
Yang beredar luas dan diyakini oleh masyarakat saat ini adalah di masa pemerintahan Purnawarman, ia membuat ibukota baru yang dinamakan Sundapura (berarti kota Sunda). Darimanakah narasi tersebut muncul? Apakah ada sumber primer yang mendukung?
Pernyataan tersebut hanya muncul dalam naskah kontroversial, Wangsakerta, yang lagi-lagi harus saya katakan bahwa naskah tersebut tidak bisa dijadikan pegangan. Selain itu tidak ada sumber primer yang memperkuat pernyataan tersebut.
Terkait naskah Wangsakerta,...
SERAT ANGGALARANG, PERSPEKTIF LAIN DALAM SEJARAH SUNDA
4
0
22
Berlanjut
Terdiri dari 55 Bab, Serat Anggalarang adalah penulisan ulang kisah masa lalu di Tatar Sunda sejak awal Masehi hingga keruntuhan Pajajaran namun dengan perspektif dan analisa yang berbeda. Silahkan kecewa karena Sunda bukan bangsa yang sudah ada sejak zaman sebelum masehi. Sunda sebagai identitas kesukuan baru muncul di abad 10-11. Kerajaan Salakanagara juga tidak pernah ada. Maharaja Sri Jayabhupati bukanlah orang Sunda dan dianggap sebagai penjajah. Kekuasaan Sunda dan Jawa pernah ada dalam satu naungan yang sama. Konflik antara Sunda-Jawa di masa lalu adalah nyata. Prabu Siliwangi dengan segala cerita-cerita dibaliknya adalah kisah fiktif dan banyak kekeliruan analisa terkait dengan tokoh Prabu Siliwangi. Urutan dan jumlah Raja-Raja Sunda di buku ini juga tidak sama dengan yang selama ini mungkin anda pernah lihat. DAFTAR ISIAji SakaAwal Mula Pemerintahan di JawaPtolomeus, Bangsa Eropa, dan Nama Salakanagara Yang Tak Pernah AdaBerdirinya TarumanagaraLokasi Istana, Wilayah, Agama dan Periode Waktu TarumanagaraPenggambaran Sosok PurnawarmanSundapura sebagai ibukota Tarumanagara?Raja Lain Setelah PurnawarmanKaitan Kutai dan TarumanagaraMunculnya Kerajaan Maju di SumateraDulu.. China Tak Pernah Menganggap Kita SetaraLetusan Krakatau, Munculnya Nama Banten, dan Kemunduran TarumanagaraSaat Inilah Sunda Bermula (Persaingan Politik Melayu – India)Gold, Glory, Gospel adalah LumrahPembangunan Candi di BatujayaGalunggung dan Kemunculan Kerajaan di TimurKonsep Putra Mahkota Tidak Jatuh Pada Anak PertamaWilayah Sunda dan Galuh, Kerajaan Tidak Mutlak Harus Memiliki Nama ResmiDimanakah Pusat Kerajaan Galuh?Prahara Keluarga WretikandayunTrarusbawa Penguasa BaruAgresi SriwijayaKudeta PurbasoraTrarusbawa Wafat, Balas Dendam SanjayaGalunggung Sebagai Induk KerajaanSanjaya Sang PenaklukKetika Galuh Berkuasa atas Jawa, Sumatera, dan SemenanjungPerjanjian Damai Sanjaya dan Sang SeuweukarmaSanjaya Berkuasa di MedangRakai Panangkaran dan Kekuasaan TunggalPemberontakan Rahyang Banga dan Legenda Ciung WanaraMedang Berjaya di Bawah Kekuasaan PanangkaranSuksesi Kepemimpinan MedangMunculnya Rahyangta Wuwus, Kemerdekaan Sunda Selama 72 TahunDyah Balitung dan Letusan Gunung MerapiEra Baru Sunda – Galuh, 43 Tahun Merdeka Di Bawah 4 MaharajaHukuman untuk Sunda – GaluhDari Politik Menjadi Eksklusivitas KesukuanSri Jayabhupati Bukan Orang SundaPerang Panjang Sunda-JawaSunda – Galuh Bangkit KembaliSingasari dan Kekecewaan Prabu DarmasiksaPendeknya Periode Kekuasaan Raja-Raja Sunda Galuh Pasca DarmasiksaGajah Mada dan Sumpah PalapaPerang Bubat Hanyalah Puncak Gunung EsKonflik Sunda-Jawa berakhirKemunduran Majapahit, keemasan Sunda-GaluhPrabu Siliwangi, Maung, dan Kisah FiktifPajajaran Yang SejajarPolitik Global, Islam dan PajajaranRangkaian Kisah dan Urutan Raja Pajajaran Hingga Masa Berakhirnya, Upaya Penggabungan Kisah Babad Dengan Sumber HistorisKota PakwanOrang Sunda Juga Pelaut dan PedagangGaya Berpakaian dan Budaya Lainnya di Zaman KerajaanUrutan Raja Sunda versi Serat Anggalarang PENDAHULUAN Mengintip hampir 1500 tahun peristiwa masa lalu yang terjadi di tatar Sunda (sampai dengan tahun 1579), bukanlah sesuatu yang mudah. Sumber-sumber primer yang ada, seperti peninggalan prasasti, arca maupun bangunan bersejarah di tatar Sunda, meninggalkan banyak “lubang” di sana-sini sebagai catatan peristiwa. Sehingga hal itu harus “ditambal” dengan sumber sekunder seperti catatan atau naskah, baik dari dalam maupun luar negeri, itu pun sangat-sangat tidak mencukupi, banyak peristiwa yang masih gelap dan tak terungkap.Adapun “sejarah” yang beredar di masyarakat, yang selama ini saya yakini sebagai sejarah ternyata sumbernya entah darimana. Setelah diteliti secara seksama, dengan membandingkan dengan sumber yang saya kategorikan sebagai sumber primer maupun sekunder, jelaslah sudah bahwa beberapa kisah yang beredar ternyata tidak memiliki landasan yang kuat. Atau meskipun itu bersumber, ternyata diambil dari sumber yang sebenarnya lebih bersifat karya sastra dibandingkan catatan historis.Setelah bertahun-tahun berkutat diantara kisah-kisah yang membingungkan, akhirnya saya memberanikan diri untuk menyusun Serat Anggalarang, Perspektif Lain dalam Sejarah Sunda ini, tentunya dibatasi oleh sumber-sumber yang saya yakini valid saja, ditambah analisa pribadi sebagai pengembangan dari sumber yang dikumpulkan.Analisa dalam penyusunan peristiwa masa lalu adalah lumrah, sebenarnya banyak sekali sejarah yang berlandaskan analisa para ahli. Analisa tersebut kemudian dipahami sebagai kebenaran mutlak, padahal tidak demikian, sekalipun ia datangnya dari ahli, namun tetap tidak bisa disebut sebagai kebenaran mutlak.Saya memang tidak memiliki background dalam ilmu sejarah, hanya sekedar memiliki ketertarikan dengan sejarah, namun kali ini saya mencoba untuk “membebaskan diri” dalam meneropong dan menganalisa. Dalam beberapa hal, saya juga mencoba melepaskan dari pendapat siapapun. Serat Anggalarang adalah kemerdekaan berfikir pribadi. Saya tidak mengklaim catatan ini sebagai kebenaran sejarah, saya juga tidak berharap catatan ini untuk diikuti. Ini bukan buku sejarah, karena itu tidak disusun berdasarkan metodologi penulisan yang akademis. Catatan ini hanyalah cara saya dalam memandang masa lalu.51 Bab pertama, Serat Anggalarang disusun menurut kronologis waktu. Sementara bab selanjutnya hanyalah tambahan yang tidak terikat oleh waktu. Dalam menuliskan nama ibukota Kerajaan Sunda, buku ini menggunakan ejaan ‘Pakwan’, sebenarnya ini hanya masalah selera saja, jadi Pakwan atau Pakuan sebenarnya sama saja, dilafalkannya pun sama. Tidak ada yang lebih benar dari keduanya. Bandung, Januari 2022
Post ini tidak mengandung file untuk diunggah/baca ataupun tulisan panjang.
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses

Selanjutnya
BAB 1 - BIVB, CIKAL BAKAL PERSIB YANG TIDAK LAHIR DI 1923
1
0
Bila kita menelusuri mesin pencarian Google tentang sejarah Persib, maka kita akan menemukan tulisan yang seragam, mengenai klub cikal bakal Persib yang bernama BIVB, disebutkan bahwa ia lahir di tahun 1923. Hal ini pernah saya tulis dalam cuitan twitter @historyofpersib, bulan Januari 2019, tentang keraguan saya akan tahun dimana BIVB berdiri. “BIVB didirikan tahun 1923 dimana Mr. Syamsudin sebagai pendirinya yang kemudian menunjuk R. Atot untuk menjabat sebagai ketua umum”. Kurang lebih seperti itu narasi yang sering kita baca.Saya sempat menelusuri mengenai sosok Mr. Syamsudin ini, dan akhirnya menyimpulkan bahwa tokoh tersebut adalah R. Syamsudin, seorang tokoh pergerakan yang lahir di Sukabumi tahun 1908 (kelak menjadi bupati Sukabumi). Kemudian sosok R. Atot Soeriawinata (putra pejuang Dewi Sartika)sebagai Ketua umum BIVB pertama. Saya tidak menemukan tahun kelahiran beliau tapi jika dilihat dari tahun pernikahan Dewi Sartika, berarti usia beliau kurang lebih sama dengan R. Syamsudin. Yang membuat saya ragu, apa mungkin seorang anak berusia 15 tahun sudah mendirikan sebuah klub sepakbola pribumi? Lalu, kapan sebenarnya BIVB lahir? Lagi-lagi saya mengaitkan dengan Mr. Syamsudin, yang menurut sebuah sumber, beliau pernah bersekolah di Bandung tahun 1929 (tidak disebutkan apakah tahun itu tahun masuk atau tahun kelulusan). Tapi jika mengambil patokan pada tahun tersebut, maka kemungkinan besar BIVB lahir tidak jauh dari tahun tersebut, tahun dimana ia berada di kota Bandung. Bisa jadi BIVB lahir bersamaan dengan SIVB (Persebaya) tahun 1927 atau VIJ tahun 1928. Yang unik dari Mr. Syamsudin dan R. Atot Soeriawinata ini adalah ketika keduanya menjadi perwakilan klub ketika mendirikan PSSI pada tanggal 20 April 1930 di Mataram, Yogyakarta. Mr. Syamsudin mewakili VIJ Jakarta (saat itu memang sudah pindah ke Batavia dan menjadi pengurus VIJ) sementara R. Atot (dalam sejarah Persib yang beredar, ditulis dengan nama Gatot) mewakili BIVB. Dua tokoh yang bersahabat dan mendirikan BIVB tersebut mewakili dua kesebelasan yang kelak bertahun-tahun kemudian menjadi rival di persepakbolaan Indonesia.Sekilas tentang kelahiran PSSI, mereka memulai pertemuannya memang pada tanggal 19 April (karena itulah sekarang diperingati sebagai hari jadi PSSI), tapi sebenarnya pengesahan PSSI benar-benar terbentuk, baru terjadi tanggal 20 April dini hari (pada beberapa tahun setelah terbentuk, justru tanggal 20 April yang digunakan sebagai hari jadi PSSI).Kembali ke pembahasan BIVB, cukup lama saya menyimpan analisa yang telah saya uraikan diatas mengenai kelahiran BIVB, analisa yang bisa saja tidak tepat. Sampai akhirnya saya menemukan artikel di surat kabar de Preangerbode edisi tanggal 24 Juli 1953. Koran berbahasa Belanda itu mencatat sebuah sambutan dari Bapak R. Ibrahim Iskandar (yang sering disapa Mang Baim, mantan pemain yang membawa Persib juara tahun 1937 dan pada saat beliau mengucapkan masih menjabat sebagai Ketua Umum Persib). Dalam orasinya tersebut dengan jelas dan terang beliau menyatakan bahwa BIVB lahir di tahun 1928!Apakah keterangan beliau bisa dijadikan pegangan? Setidaknya sampai saya menulis buku ini, hanya keterangan tertulis beliau lah yang paling kuat. Namun tidak tertutup kemungkinan untuk berubah jika kelak menemukan fakta yang lain. Seperti halnya kesalahan sejarah Persib yang lahir di tanggal 14 Maret 1933 juga bersumber dari beliau, maka tanpa mengurangi rasa hormat jika kelak sejarah perlu diluruskan kembali.Potongan Artikel de Preangerbode, 24 Juli 1953
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan