawanan berakhir ketika pasukan TNI meratakan rumah-rumah tersbut sehingga tidak dapat digunakan sebagai persembunyian. Sementara itu pasukan APRMS yang dipukul mundur dari Paso bergerak ke arah kota Ambon dengan tujuan Benteng Victoria.Mereka diperkuat panser.Dalam gerak mundur, APRMS mengenakan seragam TNI sehingga aman dari kejaran pasukan TNI karena dikira pasukan kawan.Tiba di Benteng Victoria mereka disambut oleh Batalyon Lukas dan masuk ke dalam benteng.Di dalam benteng Victoria pasukan APRMS segera menyerang dan melucuti pasukan TNI yang ada di dalam benteng. Pasukan Batalyon Lukas tidak menyerah begitu saja, mereka melakukan perlawanan.Pasukan TNI yang selamat berhasil melarikan diri dengan memanjat benteng Victoria.Sedang yang bernasib naas ditawan oleh APRMS. Kini APRMS kembali menguasai Benteng Victoria hingga daerah dekat pelabuhan.Benteng Victoria hanya berhasil dikuasai dua jam oleh Batalyon Lukas.Pasukan Batalyon Lukas yang selamat bergerak ke arah pasukan TNI yang menguasai Batumerah dan mengadakan konsolidasi. Sementara itu Letkol Slamet Riyadi dan pasukan Grup II mulai bergerak dari jembatan Waitomu menuju Benteng Victoria.Letkol Slamet Riyadi memimpin tiga buah panser mendekati Benteng..Kemudian panser bergerak dan mendapat tembakan dari arah benteng.Panser TNI tidak mau kalah.Terjadi pertempuran singkat.Letkol Slamet Riyadi mengira terjadi salah paham antara pasukan TNI yang bergerak dengan pasukan TNI yang menguasai benteng. Menurut informasi yang diterima Letkol Slamet Riyadi, Benteng Victoria sudah dikuasai oleh Batalyon Lukas dari Siliwangi.Padahal Benteng Victoria sudah dikuasai kembali oleh APRMS yang mundur dari Paso ..Ketika baru berjalan beberapa meter, Letkol Slamet Riyadi ditembak oleh APRMS dan menderita luka parah.Panser TNI melihat hal tersebut langsung menghujani benteng dengan tembakan.Beberapa anggota APRMS roboh terkena tembakan. Sedang panser lainnya mengevakuasi Letkol Slamet Riyadi ke Batumerah.Akhirnya pada malam hari Letkol Slamet Riyadi gugur pada tanggal 4 November 1950,setelah pihak dokter berupaya dengan keras melakukan operasi untuk menyelamatkan nyawa sang pahlawan.Untuk mengganti Letkol Slamet Riyadi, Kolonel Alex Kawilarang menunjuk Letnan Kolonel Warouw.Kini pasukan APRMS praktis terkepung di Benteng Victoria dan tinggal menunggu kehancuran.Batalyon Worang mendapat kehormatan untuk merebutnya.Kompi Somba dan Kompi Wim Tenges bergerak maju pada sore hari dan langsung beraksi.Pasukan APRMS digilas habis tanpa ampun.Pada hari keempat Operasi Senopati II, Seluruh kota Ambon berhasil dikuasai.Pasukan Kompi Somba berhasil merebut kembali Benteng Victoria.Berangsur kemudian pasukan TNI dari Grup I, II dan III berhasil melakukan hubungan.Dengan demikian Ambon yang telah porak poranda akibat pertempuran telah jatuh ke tangan TNI. Operasi kemudian dilanjutkan dengan gerakan pembersihan ke pulau-pulau sekitar Ambon seperti Haruku dan Saparua. Selama operasi penumpasan RMS di Maluku Selatan , TNI kehilangan 415 anggota gugur serta 900 lebih menderita luka-luka Sedang sisa-sisa APRMS seperti telah diduga, banyak yang melarikan diri ke Seram dan melakukan perlawanan gerilya di sana hingga awal tahun 1960-an.Tokoh utama RMS yaitu Soumokil baru bisa diringkus oleh Peleton II Kompi II Batalyon Infanteri 320 /Brigade Tirtayasa yang dipimpin oleh Pembantu Letnan Ruchiyat pada tanggal 12 Desember 1963.
Bahan BacaanRadik Djarwadi, Prajurit Mengabdi : Gerilya di Timur Gunung Harjuno dan Ekspidisi Ke Indonesia Timur,Bandung : Pusat Sejarah Militer, 1959.Sejarah Militer Kodam VI Siliwangi ,Siliwangi dari Masa ke Masa , Jakarta : Fakta Mahjuma, 1968.Ramadhan KH, A.E Kawilarang : Untuk Sang Merah Putih,Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1988Suhadi , Ignatius Slamet Riyadi, Jakarta : PT Inaltu, 1979.Julius Pour, Ign Slamet Riyadi : Dari Mengusir Kempetai hingga Menumpas RMS, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2008.Sejarah Militer Kodam VII Diponegoro, Rumpun Diponegoro dan Pengabdiannya, Semarang : Sejarah Militer Kodam VII Diponegoro,1977.Album Perang Kemerdekaan 1945-1950, Jakarta : Penerbit Alda dan Badan Pimpinan Harian Pusat Korps Cacat Veteran Republk Indonesia, 1975.Maruapey MK dkk, TNI Membebaskan Ambon dari RMS dalam Majalah Vidya Yudha No 10 /III/1970 terbitan Dinas Sejarah Angkatan Darat.
FOTO DUA SLAMET YANG TIDAK “SELAMAT” ATAU GUGUR DALAM PENUMPASAN RMS TAHUN 1950 DI MALUKU.Kiri : Letnan Kolonel Slamet Sudiarto, gugur di Hitu.Kanan : Letnan Kolonel Slamet Riyadi,gugur di Benteng Victoria, Ambon. Foto : Rumpun Diponegoro dan Pengabdiannya. PANSER APRMS.Dalam pertempuran di Paso, sebuah panser APRMS berhasil dilumpuhkan oleh TNI.Foto : Buku Ignatius Slamet Riyadi. MAKAM TAK DIKENAL.Makam anggota Batalyon 3 Mei yang gugur pada pertempuran melawan APRMS.Foto : 30 Tahun Indonesia Merdeka. MELAJU TERUS.Bagaimanapun juga, pasukan APRMS tetap tidak dapat terus menerus menahan laju pasukan TNI yang semakin kuat.Mayat anggota APRMS tergeletak dalam sebuah pertempuran dengan TNI sementara pasukan TNI terus bergerak maju.Foto : 30 Tahun Indonesia Merdeka.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan