
(Dikhususkan yang mau mengetahui kisah Duo Je lebih dalam)
Sebuah kelanjutan cerita dari Duo Je.
Setelah mendapatkan restu dari orang tua mereka, ternyata kehidupan cinta mereka tidaklah berjalan mulus seumpama kisah dongeng. Ada rintangan yang harus mereka hadapi, terutama meruntuhkan ego masing-masing selama menjalani long distance relationship. Belum lagi godaan dari peparong (perebut pacar orang) yang kapan saja siap mencuri kesempatan. Kali ini sanggupkah mereka mempertahankan cinta mereka? Atau justru akan hancur oleh ego dan jeratan orang ketiga??
-2-
Pagi harinya mereka langsung menuju bandara. Mereka sengaja mengambil penerbangan pagi. Semuanya nampak sangat antusias.
Sesampainya di Bandara Kualanamu, dengan dipandu Juno, mereka menaiki kereta bandara yang akan berhenti di Stasiun Besar Medan.
Sesampainya di sana, mobil Pak Portomuan sudah menunggu mereka. Beliau memang dimintai tolong Juno untuk menjemput mereka sesaat dalam perjalanan tadi.
“Kok minta jemput di sini, lae? Kenapa gak dari Bandara sajanya?” tanya Pak Portomuan seraya menyalami anggota rombongan Juno satu persatu.
“Gak enaklah, Pak, merepotkan Bapak,” celetuk Mama.
“Tidak merepotkan sama sekali, Bu.”
“Dijemput di sini saja sudah cukup, Pak,” kali ini Papa yang angkat bicara.
“Sengaja kok, Pak minta tolong jemput di sini aja. Mau ngerasain naik kereta di Medan,” kata Juno.
“Bah! Sama sajalah mau di Medan, mau di Mandalanusa atau Jakarta rasanya sama saja lah ituu...!”
Mereka semua akhirnya masuk ke mobil. Pak Portomuan dengan sigap membantu Jeff dan Ixel memasukkan bawaan mereka ke dalam bagasi meskipun berkali-kali dilarang oleh mereka.
Jarak rumah dinas Juno dengan Stasiun Besar Medan bisa dicapai hanya dalam waktu beberapa menit saja. Sehingga perjalan yang mereka tempuh tidak terasa, selain sibuk memperhatikan sekeliling, mereka juga tak henti-hentinya bercengkrama.
Akhirnya mereka sampai di rumah dinas Juno. Setelah menurunkan semua barang, Pak Partomuan langsung pamit. Mama lantas memberikan beliau beberapa oleh-oleh dari Mandalanusa yang diterima oleh Pak Partomuan dengan senang hati.
“Ada tiga buah rumah. Tapi yang berpenghuni Cuma dua. Rumah yang aku tempati sama yang di ujung. Tadinya sih semuanya dihuni. Tapi empat bulan yang lalu yang tinggal di rumah nomor satu pindah tugas ke Pekan Baru. Nah, kalo yang di ujung itu dihuni tapi jarang pulang. Yang tinggal di sana manager divisi perencanaan yang dengar-dengar sih udah punya istri baru di Medan, jadi lebih sering tinggal di rumah istrinya,” terang Juno.
“Istri pertamanya di mana?” Mama kepo.
“Jawa, Ma. Tapi gak tahu Jawanya di mana.”
“Kasihan ih anak istrinya...” kata Mama Ellen.
“Iya, bener banget, Len. Penyakit laki-laki ya gitu, ada uang sedikit, punya jabatan sedikit, punya pangkat sedikit langsung deh main serong...” kata Mama.
“NGGAK SEMUAAA...!!!” Bantah Papa, Juno, Jeff dan Ixel bersamaan.
Mama Rahayu dan Mama Ellen cengengesan.
Mereka semua lantas tour memasuki setiap sudut rumah dinas Juno yang terdiri dari dua lantai itu. Mereka semua sependapat kalau rumah yang ditempati Juno sangat nyaman dan aman. Mereka lalu membuat pembagian tempat tidur. Juno, Jeff dan Ixel tidur di kamar atas, Papa di sofa depan TV dan duo mama di kamar bawah.
Setelah istirahat sebentar, mereka mandi secara bergantian dan dengan menggunakan mobil Juno berkeliling kota Medan. Mereka menikmati susana sore hari hingga malam di kota metropolitan terbesar nomor tiga se-Indonesia itu. Mereka mencicipi bermacam-macam masakan khas Medan. Malam itu mereka mengunjungi Ucok Durian, membeli Martabak Durian, dan makan malam di sebuah restoran. Setelah itu mereka memutuskan untuk pulang dan berencana melanjutkan pertualangan menjelajahi kota Medan keesokan harinya.
Keesokan harinya, mereka mengunjungi tempat wisata di kota Medan. Tentu saja destinasi wisata seperti Istana Maimun tidak luput dari kunjungan mereka.
Hari ketiga mereka bertolak menuju danau air tawar terbesar di asia Tenggara yakni Danau Toba yang sudah dijadikan surga baru dan gerbang mengunjungi Indonesia. Dalam perjalanan mereka mendapat kabar kalau Nanda dan sang suami sedang dalam perjalanan menuju Medan. Mereka sepakat untuk bertemu di Danau Toba untuk liburan bersama. Di Danau Toba begitu banyak keindahan yang dapat disaksikan. Menaiki perahu menuju Pulau Samosir laksana menyusuri lautan yang luas. Sesampainya di Pulau Samosir mereka bisa melihat rumah adat Batak Toba yang masih asli, kuburan batu, desa tradisional dan mengenal budaya Toba Kuno yang unik dan mengesankan. Tidak hanya itu mereka mengunjungi daerah Tomok dengan kerajinan khas Batak. Mereka juga menyaksikan pertunjukan tari boneka Sigale-gale yang populer. Kemudian Museum Batak yang terletak di Balige juga tak luput jadi sasaran destinasi mereka. Tak cukup rasanya jika hanya sebentar menikmati keindahan Danau Toba, sehingga mereka memutuskan menghabiskan satu malam di sana dan menginap di sebuah penginapan yang langsung menghadap danau untuk mendapatkan panaroma yang spektakuler.
Sore harinya mereka kembali ke Kota Medan, kecuali Nanda dan sang suami yang masih melanjutkan paket honeymoon mereka di sana.
“Nanti sepulang dari sini, lu harus mampir ke tempat gue,” pesan Juno.
Nanda mengangguk.
Sesampainya di kota Medan, mereka singgah untuk makan malam di sebuah resto terdekat. Akhirnya mereka sampai di rumah saat jarum jam sudah menunjukkan pukul.22.00 WIB. Mereka semua kelelahan dan memutuskan untuk beristirahat.
Tak terasa, sudah tiga hari keluarga Juno berserta Jeff dan Mama Ellen berlibur di Medan. Besok mereka akan kembali ke Mandalanusa. Untuk itu hari ini difokuskan untuk membeli oleh-oleh. Duo mama nampak antusias. Mereka berbelanja dan Duo mama langsung sibuk memilih barang. Tenaga mereka seakan tak habis-habis berkeliling dari satu toko ke toko yang lain. Sementara yang lainnya mulai bosan dan jenuh. Papa dan Ixel akhirnya memutuskan kembali ke mobil untuk tidur. Sementara Juno dan Jeff dipaksa membawakan belanjaan mama mereka. Setelah puas berbelanja, mereka lalu mampir sebentar di jalan Merdeka Walk yang terkenal sebagai salah satu surga kuliner di Kota Medan .
Sesampainya di rumah, Juno mendapati mobil Pak Partomuan terpakir di depan rumah nomor satu.
“Ada apa, Pak?” tanya Juno menggunakan bahasa Batak.
“Sebentar lagi bakal ada yang menempati rumah ini, lae. Jadi Bapak disuruh periksa keadaan rumah. Siapa tahu ada yang harus dibetulkan,” beritahu Pak Partomuan.
“Oh, begitu. Siapa rupanya Pak yang nanti tinggal di sini?”
“Belum tahu aku, lae.”
“Siapapun dia, yang penting jadi rame lagi tempat awak, Pak,” komentar Juno.
“Betul, betul...”
=/=
Esok harinya, sekitar pukul satu siang, Juno dan Jeff mengantar keluarga ke bandara Kualanamu. Mereka semua pulang, kecuali Jeff yang memutuskan tinggal sedikit lebih lama agar bisa quality time berdua saja dengan sang pacar.
“Yang nikahnya sepasang, kok yang bulan madu dua pasang? Aing lier,” goda Ixel.
“Berisik lu Sel, ah!” Juno memukul kepala sang adik. Ia kesal dengan Ixel yang asal nyablak aja di depan kedua orang tuanya dan Mama Ellen.
Juno langsung lirak-lirik ke anggota keluarga yang lain. Mereka seperti pura-pura tak mendengar joke yang dilontarkan Ixel. Meskipun begitu, tak mengurangi kadar malu yang menerpa Juno. Sementara Jeff hanya terkekeh. Ia sama sekali tak terpengaruh dengan ledekan sang teman.
Juno dan Jeff menemani keluarga mereka hingga mereka memasuki check-in area. Mereka kembali berpelukan dan duo mama kembali memberi pesan kepada putra-putra mereka agar tetap hati-hati, jangan nakal, jangan bertingkah macam-macam dan sederet wejangan khas emak-emak yang mau berpisah dengan anak kesayangannya.
Setelah keluarga mereka masuk chek-in area, Juno dan Jeff keluar dan berjalan gontai menuju parkiran. Mereka berdua tidak segera kembali ke kota Medan melainkan memutuskan pergi ke pantai Putera Deli. Alasan mereka memilih Pantai Putra Deli yang berada di Pantai Labu, Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang ini karena lokasinya tidak begitu jauh dari bandara Kualanamu.
Keistimewaan dari Pantai Putra Deli ini pengunjung dapat melihat pesawat terbang yang landing atau take off, seolah-olah “mendarat” di laut.
Sesampainya di sana Juno dan Jeff langsung berlari ke tepi pantai. Dari atas pasir putih dan mengarah ke ufuk terjauh, maka tampaklah hamparan Pantai Timur Sumatera yang begitu luas dan cantik.
Juno dan Jeff menjauh dari kerumunan orang-orang yang berwisata di sana untuk mendapatkan suasana yang damai.
Mereka duduk di bawah pohon Cemara ditemani tiupan angin yang tenang menggoyang ranting cemara. Mereka melepaskan pandangan pada ombak yang perlahan mendebur memecahkan sunyi. Rasanya tak ingin melepaskan kedamaian itu. Tak heran jika Juno dan Jeff berlama-lama di sana
Setelah hari hampir petang, mereka baru melanjutkan perjalanan kembali ke kota Medan. Sekitar pukul tujuh malam mereka pun tiba di Medan. Juno mengajak Jeff langsung menuju ke sebuah restoran untuk makan malam. Di tengah perjalanan mereka mendapat pesan dari Ixel yang memberitahukan kalau mereka semua sudah sampai di rumah, di Mandalanusa.
Juno : syukurlah
Ixel : syukurlah apa nih? Syukurlah kita cabut biar lu
berdua bisa bebas mesum pasti
Juno : diam kau bodat
Selesai makan, mereka berdua baru kembali ke rumah. Sesampainya di sana mereka mendapati rumah di sebelah rumah Juno lampunya menyala.
"Kayaknya ada yang udah menempati, Je," kata Juno.
"Iya tuh..." Kata Jeff.
"Aku samperin dulu ya," kata Juno setelah mobil berhenti. Ia berjalan menuju rumah tersebut. Ia mengetuk pintu. Tak berapa lama kemudian pintu pun dibuka dan berdirilah seorang laki-laki muda, mengenakan celana cargo pendek dan kaos abu-abu tipis. Dari sela-sela badannya Juno bisa melihat ruangan di dalam masih berantakan.
"Malam, Bang. Abang ini karyawan baru itu ya?" Tanya Juno sambil meneliti perawakan cowok itu yang menurutnya lebih mature dari dirinya.
"Iya, betul Bang. Abang ini yang tinggal di sebelah kan?" jawab Cowok itu dengan logat Medan yang kental.
Juno mengangguk.
"Masuk dululah, Bang. Tapi maaf masih berantakan," kata cowok itu.
"Namanya juga baru pindahan..." Juno memaklumi.
"Oh, iya, kenalin namaku Sahat."
"Awak Juno."
Akhirnya Jeff datang menyusul Juno dan langsung diperkenalkan oleh Juno sebagai temannya.
"Dia teman awak dari Mandalanusa. Kebetulan lagi maen ke sini," terang Juno.
Sahat mengangguk-angguk.
"Ya udah, kami pamit ya, Bang. Silahkan lanjutin beres-beresnya. Kalau ada apa-apa jangan segan-segan buat beritahu kita, ya" kata Juno.
"Siap, siap. Makasih ya, Bang!" Sahat mengacungkan jempolnya.
Juno mengangguk. Ia dan Jeff pun berjalan menuju rumahnya.
Sesampainya di dalam, Jeff langsung melepas bajunya sambil berkata, "Gerah banget, Je. Mandi yuk?"
"Oke. Mandi bareng?"
"Iya, dong..." Kata Jeff sambil melepaskan Junosnya.
Juno ikutan melepaskan pakaiannya. Ia mengambil pakaian Jeff dan pakaiannya sendiri untuk dimasukkan ke dalam mesin cuci. Setelah itu menyusul Jeff ke kamar mandi.
Jeff sudah menghidupkan shower dan berdiri di bawahnya. Melihat kedatangan Juno, ia langsung menarik tubuh sang pacar bergabung bersamanya.
"Udah seminggu gak dapat jatah, Je. Udah gak tahan nih..." bisik Jeff.
"Dasar kamu tuh ya," Juno meremas selangkangan Jeff.
"Dasar, dasar tapi punya aku diremas juga..."
Juno meletin lidahnya.
Jeff dengan gerakan cepat langsung menangkap juluran lidah Juno dengan bibirnya.
Mereka akhirnya berpagutan mesra. Bergerak mengitari ruangan kamar mandi yang sempit itu sampai akhirnya tubuh keduanya terhalang dinding.
Jeff menyandarkan tubuh Juno ke dinding itu tanpa menghentikan pagutannya. Kini tangan mereka sudah menjelajahi tubuh satu sama lain.
"Bulu kamu udah lebat nih, Sayang. Aku cukur ya?" Kata Jeff sesaat tangannya menyentuh bulu lebat milik Juno di bawah sana.
"Udah malam, Sayang. Besok aja. Main aja dulu," kata Juno sambil menjilati dada Jeff.
Jeff mencubit hidung Juno dengan gemas. Mereka berpagutan lagi. Bisa di tebak sesaat kemudian desahan mulai terdengar di bawah kucuran air shower yang berasal dari dua anak manusia yang sedang dibakar asmara.
=/=
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
