BAB 1 - BIVB, CIKAL BAKAL PERSIB YANG TIDAK LAHIR DI 1923

1
0
Terkunci
Deskripsi

Bila kita menelusuri mesin pencarian Google tentang sejarah Persib, maka kita akan menemukan tulisan yang seragam, mengenai klub cikal bakal Persib yang bernama BIVB, disebutkan bahwa ia lahir di tahun 1923. Hal ini pernah saya tulis dalam cuitan twitter @historyofpersib, bulan Januari 2019, tentang keraguan saya akan tahun dimana BIVB berdiri. 

 “BIVB didirikan tahun 1923 dimana Mr. Syamsudin sebagai pendirinya yang kemudian menunjuk R. Atot untuk menjabat sebagai ketua umum”. Kurang lebih...

Post ini tidak mengandung file untuk diunggah/baca ataupun tulisan panjang.

Dukung suporter dengan membuka akses karya

Pilih Tipe Dukunganmu

Karya
1 konten
Akses seumur hidup
25
Sudah mendukung? Login untuk mengakses
Kategori
Sejarah
Selanjutnya BAB 2 - KLUB SEPAKBOLA DI KOTA BANDUNG ERA 30’AN
0
0
Perlu diketahui, pada periode tahun 1930’an awal di kota Bandung ada tiga “kubu” sepakbola, yaitu bangsa Belanda, bangsa Tionghoa, dan bangsa Pribumi. Untuk bangsa pribumi sendiri memiliki 2 federasi yang berbeda yaitu BIVB dan NVB.Ketika menulis sejarah apapun, saya berusaha untuk netral dalam merangkum berbagai peristiwa di masa lalu. Narasi yang menyebutkan bahwa klub/federasi sepakbola bangsa Belanda di Bandung saat itu yang diceritakan angkuh dan memandang sebelah mata pada sepakbola pribumi adalah perspektif sejarah dari bangsa pribumi. Bagaimana menurut perspektif bangsa Belanda sendiri?Sebagai bangsa yang menjalankan pemerintahan di negeri orang, Belanda sebenarnya ingin menyatukan seluruh elemen kekuatan yang ada di Indonesia dalam satu nama Hindia Belanda. Mereka ingin menjalankan negara secara bersama-sama, dan era 30’an adalah periode dimana Belanda mencoba merangkul pribumi (sudah jauh berbeda dengan Belanda di era VOC). Memang masih ada diskriminasi di berbagai aspek, tapi itu semata-mata untuk kelancaran menjalankan roda pemerintahan menurut standar yang mereka inginkan. Pribumi saat itu mereka anggap belum mampu, tapi secara perlahan akan dilibatkan sampai akhirnya berjalan bersama tanpa perbedaan. Sedangkan bagi bangsa Pribumi, mereka merasa ini adalah tanah mereka dan berhak untuk mandiri di tanahnya sendiri. Ini memang dua sudut pandang yang berbeda.Terkait “memandang sebelah mata”, itupun bisa jadi benar adanya, dikarenakan sepakbola Pribumi mereka anggap belum bisa satu level dengan mereka, baik dari segi pengorganisasian maupun secara kualitas permainan di atas lapangan. Dan itu harus jujur diakui bahwa kaum Pribumi saat itu memang masih berada di bawah mereka.Namun untuk hal mencoba berdiri sejajar, Belanda sebenarnya sudah mencoba merangkul kaum Pribumi termasuk Tionghoa. Seperti yang diberitakan dalam koran berbahasa Belanda de Koerier tanggal 13 Februari 1932. Beritanya saya rangkum dalam keterangan dibawah ini:Pada malam di tanggal 11 Februari 1932, diadakanlah pertemuan antar federasi. Bandoengschen Voetbal Bond (BVB), federasi sepakbola Belanda di kota Bandung yang menginisiasi pertemuan ini.  Yang diundang saat itu adalah L. Braamzeel (BKVO / Bandoeng Kantoor Voetbal Org, federasi Belanda yang lain), Tuan Soedarma (NVB / National Voetbal Bond), R. Atot Soeriawinata (BIVB / Bandoeng Indonesia Voetbal Bond) mereka berdua adalah perwakilan federasi Pribumi, T.E. Ang (ATVC / Andir Tengah Voetbal Club) yang mewakili federasi Tionghoa. Sayangnya perwakilan dari CVTH (federasi Tionghoa yang lain), tidak dapat hadir.BVB menawarkan kerjasama yang terorganisir antar federasi tersebut, dan mereka berharap perjanjian mulai berlaku efektif sejak dimulainya kompetisi baru BVB. Sebenarnya antara BVB dan BKVO saat itu telah bekerja sama dalam hal menjalankan kompetisi. Sementara federasi ATVC disebutkan ada kemungkinan untuk bergabung kembali dengan BVB sebelum akhir bulan. Didalam pertemuan tersebut juga tercetus kembali wacana penggabungan antara dua federasi pribumi yaitu NVB dan BIVB, sebenarnya wacana penggabungan ini telah dicetuskan sejak bulan September 1931, akan tetapi hingga hari ini belum juga terlaksana. Hal lain yang disinggung dalam pertemuan tersebut antara lain kabar bahwa sportpark di Tegallega akan segera dibangun oleh Pemerintah Kota Bandung. Dalam diskusi yang dilakukan dalam suasana yang akrab dan penuh kekeluargaan tersebut, dirumuskan beberapa point penting tentang kerjasama antara lain dalam hal administrasi pemain, aturan dan disiplin, larangan perpindahan klub atau pemain ke federasi lain tanpa persetujuan, pengorganisasian pertandingan antar kota, kerjasama penggunaan lapangan, mencegah persaingan antar federasi, dll.Pada prinsipnya diputuskan bahwa sepakbola Bandung akan dikembangkan bersama, dengan itikad baik satu sama lain. Federasi Pribumi juga diharapkan dapat menjaga jarak dengan politik dan masalah ras. Perundingan selesai. Apakah federasi pribumi akhirnya bersedia bekerjasama dengan federasi Belanda? 
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan