
Pomponius Mela, ahli Geografi dari Yunani. Membuat sebuah peta di tahun 43 M, dimana di bagian kanan atas peta terdapat nama Taprobana Insula (Pulau Srilanka), Solis Insula (Pulau Matahari), Chryse Insula (Pulau Emas) dan Argyre Insula (Pulau Perak). Apakah Pomponius Mela membuat peta berdasarkan pelayarannya? Sepertinya tidak. Dia hanya mencoba menggambarkan negeri-negeri yang dekat dan sudah dikenalnya, sementara untuk wilayah yang jauh hanyalah perkiraan. Ini jelas terlihat dari posisi dan besar/kecil...
SERAT ANGGALARANG, PERSPEKTIF LAIN DALAM SEJARAH SUNDA
4
0
22
Berlanjut
Terdiri dari 55 Bab, Serat Anggalarang adalah penulisan ulang kisah masa lalu di Tatar Sunda sejak awal Masehi hingga keruntuhan Pajajaran namun dengan perspektif dan analisa yang berbeda. Silahkan kecewa karena Sunda bukan bangsa yang sudah ada sejak zaman sebelum masehi. Sunda sebagai identitas kesukuan baru muncul di abad 10-11. Kerajaan Salakanagara juga tidak pernah ada. Maharaja Sri Jayabhupati bukanlah orang Sunda dan dianggap sebagai penjajah. Kekuasaan Sunda dan Jawa pernah ada dalam satu naungan yang sama. Konflik antara Sunda-Jawa di masa lalu adalah nyata. Prabu Siliwangi dengan segala cerita-cerita dibaliknya adalah kisah fiktif dan banyak kekeliruan analisa terkait dengan tokoh Prabu Siliwangi. Urutan dan jumlah Raja-Raja Sunda di buku ini juga tidak sama dengan yang selama ini mungkin anda pernah lihat. DAFTAR ISIAji SakaAwal Mula Pemerintahan di JawaPtolomeus, Bangsa Eropa, dan Nama Salakanagara Yang Tak Pernah AdaBerdirinya TarumanagaraLokasi Istana, Wilayah, Agama dan Periode Waktu TarumanagaraPenggambaran Sosok PurnawarmanSundapura sebagai ibukota Tarumanagara?Raja Lain Setelah PurnawarmanKaitan Kutai dan TarumanagaraMunculnya Kerajaan Maju di SumateraDulu.. China Tak Pernah Menganggap Kita SetaraLetusan Krakatau, Munculnya Nama Banten, dan Kemunduran TarumanagaraSaat Inilah Sunda Bermula (Persaingan Politik Melayu – India)Gold, Glory, Gospel adalah LumrahPembangunan Candi di BatujayaGalunggung dan Kemunculan Kerajaan di TimurKonsep Putra Mahkota Tidak Jatuh Pada Anak PertamaWilayah Sunda dan Galuh, Kerajaan Tidak Mutlak Harus Memiliki Nama ResmiDimanakah Pusat Kerajaan Galuh?Prahara Keluarga WretikandayunTrarusbawa Penguasa BaruAgresi SriwijayaKudeta PurbasoraTrarusbawa Wafat, Balas Dendam SanjayaGalunggung Sebagai Induk KerajaanSanjaya Sang PenaklukKetika Galuh Berkuasa atas Jawa, Sumatera, dan SemenanjungPerjanjian Damai Sanjaya dan Sang SeuweukarmaSanjaya Berkuasa di MedangRakai Panangkaran dan Kekuasaan TunggalPemberontakan Rahyang Banga dan Legenda Ciung WanaraMedang Berjaya di Bawah Kekuasaan PanangkaranSuksesi Kepemimpinan MedangMunculnya Rahyangta Wuwus, Kemerdekaan Sunda Selama 72 TahunDyah Balitung dan Letusan Gunung MerapiEra Baru Sunda – Galuh, 43 Tahun Merdeka Di Bawah 4 MaharajaHukuman untuk Sunda – GaluhDari Politik Menjadi Eksklusivitas KesukuanSri Jayabhupati Bukan Orang SundaPerang Panjang Sunda-JawaSunda – Galuh Bangkit KembaliSingasari dan Kekecewaan Prabu DarmasiksaPendeknya Periode Kekuasaan Raja-Raja Sunda Galuh Pasca DarmasiksaGajah Mada dan Sumpah PalapaPerang Bubat Hanyalah Puncak Gunung EsKonflik Sunda-Jawa berakhirKemunduran Majapahit, keemasan Sunda-GaluhPrabu Siliwangi, Maung, dan Kisah FiktifPajajaran Yang SejajarPolitik Global, Islam dan PajajaranRangkaian Kisah dan Urutan Raja Pajajaran Hingga Masa Berakhirnya, Upaya Penggabungan Kisah Babad Dengan Sumber HistorisKota PakwanOrang Sunda Juga Pelaut dan PedagangGaya Berpakaian dan Budaya Lainnya di Zaman KerajaanUrutan Raja Sunda versi Serat Anggalarang PENDAHULUAN Mengintip hampir 1500 tahun peristiwa masa lalu yang terjadi di tatar Sunda (sampai dengan tahun 1579), bukanlah sesuatu yang mudah. Sumber-sumber primer yang ada, seperti peninggalan prasasti, arca maupun bangunan bersejarah di tatar Sunda, meninggalkan banyak “lubang” di sana-sini sebagai catatan peristiwa. Sehingga hal itu harus “ditambal” dengan sumber sekunder seperti catatan atau naskah, baik dari dalam maupun luar negeri, itu pun sangat-sangat tidak mencukupi, banyak peristiwa yang masih gelap dan tak terungkap.Adapun “sejarah” yang beredar di masyarakat, yang selama ini saya yakini sebagai sejarah ternyata sumbernya entah darimana. Setelah diteliti secara seksama, dengan membandingkan dengan sumber yang saya kategorikan sebagai sumber primer maupun sekunder, jelaslah sudah bahwa beberapa kisah yang beredar ternyata tidak memiliki landasan yang kuat. Atau meskipun itu bersumber, ternyata diambil dari sumber yang sebenarnya lebih bersifat karya sastra dibandingkan catatan historis.Setelah bertahun-tahun berkutat diantara kisah-kisah yang membingungkan, akhirnya saya memberanikan diri untuk menyusun Serat Anggalarang, Perspektif Lain dalam Sejarah Sunda ini, tentunya dibatasi oleh sumber-sumber yang saya yakini valid saja, ditambah analisa pribadi sebagai pengembangan dari sumber yang dikumpulkan.Analisa dalam penyusunan peristiwa masa lalu adalah lumrah, sebenarnya banyak sekali sejarah yang berlandaskan analisa para ahli. Analisa tersebut kemudian dipahami sebagai kebenaran mutlak, padahal tidak demikian, sekalipun ia datangnya dari ahli, namun tetap tidak bisa disebut sebagai kebenaran mutlak.Saya memang tidak memiliki background dalam ilmu sejarah, hanya sekedar memiliki ketertarikan dengan sejarah, namun kali ini saya mencoba untuk “membebaskan diri” dalam meneropong dan menganalisa. Dalam beberapa hal, saya juga mencoba melepaskan dari pendapat siapapun. Serat Anggalarang adalah kemerdekaan berfikir pribadi. Saya tidak mengklaim catatan ini sebagai kebenaran sejarah, saya juga tidak berharap catatan ini untuk diikuti. Ini bukan buku sejarah, karena itu tidak disusun berdasarkan metodologi penulisan yang akademis. Catatan ini hanyalah cara saya dalam memandang masa lalu.51 Bab pertama, Serat Anggalarang disusun menurut kronologis waktu. Sementara bab selanjutnya hanyalah tambahan yang tidak terikat oleh waktu. Dalam menuliskan nama ibukota Kerajaan Sunda, buku ini menggunakan ejaan ‘Pakwan’, sebenarnya ini hanya masalah selera saja, jadi Pakwan atau Pakuan sebenarnya sama saja, dilafalkannya pun sama. Tidak ada yang lebih benar dari keduanya. Bandung, Januari 2022
Post ini tidak mengandung file untuk diunggah/baca ataupun tulisan panjang.
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses

Selanjutnya
BAB 4 - BERDIRINYA TARUMANAGARA
0
0
BERDIRINYA TARUMANAGARA Dikisahkan di Negeri Bharata (sekarang India), kerajaan Gupta yang dipimpin oleh Samudragupta (335 – 375) menyerang kerajaan Pallawa yang rajanya berasal dari dinasti Varman / Warman. Akibat serangan tersebut beberapa pembesar terpencar, salah satunya rombongan yang melarikan diri ke Pulau Jawa bagian Barat dan mendirikan kerajaan Tarumanagara.Beberapa ahli menyatakan bahwa penamaan Tarumanagara karena lokasi negara tersebut berada dekat dengan aliran Sungai Citarum. Jadi nama kerajaan diambil dari nama sungai. Darimanakah nama sungai itu berasal? para ahli menganalisa bahwa di sepanjang aliran sungai banyak ditumbuhi oleh pohon Tarum (sejenis pohon yang buahnya dijadikan pewarna buatan berwarna biru). Jadi urutannya, Pohon Tarum, lalu sungai Citarum, kemudian Tarumanagara. Benarkah demikian? Bisa jadi benar. Tetapi dalam uraian dibawah, saya akan memberikan satu opsi tambahan mengenai penamaan Tarumanagara.Kata Nagara tidak perlu diperdebatkan karena jelas merujuk pada pengertian negara atau dalam bahasa sansekerta diartikan sebagai kota. Lantas darimana kata Taruma? Berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu Taru yang berarti pohon. Hal yang lumrah dalam beberapa kata dalam bahasa Sansekerta memiliki turunan kata yang bermakna sama, maka dari kata dasar Taru kemudian menjadi Tarum. Pohon dalam budaya India dianggap juga sebagai pangkal atau awal mula. Kebiasaan ini kemudian digunakan dan menyebar di tanah Jawa. Contohnya, dalam bahasa Sunda Kuno, pohon disebut dengan puhun. Bisa diartikan sebagai pohon, bisa juga leluhur, sumber, dan mula-mula. Begitu juga dengan kata tangkal yang dalam beberapa naskah Sunda kuno juga bisa diartikan sebagai sumber atau nenek moyang.Masih belum cukup? Coba perhatikan kata yang lain dari pohon dalam bahasa Sunda Kuno adalah wit, dari kata itulah lalu dikenal istilah kawit atau ngawitan yang artinya sama yaitu permulaan atau asal. Dari kata itu juga kemudian kita mengenal ada istilah Sunda Wiwitan yang maknanya kurang lebih ajaran kepercayaan Sunda yang mula-mula. Begitu juga dengan kata jati yang bisa bermakna pohon jati atau sejati, murni sesuai dengan asal.Maka dari itulah, saya menganggap bahwa Tarumanagara yang didirikan oleh pendatang dari India tersebut, mengklaim dirinya sebagai awal mula berdirinya kerajaan di Pulau Jawa. Bagaimana dengan Raja Diao Bian? Bukankah dia lebih berhak menyandang gelar sebagai permulaan? Tarumanagara muncul sekitar abad ke-5, sementara Diao Bian dalam catatan China ada di abad ke-2. Ada selisih 3 abad yang sangat memungkinkan bahwa kerajaan itu sudah runtuh sebelum Tarumanagara berdiri. Jadi ketika Tarumanagara berdiri, dialah satu-satunya pemerintahan yang bercorak kerajaan. Lalu bagaimana jika Diao Bian itu sebenarnya Raja Tarumanagara, sehingga Tarumanagara sudah berdiri sejak abad ke-2? Saya belum menemukan referensi yang mencukupi untuk menyambungkan kejadian apa di abad ke-2 di India, sehingga membuat cukup alasan bagi keluarga Varman untuk mendirikan kerajaan di pulau Jawa.Sementara untuk kerajaan-kerajaan lain (mungkin istilahnya bukan kerajaan seperti corak kerajaan di India, tapi semacam kampung-kampung / wilayah yang memiliki pemimpin), berasal dari penduduk lokal sepertinya sudah ada. Seperti yang sudah disinggung di awal tulisan, bahwa penduduk “lokal” Pulau Jawa saat itu adalah orang-orang Melayu yang berdatangan dari utara melalui Sumatera. Dengan demikian maka urutan nama Tarumanagara dengan tempatnya adalah: mereka mengklaim sebagai permulaan maka berdirilah kerajaan dengan nama Tarumanagara di sekitar Bekasi, lalu sungai yang menjadi batas kerajaan di timur disebut Citarum, kemudian pohon yang banyak tumbuh / paling banyak dijumpai di wilayah tersebut lalu dikenal sebagai pohon Tarum.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan