251. Cewek ga bener?

4
0
Deskripsi

Cewek Gak Bener?

[sudut pandang zetta]

Malam ini untuk pertama kalinya saya memberanikan diri keluar sendiri, diam-diam keluar dari kamar disaat semua lampu rumah sudah redup, bahkan ketika mobil kemal berhenti tepat didepan rumah, tidak ada yang tau saya keluar malam ini. Tujuan saya hanya satu, alaksa harus pulang, untuk apa laki-laki itu berkeliaran tengah malam, mabuk-mabukan di tempat yang saya tau sangat dihidari keluarganya. Laki-laki itu, apa yang mengganggu pikirannya? Kenapa memilih bertindak seperti itu! Pikiran saya terlalu banyak dipenuhi alaksa, bahkan ketika kemal berhasil membawa saya ke tempat yang tidak pernah saya datangi, tubuh saya seolah bergerak sendiri, mencari-cari keberadaan alaksa, tidak peduli saya sekarang berada dimana.

“zee, pelan-pelan.”

“zee!!”

“zetta!” pergelangan tangan saya dicekal kemal, saya menoleh, “hey.” Panggilnya lembut.

“mana mereka?” tanya saya tak sabaran.

“pelan-pelan, gue bakal bawa lo ke mereka, tenang okey?” saya menghembuskan nafas, mengangguk lalu mengikuti kemana kemal membawa saya pergi. Tempat ini berisik, bau alkohol dimana-mana, asap rokok mengepul, beberapa gadis terlihat asik berdansa ditengah-tengah dikelilingi pria-pria hidung belang, sebagian lagi asik bercumbu secara terang-terangan.

Saya masih terus mengikuti kemana kemal membawa saya pergi, mata laki-laki itu terlihat menelusuri tempat ini. “kayaknya udah pergi deh.” Sahutnya yang seketika membuat tubuh saya lemas.

Saya berdecak kesal, melepaskan tangan saya yang sedari tadi digenggam kemal. “ihss masa gitu.”

Dia menggaruk belakang kepalanya, “yah mau gimana lagi? Jarak rumah lo kesini aja jauh ze.” Saya mendengus masih merasa kesal, “makanya itu tadi gue pergi sendiri aja, biar lo yang jagain mereka disini.” Saya tidak bermaksud kesal pada kemal hanya saja cuma dia yang bisa saya lampiaskan amarah saya disini. Kenapa jejak alaksa harus hilang? Saya sudah seberani ini kabur dari rumah hanya untuk alaksa.

“cowok lo yah?”

Saya menoleh melihat kemal, sekali lagi mendengus kasar lantas berujar, “bukan tapi bismillah jadi punya gue.” Kemal hanya mengangguk tak lagi menyahut, entahlah wajahnya terlihat—cemburu? Tidak mungkin! Dia yang melepas saya, kenapa harus merasa cemburu? Tapi tunggu—saya mulai merasa janggal, orang-orang disekitar saya terasa menyeramkan, tatapan mata mereka seolah lapar, kedua tangan saya mencengkram lengan kemal. “kem, lo bawa gue kemana sih?” saya berujar pelan, menyadari tempat yang saya pijaki sudah terlalu dalam, saya lupa jalan keluar.

Laki-laki itu mendengus, “makanya jangan jauh-jauh, ini bukan tempat lo.” Ujarnya, satu tangannya terangkat merangkul bahu saya. Saya hendak protes tapi sepertinya cara ini cukup berhasil lepas dari tatapan pria hidung belang ditempat ini.

“kem, bawa gue pul—“ saya melotot ketika tubuh saya ditarik paksa. Mulut saya hendak ingin berteriak namun tertahan ketika mata saya menangkap jelas sosok alaksa yang sudah berada dihadapan saya, sorot matanya tajam.

“aksa?”panggil saya pelan. Laki-laki itu tak menjawab, justru menatap kemal tak bersahabat. “ngapain bawa bawa dia kesini?” saya mengernyit, alaksa masih terus menatap kemal sementara yang ditatap hanya terkekeh pelan.

“dia yah ze?” kemal berujar sembari mengangguk-anggukan kepalanya, tertawa pelan lantas menepuk bahu saya beberapa kali sebelum berujar, “udah ketemu kan ze? Gue pamit.” Laki-laki itu beralalu pergi dari hadapan saya maupun alaksa, bahkan saya belum sempat mengucap terima kasih. Namun lagi-lagi tubuh saya ditarik paksa, alaksa membawa saya keluar dari tempat ini, berjalan menuju parkiran dengan terburu-buru.

Alaksa seperti sedang—menahan amarah.

“sa lepas ih pelan-pelan bisa gak si—awwsshhh AKSA!!” tubuh saya didorong, hingga terbentur tepat dimobil alaksa. Saya mendongak menatapnya kesal, “lo apa-apaansih, sakit tau gak!!”

Sorot mata laki-laki itu menyeramkan, matanya tajam, dan saya benci itu. “lo ngapain disini!” nada suaranya menusuk, nyali saya tiba-tiba menciut. Wajahnya merah padam, kedua tangannya mengepal. Dia seperti bukan alaksa.

“lo mab—“

“GUE TANYA LO NGAPAIN DISINI!!”

“sa?” terkejut—tentu saja! Saya tidak pernah dibentak dan alaksa menjadi orang pertama yang membentak saya.  Alaksa mendekat, wajahnya tepat berada dihadapan saya, dengan jarak sedekat ini, saya tidak mencium aromah alkohol dari alaksa, dia tidak mabuk, dia sepenuhnya sadar.

“cewek gak bener lo?” sekali lagi, saya dibuat terkejut. “Jadi gini kelakuan lo selama ini?” laki-laki itu menjauh, memandang saya dari ujung kepala hingga kaki, “gak nyangka gue, lo aslinya gini.”

Cukup! Saya tidak tahan, “GUE KESINI KARNA LO! KARNA LO ALAKSA!!” saya mengangkat ponsel, memperlihatkan isi roomchat saya dengan umi. “Lo ditelpon umi terus, tapi gak diangkat!!” saya mengusap air mata kasar, entah sejak kapan air bening itu lolos dari pelupuk mata saya, “gue kesini karna lo sa, dan lo bilan gue cewek gak bener!!? GUE BAHKAN KABUR DARI RUMAH KARNA LO!!” saya kesal, alaksa hanya diam. 

Sekali lagi saya mengusap kasar air mata saya, mendekat kearah alaksa. “lo kalo mau stress, mau lampiasin semuanya di club minimal gak usah seret-seret orang!!” sekarang tujuan saya hanya pulang, pesan dari umi sudah saya sampaikan, terserah kali ini alaksa mau pulang atau tidak! “minggi gue mau pulang!”

Laki-laki kembali mencengkal pergelangan tangan saya. “pulang sama gue.”

‘gue bisa sendiri.”

“pulang sama gue.” Tekannya sekali lagi.

“gue bisa sendi—“

“sama gue, nayyara!”

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya 264. Hampir
4
0
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan