Semua orang seketika menoleh ke arah yang ditunjuk Yoko. Tatapannya sendu penuh kelemahan. Ia berjalan lemah dengan tubuhnya yang luruh. Perlahan tapi pasti, ia berhenti di hadapan Arashi dan berlutut penuh kerendahan diri.
“Terima kasih, Bu,” ucap Faye lirih terisak menundukkan kepalanya.
“Kak,” Yoko memandang kekasihnya yang tengah merayakan kelegaannya.
“Kau datang tak kuduga memberi yoko tawa bahagia, harinya kau buat sempurna,” ucap Arashi lembut membelai penuh kasih kepala Faye yang masih merunduk itu.
BEHIND THE LENS (FAYE YOKO)
99
14
51
Selesai
Kisah seorang fotografer terkenal, Faye Supaporn Malisorn yang kehilangan pamornya karena arogansinya terhadap sekretaris pribadinya. Hujatan demi hujatan didapatkan baik di sosial media maupun dunia nyata.
Ketika sudah diambang batasnya, rasa percaya dirinya hilang dan memutuskan untuk hiatus dari dunia fotografi. Dengan sisa harta yang dimiliki, ia memulai kehidupan baru di sebuah desa terpencil, berharap bisa menemukan hal baru dalam hidupnya. Namun, siapa sangka ia bertemu dengan seorang gadis kecil, Yoko Apasra yang membuatnya kembali pada dunia fotografi yang dihindarinya. Dari Yoko ia belajar memandang hidup dari perspektif yang berbeda dan mengenal arti sebuah ketulusan. Seiring berjalannya waktu, kebimbangan mulai menjalari Faye. Ia akan kembali pada dunia luar dan fotografinya serta membersihkan namanya atau tetap tinggal di desa terpencil itu bersama Yoko. Tentu menjadi sebuah keputusan berat baginya.
1,673 kata
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses
Selanjutnya
Chapter 49: Calon Anak Mantu
5
0
Ketika kakak dan kekasihnya tengah asik berbincang mengenai bisnis dan perjalanan hukum yang masih mereka jalani, Yoko yang duduk di tengah hanya merangkul lengan Faye dan menyandarkan kepalanya. “Manja banget adikku,” sindir Neko. “Biarin,” jawab Yoko ketus. “Yeuuu! Masih aja cemburu!” dengus Neko. Faye terkekeh gemas melihat keluguan Yoko. Guna menenangkan, Faye memberinya kecupan lembut di ujung kepala kekasihnya. “Haiiisss! Bisa nanti aja ga mesra-mesranya?” protes Neko sama seperti Namtan. “Udah sih, sirik aja,” protes Yoko. “Heehh?” Neko tak percaya adiknya mulai berani memprotes dirinya. “Hahaha! Udah-udah, mending tidur, Sayang,” kekeh Faye lembut.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan
