
BERDIRINYA TARUMANAGARA
Dikisahkan di Negeri Bharata (sekarang India), kerajaan Gupta yang dipimpin oleh Samudragupta (335 – 375) menyerang kerajaan Pallawa yang rajanya berasal dari dinasti Varman / Warman. Akibat serangan tersebut beberapa pembesar terpencar, salah satunya rombongan yang melarikan diri ke Pulau Jawa bagian Barat dan mendirikan kerajaan Tarumanagara.
Beberapa ahli menyatakan bahwa penamaan Tarumanagara karena lokasi negara tersebut berada dekat dengan aliran Sungai Citarum....
SERAT ANGGALARANG, PERSPEKTIF LAIN DALAM SEJARAH SUNDA
4
0
22
Berlanjut
Terdiri dari 55 Bab, Serat Anggalarang adalah penulisan ulang kisah masa lalu di Tatar Sunda sejak awal Masehi hingga keruntuhan Pajajaran namun dengan perspektif dan analisa yang berbeda. Silahkan kecewa karena Sunda bukan bangsa yang sudah ada sejak zaman sebelum masehi. Sunda sebagai identitas kesukuan baru muncul di abad 10-11. Kerajaan Salakanagara juga tidak pernah ada. Maharaja Sri Jayabhupati bukanlah orang Sunda dan dianggap sebagai penjajah. Kekuasaan Sunda dan Jawa pernah ada dalam satu naungan yang sama. Konflik antara Sunda-Jawa di masa lalu adalah nyata. Prabu Siliwangi dengan segala cerita-cerita dibaliknya adalah kisah fiktif dan banyak kekeliruan analisa terkait dengan tokoh Prabu Siliwangi. Urutan dan jumlah Raja-Raja Sunda di buku ini juga tidak sama dengan yang selama ini mungkin anda pernah lihat. DAFTAR ISIAji SakaAwal Mula Pemerintahan di JawaPtolomeus, Bangsa Eropa, dan Nama Salakanagara Yang Tak Pernah AdaBerdirinya TarumanagaraLokasi Istana, Wilayah, Agama dan Periode Waktu TarumanagaraPenggambaran Sosok PurnawarmanSundapura sebagai ibukota Tarumanagara?Raja Lain Setelah PurnawarmanKaitan Kutai dan TarumanagaraMunculnya Kerajaan Maju di SumateraDulu.. China Tak Pernah Menganggap Kita SetaraLetusan Krakatau, Munculnya Nama Banten, dan Kemunduran TarumanagaraSaat Inilah Sunda Bermula (Persaingan Politik Melayu – India)Gold, Glory, Gospel adalah LumrahPembangunan Candi di BatujayaGalunggung dan Kemunculan Kerajaan di TimurKonsep Putra Mahkota Tidak Jatuh Pada Anak PertamaWilayah Sunda dan Galuh, Kerajaan Tidak Mutlak Harus Memiliki Nama ResmiDimanakah Pusat Kerajaan Galuh?Prahara Keluarga WretikandayunTrarusbawa Penguasa BaruAgresi SriwijayaKudeta PurbasoraTrarusbawa Wafat, Balas Dendam SanjayaGalunggung Sebagai Induk KerajaanSanjaya Sang PenaklukKetika Galuh Berkuasa atas Jawa, Sumatera, dan SemenanjungPerjanjian Damai Sanjaya dan Sang SeuweukarmaSanjaya Berkuasa di MedangRakai Panangkaran dan Kekuasaan TunggalPemberontakan Rahyang Banga dan Legenda Ciung WanaraMedang Berjaya di Bawah Kekuasaan PanangkaranSuksesi Kepemimpinan MedangMunculnya Rahyangta Wuwus, Kemerdekaan Sunda Selama 72 TahunDyah Balitung dan Letusan Gunung MerapiEra Baru Sunda – Galuh, 43 Tahun Merdeka Di Bawah 4 MaharajaHukuman untuk Sunda – GaluhDari Politik Menjadi Eksklusivitas KesukuanSri Jayabhupati Bukan Orang SundaPerang Panjang Sunda-JawaSunda – Galuh Bangkit KembaliSingasari dan Kekecewaan Prabu DarmasiksaPendeknya Periode Kekuasaan Raja-Raja Sunda Galuh Pasca DarmasiksaGajah Mada dan Sumpah PalapaPerang Bubat Hanyalah Puncak Gunung EsKonflik Sunda-Jawa berakhirKemunduran Majapahit, keemasan Sunda-GaluhPrabu Siliwangi, Maung, dan Kisah FiktifPajajaran Yang SejajarPolitik Global, Islam dan PajajaranRangkaian Kisah dan Urutan Raja Pajajaran Hingga Masa Berakhirnya, Upaya Penggabungan Kisah Babad Dengan Sumber HistorisKota PakwanOrang Sunda Juga Pelaut dan PedagangGaya Berpakaian dan Budaya Lainnya di Zaman KerajaanUrutan Raja Sunda versi Serat Anggalarang PENDAHULUAN Mengintip hampir 1500 tahun peristiwa masa lalu yang terjadi di tatar Sunda (sampai dengan tahun 1579), bukanlah sesuatu yang mudah. Sumber-sumber primer yang ada, seperti peninggalan prasasti, arca maupun bangunan bersejarah di tatar Sunda, meninggalkan banyak “lubang” di sana-sini sebagai catatan peristiwa. Sehingga hal itu harus “ditambal” dengan sumber sekunder seperti catatan atau naskah, baik dari dalam maupun luar negeri, itu pun sangat-sangat tidak mencukupi, banyak peristiwa yang masih gelap dan tak terungkap.Adapun “sejarah” yang beredar di masyarakat, yang selama ini saya yakini sebagai sejarah ternyata sumbernya entah darimana. Setelah diteliti secara seksama, dengan membandingkan dengan sumber yang saya kategorikan sebagai sumber primer maupun sekunder, jelaslah sudah bahwa beberapa kisah yang beredar ternyata tidak memiliki landasan yang kuat. Atau meskipun itu bersumber, ternyata diambil dari sumber yang sebenarnya lebih bersifat karya sastra dibandingkan catatan historis.Setelah bertahun-tahun berkutat diantara kisah-kisah yang membingungkan, akhirnya saya memberanikan diri untuk menyusun Serat Anggalarang, Perspektif Lain dalam Sejarah Sunda ini, tentunya dibatasi oleh sumber-sumber yang saya yakini valid saja, ditambah analisa pribadi sebagai pengembangan dari sumber yang dikumpulkan.Analisa dalam penyusunan peristiwa masa lalu adalah lumrah, sebenarnya banyak sekali sejarah yang berlandaskan analisa para ahli. Analisa tersebut kemudian dipahami sebagai kebenaran mutlak, padahal tidak demikian, sekalipun ia datangnya dari ahli, namun tetap tidak bisa disebut sebagai kebenaran mutlak.Saya memang tidak memiliki background dalam ilmu sejarah, hanya sekedar memiliki ketertarikan dengan sejarah, namun kali ini saya mencoba untuk “membebaskan diri” dalam meneropong dan menganalisa. Dalam beberapa hal, saya juga mencoba melepaskan dari pendapat siapapun. Serat Anggalarang adalah kemerdekaan berfikir pribadi. Saya tidak mengklaim catatan ini sebagai kebenaran sejarah, saya juga tidak berharap catatan ini untuk diikuti. Ini bukan buku sejarah, karena itu tidak disusun berdasarkan metodologi penulisan yang akademis. Catatan ini hanyalah cara saya dalam memandang masa lalu.51 Bab pertama, Serat Anggalarang disusun menurut kronologis waktu. Sementara bab selanjutnya hanyalah tambahan yang tidak terikat oleh waktu. Dalam menuliskan nama ibukota Kerajaan Sunda, buku ini menggunakan ejaan ‘Pakwan’, sebenarnya ini hanya masalah selera saja, jadi Pakwan atau Pakuan sebenarnya sama saja, dilafalkannya pun sama. Tidak ada yang lebih benar dari keduanya. Bandung, Januari 2022
Post ini tidak mengandung file untuk diunggah/baca ataupun tulisan panjang.
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses

Selanjutnya
BAB 5 - LOKASI ISTANA, WILAYAH KEKUASAAN, AGAMA DAN PERIODE WAKTU TARUMANAGARA
0
0
Nama raja yang berkuasa di Tarumanagara hanya 1 yang diketahui pasti, yaitu Purnawarman. Ada 6 buah prasasti beraksara Pallawa dan bahasa Sansekerta yang ditemukan dan dianggap peninggalan Tarumanagara. Purnawarman menuliskan secara jelas namanya tersebut dalam 5 buah Prasasti (Ciaruten, Pasir Jambu, Pasir Koleangkak, Cidanghiang, dan Tugu). 1 buah prasasti (Kebon Kopi I) tidak menuliskan nama Purnawarman, namun karena memiliki beberapa kesamaan gaya bahasa dan tulisan sehingga disimpulkan yang meninggalkan prasasti ini adalah sosok yang sama atau bisa juga periode tak lama sesudah Purnawarman. Sebenarnya ada 2 prasasti lagi yang sebetulnya menarik yaitu Prasasti Muara Cianten dan Pasir Awi, prasasti tersebut hanya berupa gambar sulur-suluran yang belum diketahui maknanya secara jelas. Namun para ahli menyimpulkan bahwa itu adalah gaya Aksara Ikal, yang digunakan sebelum penggunaan tulisan Pallawa. Jadi Prasasti Muara Cianten dan Pasir Awi adalah peninggalan sebelum Purnawarman, dan bukan tidak mungkin peninggalan kerajaan sebelum Tarumanagara. Ada juga ahli yang menyebutkan bahwa gambar-gambar tersebut memiliki kaitan dengan gambar pohon Boddhi, semakin menguatkan dugaan saya bahwa 2 prasasti tersebut bukan berasal dari Tarumanagara yang beraliran Hindu Waisnawa.Mengkompilasi dari ke-6 prasasti maka dapat diambil gambaran bahwa pusat kerajaan Tarumanagara berada di sekitar Bekasi. Prasasti Tugu yang ditemukan di Desa Tugu, Kabupaten Bekasi, secara tersirat mengungkapkan letak lokasi istana Tarumanagara. Prasasti tersebut menceritakan tentang penggalian sungai Candrabhaga dilakukan di masa pemerintahan Purnawarman, mereka mengalirkannya ke laut, setelah kali (saluran sungai) ini sampai di istana kerajaan yang termashur.Sungai Candrabhaga tersebut terletak di Bekasi (dari situlah awal penamaan Bekasi). Dari Bahasa Sansekerta, Chandra berarti Bulan yang kemudian berubah penyebutan menjadi Sasi yang sama-sama berarti bulan. Lalu Bhaga berarti sejahtera, kaya, beruntung. Chandrabhaga kemudian menjadi Bhagasasi yang memiliki pengertian sama, kurang lebih adalah Bulan yang memberikan kesejahteraan. Namun sebenarnya, Chandrabhaga adalah nama sungai di Maharashtra, India. Kebiasaan orang India saat itu adalah melakukan reduplikasi tempat atau objek yang berada di negeri asalnya (terutama yang dianggap suci) ke daerah yang baru.Kalimat yang menggambarkan “mengalirkan sungai ke laut” juga mengisyaratkan bahwa lokasi Istana berada di dataran rendah maka ketika sungai meluap terjadi banjir, sehingga perlu upaya untuk membuat aliran baru menuju laut.Pada tahun ke-22 pemerintahan Purnawarman, ia kembali memerintahkan untuk menggali saluran sungai yang diberi nama Gomati (lagi-lagi diserupakan dengan nama sungai di India). Pekerjaan penggalian sepanjang 6122 busur (jika 1 busur kurang lebih 150 cm, maka panjang penggalian kurang lebih sekitar 9 km). Projek tersebut dikerjakan hingga mengalir melintas di tengah-tegah tanah kediaman Nenek dari Purnawarman, yang dikenal sebagai seorang pandita, berlangsung selama 21 hari. Setelah itu dilakukan upacara pemberkatan yang dipimpin oleh para Brahmana dan Purnawarman memberikan hadiah 1000 ekor sapi.Sapi menurut kepercayaan Hindu merupakan hewan suci, yang tidak untuk dikonsumsi. Tetapi untuk kasus diatas, pemberian hadiah sapi termasuk kedalam upacara yang disebut sebagai go medha, jadi mengkonsumsi dagingnya diperbolehkan. Prasasti tadi juga menuliskan tentang nenek Purnawarman. Jadi mungkin Purnawarman bermigrasi ke pulau Jawa membawa serta sang nenek. Atau setidaknya ada 2 generasi diatas Purnawarman-lah yang pertama kali mendirikan Tarumanagara.Mengenai wilayah kekuasaan Tarumanagara bisa dilihat dari lokasi Prasasti ditemukan, Bekasi sebagai ibu kota atau istana berdiri, batas selatan meliputi Kabupaten Bogor, batas barat adalah kabupaten Pandeglang, sementara batas timur (kemungkinan besar atau diduga) adalah sungai Citarum. Namun tidak tertutup kemungkinan wilayah taklukan Tarumanagara melintasi sungai Citarum di timur dan hingga ke tanah Sumatera di barat.Jika hanya mengacu kepada sumber primer, kita tidak akan pernah tahu kapan waktu tepatnya kerajaan ini eksis, karena tidak ada satupun peninggalan prasasti Tarumanagara yang berangka tahun. Hanya para ahli hampir sepakat, dari hasil penelitian bentuk tulisan, gaya bahasa yang digunakan dalam prasasti, dan lain sebagainya, mereka menyimpulkan bahwa Tarumanagara eksis sekitar abad ke-5.Berita dari China menyebut tentang perjalanan seorang pendeta Budha bernama Fa Xian yang menulis perjalanannya ke India (wilayah Indonesia saat itu masih dianggap sebagai bagian dari wilayah India) dalam bukunya berjudul Fu Guo Ji. Fa Xian menceritakan keadaan kebudayaan dan agama di Ye po ti (diartikan sebagai pelafalan China dari sansekerta Yavadvip atau Pulau Jawa).Fa Xian bercerita, ia menetap selama lima bulan dan baru kembali ke Guangzhou pada tahun 12 tahun Yi Xi Dinasti Jin atau 417 masehi. Ia menyimpulkan bahwa agama yang dianut sebagian besar masyarakat adalah agama “kotor” (maksudnya kepercayaan lokal). Penganut agama Buddha tidak seberapa. Di negeri ini agama Brahma (Hindu) sudah sangat banyak pengikutnya tapi baru mempengaruhi kalangan istana. Sejalan dengan apa yang tersirat dalam prasasti, bahwa Purnawarman cenderung ke arah agama Hindu kuno (Weda) dengan penekanan pemujaan pada Wisnu (Waisnawa). Biasanya upacara keagamaan agama Weda dilakukan di sebuah lapangan terbuka (Wedi, ksetra) dengan beberapa tungku (agni, chiti) sebagai tempat persajiannya. Tidak heran jika masa Tarumanagara tidak ditemukan candi.Sekarang mari kita tengok peninggalan kompleks percandian yaitu motif Buddha di Batujaya, Karawang. Dimana antara Bekasi (pusat Tarumanagara) dan Karawang hanya dipisahkan oleh Sungai Citarum.Candi Batujaya menurut perkiraan ahli dibangun secara bertahap, antara abad 5 dan 7, lalu dilanjutkan / dipugar abad 7 sampai 12. Menurut analisa saya, kompleks candi Batujaya bukanlah peninggalan Tarumanagara, dan ketika Fa Xian datang ke Jawa tahun 417, kompleks tersebut belum dibangun. Karena bagaimana mungkin Fa Xian sebagai seorang pendeta Buddha tidak melaporkan adanya candi Buddha? padahal catatan dirinya yang lain (untuk negeri lain), ia melaporkan jumlah candi Buddha di wilayah yang dikunjunginya tersebut.Fa Xian juga mencatat di masa itu sudah banyak kapal-kapal dagang besar yang secara rutin menempuh rute pelayaran China-Ye po ti. Selain lebih besar, kapal-kapal itu juga dianggap berlayar lebih cepat dengan waktu tempuh 50 hari. Padahal di era Dinasti Han, perjalanan dari Re Nan di Vietnam Utara ke Du Yuan di Semenanjung Malaya memakan waktu 5 bulan.Dari catatan tersebut tertulis angka tahun 417, tapi sebetulnya dia hanya menyebutkan Ye po ti (Pulau Jawa). Negeri atau pemerintahan apakah yang saat itu berkuasa tidak dituliskan. Namun karena belum ada peninggalan lain di pulau Jawa yang sezaman dengan masa kedatangan Fa Xian, maka apa yang dikatakan Fa Xian kemungkinan besar adalah Tarumanagara. Catatan lain dari Negeri China adalah catatan sejarah dari Dinasti Sui, yang menuliskan pada abad ke 6 tepatnya tahun 528 dan 535, utusan To lo mo (pelafalan China untuk Taruma) dari sebelah selatan telah datang ke negerinya. Sementara ketika kekuasaan di China beralih ke Dinasti Tang, sejarah disana juga mencatat bahwa utusan To lo mo pernah datang juga di tahun 666 dan 669. Semua catatan tersebut tidak menyebutkan nama raja yang berkuasa di Tarumanagara.Namun khusus untuk 2 kunjungan yang terakhir (666 dan 669), meskipun dalam catatan tersebut tertulis Tolomo, saya berkeyakinan bahwa sebenarnya bukanlah Tarumanagara. Utusan siapakah yang datang? Akan saya bahas di catatan yang selanjutnya.Dari uraian diatas, menurut sumber-sumber yang valid, maka Tarumanagara setidaknya eksis dari tahun 417 sampai 535.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan