
Cerpen pertamaku yang menggunakan sudut pandang orang kedua. Eksperimen!!!
Setiap sore, selepas kerja kau selalu menyempatkan datang ke toko kue di ujung jalan hanya untuk menikmati sepotong cupcake moka yang menurutmu memiliki rasa istimewa.
Langkahmu terhenti tepat di sebelah pintu kaca toko kue itu. Kau menoleh ke samping, memastikan penampilanmu. Setelah yakin kau sempurna, kau memasuki toko itu.
Sebuah etalase berisi macam-macam kue menyambutmu. Kau menundukkan badan sambil mencari-cari di mana cupcake moka favoritmu.
Seorang pelayan yang sudah hapal dengan kedatanganmu berkata, "Cupcake moka? Lima menit lagi ya, mbak."
"Saya tunggu di kursi sebelah jendela itu ya," ucapmu sambil menunjuk ke sebuah meja di sudut ruangan.
Sebelum sampai di meja, kau menghentikan langkah sembari melirik ke arah dapur yang dibatasi oleh kaca. Setelah itu kau menoleh lagi ke arah kasir. "Hot chocolate ya, mbak," imbuhmu kepada pelayan yang tadi. Matamu masih mencari ke dalam dapur. Belum kau temui apa yang kau cari.
Kau berjalan kembali ke meja. Dari situ kau bisa melihat dapur dengan leluasa.
Tak lama kemudian, pelayan wanita tadi menghampirimu dengan sebuah nampan berisi cupcake moka dan cokelat panas yang asap tipisnya masih mengepul ke udara. Aromanya menguar, baik cupcake dan cokelat panasnya, perpaduan yang sangat sempurna.
"Silahkan dinikmati ... " ujar pelayan wanita.
"Terima kasih banyak, mbak Meta," balasmu sambil melirik papan nama di bajunya, memastikan bahwa dirimu tak salah sebut nama.
Pelayan itu berlalu. Kau melirik jam di tangan kananmu, pukul 4.30 sore. Kau meraih cupcake moka dan menggigitnya. Rasa istimewa itu seketika lumer di lidahmu dalam satu gigitan.
"Benar. Ini pasti buatanmu. Aku yakin kau pasti ada di dalam," batinmu.
Kau menggigitnya lagi hingga tandas.
Bunyi ponsel dari dalam tas mengusikmu. Ada panggilan tak terduga yang mengharuskanmu segera pergi dari tempat itu. Kau menyeruput cokelat panas yang masih penuh, setelah itu langsung beranjak pergi dengan perasaan tak utuh.
Suara dari dalam dapur masih normal seperti biasa, namun hatimu terasa berbeda.
Langkahmu terhenti, padahal tak ada yang menghalangi di depan. Hatimu masih tertinggal di dalam dapur. Perasaanmu masih menyatu dengan setiap harum adonan yang menyeruak ke seluruh penjuru ruangan.
Sejurus kemudian tanganmu meraih ponsel dan mulai mengetik sebuah pesan bahwa kau akan datang sedikit terlambat.
Setelah pesan terkirim, kau segera membalikkan badan dan kembali ke mejamu saat seorang pelayan sedang membereskannya.
"Eh mbak, maaf. Ada yang tertinggal?" tanya pria itu dengan sopan.
"Enggak ada, kok, Mas. Ternyata saya masih mau disini," jawabmu.
Laki-laki itu menjadi ragu untuk melanjutkan tugasnya. Ia terdiam sepersekian detik.
"Nggak papa, Mas. Di bereskan saja. Nanti kalau saya lapar, saya pesan lagi," ujarmu.
"Maaf ya, mbak."
Kau mengangguk sambil tersenyum. Matamu masih tertuju pada tempat yang sama, dapur.
Tiba-tiba, sosok yang selama tiga puluh menit terakhir kau tunggu muncul. Darahmu berdesir kencang.
"Sudah cukup hari ini!" ucapmu pada diri sendiri.
Sebelum kau meninggalkan tempat itu, kau curi-curi melirik ke dalam dapur. Tanpa sengaja kau bertemu pandang dengannya. Kau terkejut bukan main. Secara spontan kau berlari keluar tanpa melihat sekelilingmu.
Tiba-tiba
Brak ...
Kau merasakan sakit di sekujur tubuh. Pandanganmu kabur. Beberapa orang mengerumunimu setelah kau terlempar beberapa meter akibat hantaman sebuah minibus tepat di depan toko kue. Sayup-sayup kau mendengar suara di sekitarmu hingga semua benar-benar hilang dan gelap.
Beberapa orang keluar dari toko kue, termasuk laki-lakimu. Saat itu ia berkata, “Ada apa ribut-ribut? Sudah, ayo kembali kerja!”
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
