Pura-Pura Pacaran #CeritadanRasaIndomie

7
0
Deskripsi

Bella dan Pita sama-sama menyukai Riko, hingga membuat Bella dan Pita berantem. Tiba-tiba datanglah Andi, menawarkan diri sebagai pacar pura-pura Bella, agar Bella bisa tahu isi hati Riko yang sesungguhnya. Apa yang akan terjadi kemudian? Apa maksud rencana Andi? Bagaimana dengan Pita? Siapa yang sebenarnya disukai oleh Riko? Baca kisahnya dalam cerpen ini, ya! Terima kasih! :)

       “Aku sayang sama dia,” kata Bella kepada sahabatnya, Pita.

       Ekspresi wajah Pita tampak sangat terkejut.

       “Kamu sayang sama dia?” tanya Pita meyakinkan diri tentang apa yang telah didengarnya.

       “Iya, Pit…,” jawab Bella dengan lesu.

       “Tapi, Bel… Kamu, kan, tahu. Aku duluan yang sayang sama dia!” seru Pita dengan nada kecewa kepada Bella.

        “Maafin aku, Pit. Aku nggak bisa bohong sama perasaanku sendiri…,” ucap Bella, hampir menangis.

       “Aku kecewa sama kamu!” seru Pita, kemudian berlari meninggalkan Bella.

       Bella duduk dengan lesu. Ia mengusap air mata yang mengalir di pipinya.

       Bella mengaduk jus mangga dengan sedotan, lalu meminumnya seteguk.

       Saat Bella ingin beranjak dari tempat duduknya karena mulai merasa kesepian, seorang pemuda menghampirinya.

       “Sendirian aja, Bel?” tanya pemuda itu yang ternyata adalah Andi.

       “Eh, Andi. Iya, nih. Kok kamu juga sendirian?” tanya Bella, duduk lagi.

      “Iya, temen-temenku lagi main basket. Aku kelaperan, jadi ke sini sendirian,” jawab Andi yang adalah salah satu teman teman Bella di satu ekstrakurikuler yang sama, yaitu melukis.

       “Boleh duduk di hadapan kamu?” tanya Andi.

       “Oh, boleh, kok,” jawab Bella.

       “Bentar, ya. Aku mau pesen Indomie goreng dulu sama Pak Soni. Kamu mau juga, nggak?” tawar Andi.

       “Boleh, deh. Kebetulan aku juga laper cuma minum jus doang dari tadi,” jawab Bella.

       “Mau yang rasa apa?” tanya Andi.

       “Yang rasa rendang aja, deh,” jawab Bella.

       “Oke, siap!” seru Andi, lalu beranjak ke kantin milik Pak Soni yang menyediakan Indomie berbagai rasa, baik kuah maupun goreng.

       Bella memperhatikan sosok Andi. Bella bersyukur karena di tengah rasa kesepiannya, ada seseorang yang mau menemaninya.

       Tak berapa lama, Andi datang lagi.

       “Bentar, ya, pesenan kita lagi dibikinin Pak Soni,” kata Andi, lalu duduk di hadapan Bella, memperhatikan Bella.

       “Pita ke mana, Bel? Biasanya kalian selalu berdua?” tanya Andi.

       Mendengar pertanyaan Andi, Bella kembali merasa lesu.

       “Kami lagi berantem, Ndi. Hehe,” jawab Bella dengan sedikit nyengir.

       “Wah, berantem ternyata. Biasa itu. Namanya juga berteman, biasanya ada berantem-berantemnya,” jawab Andi.

       “Iya, Ndi, hehe,” sahut Bella dengan senyum yang dipaksakan.

       “Berantem tentang apa, nih, ngomong-ngomong?” tanya Andi lagi.

       “Tentang Riko, temen sekelas kamu itu,” jawab Bella dengan volume suara yang agak lirih.

       Andi tampak mengernyitkan dahinya.

       “Riko? Kenapa dia?” tanya Andi yang penasaran.

       “Permisi, ini pesenannya, Nak Andi.” Tiba-tiba Pak Soni sudah datang membawa pesanan Andi. Andi dan Bella menyambut makanan mereka dengan gembira.

       “Makasih, ya, Pak,” kata Andi. Andi memberikan semangkok Indomie goreng rasa rendang kepada Bella. Pak Soni pun kembali ke warungnya.

       “Kamu pesen Indomie goreng yang rasa apa, Ndi?” tanya Bella.

       “Aku pesen yang biasa, Bell,” jawab Andi. “Btw, gimana tadi? Riko kenapa?”

       “Aku dan Pita sama-sama suka sama Riko, Ndi. Padahal, Pita duluan yang cerita kalau dia suka sama Riko. Tapi, ternyata lama-lama aku juga suka sama Riko karena menurutku Riko baik juga sama aku. Aku udah jujur sama Pita kalau aku juga suka sama Riko. Terus, Pita marah sama aku,” cerita Bella dengan jujur.

       Andi mendengarkan sambil terus makan Indomie dan minum jus alpokat.

       “Jadi masalahnya gitu…,” ucap Andi.

       “Iya, aku musti gimana, ya, sama Pita?” tanya Bella seperti putus asa.

       “Gini,” ucap Andi dengan mimik wajah serius, “kamu lebih sayang Pita atau Riko?”

       Bella tampak berpikir, lalu menjawab, “Aku nggak bisa milih, Ndi…”

       “Hmm, kan kamu tadi cerita kalau Pita duluan yang suka sama Riko dibanding kamu. Kalau gitu, gimana kalau kamu ngalah aja?” saran Andi.

       Bella tampak tidak terima dengan saran dari Andi. “Kok gitu?”

       “Sebentar, sebentar dulu. Gini. Kamu ngalah, sambil lihat siapa sebenernya yang disukai sama Riko. Kamu nggak mau, kan, berantem terus sama Pita?” kata Andi.

       “Enggak mau, sih… Tapi masa aku musti relain Riko sama Pita, sih?” tanya Bella masih tidak terima.

       “Jodoh nggak akan ke mana-mana, kok, Bel. Dan, supaya kamu bisa meyakinkan Pita bahwa kamu mau ngalah, sebaiknya kita pura-pura pacaran. Gimana?” tawar Andi.

       “Hah???” seru Bella.

       “Iya. Supaya Pita nggak marah lagi sama kamu. Dan kita lihat, apakah Riko cemburu atau nggak kalau tahu kita pacaran. Kalau Riko cemburu, dia akan berusaha merebut kamu dari aku. Dan Pita juga akan sadar kalau bukan Pita yang sebenernya disuka sama Riko,” terang Riko menjelaskan.

       “Kalau Riko nggak cemburu, gimana? Kalau Riko malah jadian sama Pita, gimana?” tanya Bella.

       “Ya gampang. Itu tandanya Riko bukan jodoh kamu, kan? Kamu harus fair. Kita pura-pura jadian selama 3 bulan, lalu kita lihat selama 3 bulan itu gimana reaksi Riko. Gimana?” tanya Andi.

       Bella tampak berpikir. Sebenarnya aneh sekali Andi tiba-tiba merencanakan ide seperti ini. Memang sih, selama ekstrakurikuler melukis, mereka cukup dekat sebagai teman. Tetapi, Bella tidak menyangka Andi menawarkan diri sebagai pacar pura-puranya.

       “Ya udah, aku mau. Kita pura-pura pacaran. Demi kebaikan semuanya,” sahut Bella akhirnya.

       “Deal,” ucap Andi.

       Akhirnya, sejak hari itu, Bella dan Andi resmi pura-pura pacaran. Pita yang menyadari sejak hari itu melihat ke mana-mana Bella selalu berdua dengan Andi, mulai penasaran. Pita pun memutuskan menghampiri Bella saat tengah di perpustakaan sekolah.

       Awalnya, suasana canggung menyelimuti mereka berdua, karena sejak bertengkar, mereka belum bertegur sapa.

       Akhirnya, Bella berusaha tersenyum duluan pada Pita, lalu menyapa Pita. “Hai, Pit. Mau cari buku juga?”

       “Eh, Bel. Iya, nih. Hehe,” jawab pita. Akhirnya, Pita berusaha memberanikan diri untuk minta maaf kepada Bella. “Ehm, Bel, aku minta maaf, ya, udah marah-marah sama kamu cuma gara-gara kita suka cowok yang sama.”

       Bella berusaha untuk tersenyum. “Udah nggak papa, kok, Pit. Lagipula, aku udah jadian sama Andi.”

       Pita tampak terkejut. “Hah? Serius? Kok cepet banget? Terus perasaan kamu ke Riko gimana?”

       “Ya, aku udah jadian sama Andi. Berarti perasaanku ke Riko udah nggak penting lagi. Kamu bebas suka sama Riko, Pit. Lagipula, dari awal kamu duluan yang suka sama Riko sebelum aku,” ucap Bella.

       Tiba-tiba, Pita memeluk Bella dengan sangat bahagia. “Aaaa…. Makasih, ya, Bella! Aku emang sayang banget sama Riko… Aku juga nggak mau kehilangan kamu. Aku nggak mau kehilangan kalian berdua… Makasih, ya, Bel!”

       Bella yang awalnya terkejut, lalu berubah tersenyum dan membalas pelukan Pita. “Iya, sama-sama. Semoga kamu sama Riko segera jadian, ya, Pit.”

       “Amin… Aaaa… Makasih sekali lagi, Bella…,” seru Pita sekali lagi, lupa bahwa mereka sedang di perpustakaan, membuat petugas perpustakaan melotot tajam ke arah Pita.

       “Eh, maaf, Bu,” ujar Pita kepada Bu Rina, petugas perpustakaan itu, lalu segera mengajak Bella keluar perpustakaan, melanjutkan obrolan mereka.

       Di lorong perpustakaan, berjalanlah seseorang yang sedang mereka bicarakan. Ya. Riko datang menghampiri mereka.

       “Hai, Girls. Abis dari perpus?” sapa Riko dengan ramah.

       Wajah Riko yang rupawan membuat Pita dan Bella sama-sama terpesona.

       “Eh, iya, nih, Rik. Kamu mau ke perpus nih?” tanya Pita dengan berusaha bersikap semanis dan seramah mungkin.

       “Iya, nih. Kalian mau nemenin? Hehe,” tanya Riko dengan nada dan ekspresi wajah bercanda.

       “Ehm!” Tiba-tiba seorang pemuda lagi datang menghampiri Bella, Pita, dan Riko. Ketiganya menengok ke arah suara itu.

       “Wiiih, ada Andi juga nih!” seru Riko dengan gembira melihat pemuda itu adalah Andi.

       “Hai, Guys! Hai, Sayang!” sapa Andi kepada Pita dan Riko, dan sapaan ‘sayang’ khusus ia tujukan kepada Bella.

       Bella hanya tersenyum. Entah apa arti senyumnya kepada Andi.

       Riko yang mendengar kata ‘sayang’ diucapkan Andi kepada Bella pun heran. “Kalian pacaran?”

       Andi tersenyum dengan gembira. “Iya. Kami udah jadian 4 hari yang lalu.”

       Ekspresi wajah Riko pun ikut senang. “Waaah, selamat, ya. Makan-makan, dong! Pajak jadian, nih!”

       “Gampang, nanti pulang sekolah aku traktir Indomie di kantin Pak Soni,” ucap Andi dengan enteng.

       Diam-diam, Bella menyelidik ke ekspresi wajah Riko. Tidak ada tanda kecemburuan di sana. Bella hanya menghela napas pelan.

       “Eh, btw, kamu jadi, nggak, ke perpus?” tanya Pita pada Riko, memulai serangan pedekatenya.

       “Jadi, dong. Yuk, temenin aku,” ucap Riko.

       “Asiaap!” seru Pita.

       “Emm, aku sama Andi mau ke kantin dulu, ya. Aku haus, nih,” ucap Bella kemudian.

       “Oh, oke, oke. Met pacaran! Hihi!” seru Pita sambil tertawa iseng.

       “Iya, Pit, hehe,” jawab Bella.

       “Jangan lupa, Ndi, nanti makan siang gratis, kan? Hahaha,” ujar Riko pada Andi.

       “Siap, Bos!” sahut Andi.

       Sosok Pita dan Riko pun berlalu ke dalam perpus, sedangkan Bella masih berdiri di lorong bersama Andi.

       “Mau nangis? Mau ke belakang sekolah?” tanya Andi dengan santai namun perhatian.

       “Yee, siapa juga yang mau nangis?” jawab Bella.

       “Kamu nggak sedih Riko nggak cemburu sama kita?” tanya Andi lagi.

       “Nggak, kok. Kayaknya nggak perlu nunggu sampai 3 bulan aku udah tahu kalau Riko nggak ada perasaan suka sama aku. Yah, semoga Riko sukanya sama Pita, bukan ke perempuan lain. Kasian Pita, juga, kan, udah sayang banget sama Riko,” ucap Bella.

       “Jadi, kita udahan nih, pacaran pura-puranya?” tanya Andi.

       “Hmmm, kita udah ada perjanjian bakalan pacaran pura-pura selama 3 bulan. Ya udah kita jalanin dulu aja. Gimana?” tanya Bella.

       “Hah? Ya mau lah!” seru Andi keceplosan.

       “What?” tanya Bella dengan heran.

       “Eh, nggak, nggak. Maksud aku, aku mau kok. Lagian aku lagi jomblo juga. Hehe,” ucap Andi menjelaskan.

       “Oke, deal,” ujar Bella.

       “Sambil jalan ke kantin, yuk?” tawar Andi.

       “Yuk,” jawab Bella.

       “Kok kamu bisa ikhlas dengan cepet gitu sih?” tanya Andi masih heran.

       “Aku udah merenung 4 hari ini. Ternyata aku nggak sesayang itu sama Riko. Aku lebih sayang sama Pita juga. Aku nggak mau bersaing sama Pita hanya karena seseorang yang bukan jodohku,” jawab Bella.

       Andi memandang Bella yang cukup dewasa menghadapi perasaannya sendiri. Diam-diam, Andi merasa bahagia bisa ada di sisi Bella, meski hanya hingga 3 bulan ke depan.

*

       Satu bulan kemudian, berita gembira datang dari Pita dan Riko. Akhirnya, mereka benar-benar jadian. Harapan Bella terkabul, ternyata Riko juga menyukai Pita, sahabatnya, bukan kepada perempuan lain.

       Bella sedikit merasa sedih, tetapi berusaha menutupinya. Malah, saat ini, dirinya, Andi, Pita, dan Riko sedang mengadakan double date di dunia fantasi.

       Bella benar-benar memperlakukan Andi seperti cowoknya sungguhan, begitu pun Andi, sehingga baik Pita maupun Riko tidak curiga jika Bella dan Andi hanya pura-pura pacaran.

       “Cheese!” seru Pita yang akan mengambil foto selfie mereka berempat. Di antara mereka berempat, Pita-lah yang tampak paling bahagia.

       Bella dan Andi berusaha sedekat mungkin dan sebahagia mungkin. Sedangkan Riko langsung berdiri di samping Pita sambil tersenyum cerah.

       “Oke! Nanti aku kirim ya ke grup Whatsapp kita,” ucap Pita.

       “Hah, kita punya grup Whatsapp?” tanya Bella sambil mengecek layer ponselnya.

       “Punya dong,” ujar Pita sambil nyengir, lalu berlalu begitu saja dari hadapan Bella sambil mengajak Riko ke wahana komidi putar.

       Bella baru sadar dirinya sudah dimasukkan ke grup yang dinamai ‘Double Date’, yang anggotanya adalah dirinya, Pita, Andi, dan Riko.

       “Dasar Pita, ada-ada aja,” gumam Bella, membuat Andi tertawa.

       “Ya udah lah, biarin aja. Nikmatin aja suasana bahagia ini,” komentar Andi.

       “Iya sih, tapi, kan, 2 bulan lagi hubungan kita udahan. Orang kira cuma pura-pura,” jawab Bella sambil manyun.

       “Kalau mau lanjut juga nggak papa,” ujar Andi sambil tertawa.

       “Hmm, liat nanti, deh,” jawab Bella sambil berlalu.

       Andi hanya menghela napas dalam-dalam.

*

       Bella tengah menikmati senja yang agak dingin itu dengan secangkir cokelat hangat, ketika ia mendapat kabar yang tidak terduga. Saat itu tengah liburan kenaikan kelas.

       “Bella, Andi kecelakaan!” seru Pita di seberang telepon.

       “Hah? Kecelakaan apa?” tanya Bella yang menjadi sangat khawatir mendengar informasi dari Pita.

       “Katanya tabrakan mobil! Dia lagi di Amerika, kan?” seru Pita.

       “Iya! Aduh… Gimana, ini? Hiks… Hiks… Hiks…,” tanya Bella yang mulai menangis.

       “Tenang dulu, Bel. Aku sama Riko meluncur ke rumah kamu sekarang,” ujar Pita berusaha menenangkan.

       Telepon pun ditutup oleh Bella. Ia menangis keras di dalam kamarnya. Mama dan Papa Bella sedang tidak ada di rumah, jadi Bella tidak bisa bercerita kepada siapa-siapa, sedangkan ia adalah anak tunggal.

       Tak berapa lama, bel pintu berbunyi. Bella bergegas menuju pintu utama hendak membukakan pintu.

       Betapa terkejutnya Bella. Setelah pintu ia buka, sosok Andi memandangnya dengan tersenyum.

       “Andi! Katanya kecelakaan?!” seru Bella yang tampak bingung.

       “Taraaa! Aku ngerjain kamu,” ujar Andi dengan blak-blakan. Ternyata Andi tidak ke Amerika.

       “Iiiih! Nyebelin!” seru Bella antara kesal dan lega mengetahui bahwa Andi baik-baik saja.

       “Aku pengen liat kamu khawatirin aku sebelum kita bener-bener pisah,” ujar Andi dengan nada sedih.

        Bella pun teringat bahwa hari ini adalah hari terakhir mereka berpacaran pura-pura.

        “Hmmm, gitu. Sini, masuk dulu. Kita obrolin di dalem rumah aja,” ujar Bella.

        Andi pun masuk ke dalam rumah Bella, duduk di kursi tamu.

       Bella teringat pada Pita. “Jadi, kalian semua sekongkol ngerjain aku?!” tanya Bella pada Andi.

       “Hehehe, kalau iya, gimana?” jawab Andi dengan nada iseng.

       “Hih, nyebelin!” seru Bella.

       “Maaf, deh… Maaf ya?” mohon Andi.

       “Ya udah deh, iya. Huh! Tapi, berarti, Pita udah tahu kita cuma pura-pura pacaran?” tanya Bella.

        “Udah, baru kemarin aku kasih tahu,” jawab Andi dengan jujur.

       “Duh, ngapain Pita pake dikasih tahu segala? Aku nggak pengen dia khawatir, tahu,” tanya Bella.

       “Justru, Pita harus tahu, Bel. Karena rencana pura-pura pacaran ini, dari awal Riko juga udah tahu,” jawab Andi.

       “Hah? Maksudnya?” tanya Bella.

       “Dari awal, Riko udah suka sama Pita. Riko juga udah tahu kamu dan Pita sama-sama suka sama dia. Jadi, biar kamu nggak sedih, dia minta aku nawarin diri pura-pura jadi pacar kamu,” jawab Andi.

       “Hah?” Bella sangat terkejut.

       “Aku dan Riko udah merhatiin kalian dari lama di hari-hari sebelumnya. Waktu kalian berantem itu, sebenernya kami merhatiin dari jauh. Terus Riko yang punya ide supaya aku nawarin diri jadi pacar pura-pura kamu. Maafin aku, ya, Bel?” mohon Andi.

       Perasaan Bella agak kacau. Ia bingung dengan perasaannya sendiri.

       “Terus, hadiah berakhirnya hubungan pura-pura kita, kamu ngerjain aku gitu? Buat apa coba?” tanya Bella yang berusaha menenangkan perasaannya sendiri.

       “Aku minta maaf, Bel. Aku cuma pengen kamu menegaskan ke perasaan kamu sendiri, kamu khawatir atau nggak sama aku kalau aku kenapa-kenapa,” jawab Andi.

       “Ya khawatir lah!” seru Bella agak marah.

       “Aku pengen tahu lebih dalam, Bel. Kamu khawatir karena kamu sayang sama aku, atau hanya sebatas sebagai teman. Karena, dari awal aku sayang sama kamu, Bel. Aku nggak pernah anggep kamu pacar pura-puraku. Bagiku, kamu bener-bener pacar aku,” ucap Andi dengan volume suara agak lirih.

       Bella terkejut mendengar penjelasan Andi. Ia sempat terdiam.

       “Jadi, kamu mau kita lanjutin hubungan kita?” tanya Bella.

       “Ya mau banget lah, Bel,” jawab Andi.

       Bella tampak berpikir. Sedangkan Andi tampak pasrah dengan apa yang akan terjadi kemudian.

       “Oke, aku mau. Selama ini aku nyaman di samping kamu. Rasa sayang? Mungkin rasa sayang itu udah ada sedikit. Lagipula, aku nggak ada pandangan ke cowok lain. Kamu nggak papa, kalau aku begini?” tanya Bella.

       “Nggak papa. Beneran, nggak papa. Aku akan berusaha bikin kamu bener-bener sayang sama aku. Aku nggak akan sia-siain kesempatan ini, Bel. Makasih, ya, Sayang,” ucap Andi, membuat Bella agak tersipu mendengar panggilan dari Andi, yang kali ini terdengar sangat tulus.

       “Cieee…. Jadian lagi nih, yeee….,” seru Pita yang secara tiba-tiba nongol di dalam rumah bersama Riko.

       “Pita! Sejak kapan kamu di situ?” tanya Bella karena terkejut.

       “Dari tadi. Btw, adakah Indomie di rumahmu? Mari kita rayakan jadian kalian berdua dengan masak Indomie!” jawab Pita cuek sambil mengajak Riko langsung nyelonong ke dapur, seperti kebiasaannya selama ini.

       Bella hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah sahabatnya ini. Sedangkan Andi tertawa.

       Akhirnya, grup ‘Double Date’ berkumpul lagi. Dan mereka semua bahagia menjalaninya.

 

Tamat.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Ibu dan Indomie #CeritadanRasaIndomie
3
0
Entah kenapa Indomie buatan Ibu selalu terasa lebih nikmat dibanding buatanku sendiri atau orang lain. Mungkin karena Indomie yang Ibu buat, dibuat dengan penuh kasih sayang. Terima kasih, Ibu.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan