BAB 4 - BERDIRINYA TARUMANAGARA

0
0
Terkunci
Deskripsi

BERDIRINYA TARUMANAGARA

 

Dikisahkan di Negeri Bharata (sekarang India), kerajaan Gupta yang dipimpin oleh Samudragupta (335 – 375) menyerang kerajaan Pallawa yang rajanya berasal dari dinasti Varman / Warman. Akibat serangan tersebut beberapa pembesar terpencar, salah satunya rombongan yang melarikan diri ke Pulau Jawa bagian Barat dan mendirikan kerajaan Tarumanagara.

Beberapa ahli menyatakan bahwa penamaan Tarumanagara karena lokasi negara tersebut berada dekat dengan aliran Sungai Citarum....

Post ini tidak mengandung file untuk diunggah/baca ataupun tulisan panjang.

Dukung suporter dengan membuka akses karya

Pilih Tipe Dukunganmu

Karya
1 konten
Akses seumur hidup
25
Sudah mendukung? Login untuk mengakses
Selanjutnya BAB 5 - LOKASI ISTANA, WILAYAH KEKUASAAN, AGAMA DAN PERIODE WAKTU TARUMANAGARA
0
0
Nama raja yang berkuasa di Tarumanagara hanya 1 yang diketahui pasti, yaitu Purnawarman. Ada 6 buah prasasti beraksara Pallawa dan bahasa Sansekerta yang ditemukan dan dianggap peninggalan Tarumanagara. Purnawarman menuliskan secara jelas namanya tersebut dalam 5 buah Prasasti (Ciaruten, Pasir Jambu, Pasir Koleangkak, Cidanghiang, dan Tugu). 1 buah prasasti (Kebon Kopi I) tidak menuliskan nama Purnawarman, namun karena memiliki beberapa kesamaan gaya bahasa dan tulisan sehingga disimpulkan yang meninggalkan prasasti ini adalah sosok yang sama atau bisa juga periode tak lama sesudah Purnawarman. Sebenarnya ada 2 prasasti lagi yang sebetulnya menarik yaitu Prasasti Muara Cianten dan Pasir Awi, prasasti tersebut hanya berupa gambar sulur-suluran yang belum diketahui maknanya secara jelas. Namun para ahli menyimpulkan bahwa itu  adalah gaya Aksara Ikal, yang digunakan sebelum penggunaan tulisan Pallawa. Jadi Prasasti Muara Cianten dan Pasir Awi adalah peninggalan sebelum Purnawarman, dan bukan tidak mungkin peninggalan kerajaan sebelum Tarumanagara. Ada juga ahli yang menyebutkan bahwa gambar-gambar tersebut memiliki kaitan dengan gambar pohon Boddhi, semakin menguatkan dugaan saya bahwa 2 prasasti tersebut bukan berasal dari Tarumanagara yang beraliran Hindu Waisnawa.Mengkompilasi dari ke-6 prasasti maka dapat diambil gambaran bahwa pusat kerajaan Tarumanagara berada di sekitar Bekasi. Prasasti Tugu yang ditemukan di Desa Tugu, Kabupaten Bekasi, secara tersirat mengungkapkan letak lokasi istana Tarumanagara. Prasasti tersebut menceritakan tentang penggalian sungai Candrabhaga dilakukan di masa pemerintahan Purnawarman, mereka mengalirkannya ke laut, setelah kali (saluran sungai) ini sampai di istana kerajaan yang termashur.Sungai Candrabhaga tersebut terletak di Bekasi (dari situlah awal penamaan Bekasi). Dari Bahasa Sansekerta, Chandra berarti Bulan yang kemudian berubah penyebutan menjadi Sasi yang sama-sama berarti bulan. Lalu Bhaga berarti sejahtera, kaya, beruntung. Chandrabhaga kemudian menjadi Bhagasasi yang memiliki pengertian sama, kurang lebih adalah Bulan yang memberikan kesejahteraan. Namun sebenarnya, Chandrabhaga adalah nama sungai di Maharashtra, India. Kebiasaan orang India saat itu adalah melakukan reduplikasi tempat atau objek yang berada di negeri asalnya (terutama yang dianggap suci) ke daerah yang baru.Kalimat yang menggambarkan “mengalirkan sungai ke laut” juga mengisyaratkan bahwa lokasi Istana berada di dataran rendah maka ketika sungai meluap terjadi banjir, sehingga perlu upaya untuk membuat aliran baru menuju laut.Pada tahun ke-22 pemerintahan Purnawarman, ia kembali memerintahkan untuk menggali saluran sungai yang diberi nama Gomati (lagi-lagi diserupakan dengan nama sungai di India). Pekerjaan penggalian sepanjang 6122 busur (jika 1 busur kurang lebih 150 cm, maka panjang penggalian kurang lebih sekitar 9 km). Projek tersebut dikerjakan hingga mengalir melintas di tengah-tegah tanah kediaman Nenek dari Purnawarman, yang dikenal sebagai seorang pandita, berlangsung selama 21 hari. Setelah itu dilakukan upacara pemberkatan yang dipimpin oleh para Brahmana dan Purnawarman memberikan hadiah 1000 ekor sapi.Sapi menurut kepercayaan Hindu merupakan hewan suci, yang tidak untuk dikonsumsi. Tetapi untuk kasus diatas, pemberian hadiah sapi termasuk kedalam upacara yang disebut sebagai go medha, jadi mengkonsumsi dagingnya diperbolehkan. Prasasti tadi juga menuliskan tentang nenek Purnawarman. Jadi mungkin Purnawarman bermigrasi ke pulau Jawa membawa serta sang nenek. Atau setidaknya ada 2 generasi diatas Purnawarman-lah yang pertama kali mendirikan Tarumanagara.Mengenai wilayah kekuasaan Tarumanagara bisa dilihat dari lokasi Prasasti ditemukan, Bekasi sebagai ibu kota atau istana berdiri, batas selatan meliputi Kabupaten Bogor, batas barat adalah kabupaten Pandeglang, sementara batas timur (kemungkinan besar atau diduga) adalah sungai Citarum. Namun tidak tertutup kemungkinan wilayah taklukan Tarumanagara melintasi sungai Citarum di timur dan hingga ke tanah Sumatera di barat.Jika hanya mengacu kepada sumber primer, kita tidak akan pernah tahu kapan waktu tepatnya kerajaan ini eksis, karena tidak ada satupun peninggalan prasasti Tarumanagara yang berangka tahun. Hanya para ahli hampir sepakat, dari hasil penelitian bentuk tulisan, gaya bahasa yang digunakan dalam prasasti, dan lain sebagainya, mereka menyimpulkan bahwa Tarumanagara eksis sekitar abad ke-5.Berita dari China menyebut tentang perjalanan seorang pendeta Budha bernama Fa Xian yang menulis perjalanannya ke India (wilayah Indonesia saat itu masih dianggap sebagai bagian dari wilayah India) dalam bukunya berjudul Fu Guo Ji. Fa Xian menceritakan keadaan kebudayaan dan agama di Ye po ti (diartikan sebagai pelafalan China dari sansekerta Yavadvip atau Pulau Jawa).Fa Xian bercerita, ia menetap selama lima bulan dan baru kembali ke Guangzhou pada tahun 12 tahun Yi Xi Dinasti Jin atau 417 masehi. Ia menyimpulkan bahwa agama yang dianut sebagian besar masyarakat adalah agama “kotor” (maksudnya kepercayaan lokal). Penganut agama Buddha tidak seberapa. Di negeri ini agama Brahma (Hindu) sudah sangat banyak pengikutnya tapi baru mempengaruhi kalangan istana. Sejalan dengan apa yang tersirat dalam prasasti, bahwa Purnawarman cenderung ke arah agama Hindu kuno (Weda) dengan penekanan pemujaan pada Wisnu (Waisnawa). Biasanya upacara keagamaan agama Weda dilakukan di sebuah lapangan terbuka (Wedi, ksetra) dengan beberapa tungku (agni, chiti) sebagai tempat persajiannya. Tidak heran jika masa Tarumanagara tidak ditemukan candi.Sekarang mari kita tengok peninggalan kompleks percandian yaitu motif Buddha di Batujaya, Karawang. Dimana antara Bekasi (pusat Tarumanagara) dan Karawang hanya dipisahkan oleh Sungai Citarum.Candi Batujaya menurut perkiraan ahli dibangun secara bertahap, antara abad 5 dan 7, lalu dilanjutkan / dipugar abad 7 sampai 12. Menurut analisa saya, kompleks candi Batujaya bukanlah peninggalan Tarumanagara, dan ketika Fa Xian datang ke Jawa tahun 417, kompleks tersebut belum dibangun. Karena bagaimana mungkin Fa Xian sebagai seorang pendeta Buddha tidak melaporkan adanya candi Buddha? padahal catatan dirinya yang lain (untuk negeri lain), ia melaporkan jumlah candi Buddha di wilayah yang dikunjunginya tersebut.Fa Xian juga mencatat di masa itu sudah banyak kapal-kapal dagang besar yang secara rutin menempuh rute pelayaran China-Ye po ti. Selain lebih besar, kapal-kapal itu juga dianggap berlayar lebih cepat dengan waktu tempuh 50 hari. Padahal di era Dinasti Han, perjalanan dari Re Nan di Vietnam Utara ke Du Yuan di Semenanjung Malaya memakan waktu 5 bulan.Dari catatan tersebut tertulis angka tahun 417, tapi sebetulnya dia hanya menyebutkan Ye po ti (Pulau Jawa). Negeri atau pemerintahan apakah yang saat itu berkuasa tidak dituliskan. Namun karena belum ada peninggalan lain di pulau Jawa yang sezaman dengan masa kedatangan Fa Xian, maka apa yang dikatakan Fa Xian kemungkinan besar adalah Tarumanagara. Catatan lain dari Negeri China adalah catatan sejarah dari Dinasti Sui, yang menuliskan pada abad ke 6 tepatnya tahun 528 dan 535, utusan To lo mo (pelafalan China untuk Taruma) dari sebelah selatan telah datang ke negerinya.  Sementara ketika kekuasaan di China beralih ke Dinasti Tang, sejarah disana juga mencatat bahwa utusan To lo mo pernah datang juga di tahun 666 dan 669. Semua catatan tersebut tidak menyebutkan nama raja yang berkuasa di Tarumanagara.Namun khusus untuk 2 kunjungan yang terakhir (666 dan 669), meskipun dalam catatan tersebut tertulis Tolomo, saya berkeyakinan bahwa sebenarnya bukanlah Tarumanagara. Utusan siapakah yang datang? Akan saya bahas di catatan yang selanjutnya.Dari uraian diatas, menurut sumber-sumber yang valid, maka Tarumanagara setidaknya eksis dari tahun 417 sampai 535.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan