His Love&Obsession Chapter (10-11)

1
0
Deskripsi

Hallo terima kasih yang sudah membaca kisah Toby. Ke depannya mungkin ada yang mimin buka gratis dan ada yang terkunci. Alasanya, biar tidak boros saja heheh. Mimin sangat senang jika ada mengapresiasi karya mimin. Semoga sehat selalu.

Chapter 10

—-

“Kau sepertinya sedang jatuh cinta ya?” tebak Nona mengamati wajah Willow, yang sedari pagi selalu ceria.

“Kenapa kau bisa menyimpulkan seperti itu?” Willow tidak ingin Nona tahu tentang Toby, karena wanita di depannya ini adalah orang yang berisik, dan suka merecoki  urusan orang. Nona menyesap kopi hangatnya, “Biasanya kau selalu mengeluh tentangThesismu, dan sekarang kau seakan tidak ada beban,” Nona mencoba menyimpulkan dari gerak-gerik Willow. Bagaimanapun, ia yang tahu seluk beluknya Willow. Wanita berlesung pipi itu, mencuil potongan chesee cake dengan garpu kecildan memasukannya ke dalam mulut, sambil mengingat kejadian tadi malam yang membuat perutnya seakan ada kupu-kupu indah yang terbang.

‘Sekarang kau miliku, dan aku milikmu Sweety` putus Toby dengan suara seraknya membuat Willow merinding.Sekarang, setiap kali Toby memanggilnya `Sweety`, Willow merasa sangat dimiliki dan ia senang dengan hal itu.

“Entahlah, yang jelas aku sedang sibuk bagaimana caranya biar cepat lulus dan menjadi dosen di Universitas ini,” kilahWillow mencoba tidak berterus terang, karena ia sendiri juga belum yakin ini adalah perasaan jatuh cinta atau euforiasesaat karena sudah lama sekali hidupnya monoton, kemudian tiba-tiba saja bertemu pria seperti Toby yang mengucapkankata-kata manis.

Nona memoles lipstik Dior favoritnya ke bibir tipisnya, “Jangan terlalu keras pada dirimu Willow, kau pun juga harus sedikit bersenang-senang,” imbuh Nona yang kini menyisir rambut pirangnya yang kini diombre biru langit dan kuning.

“Meskipun pendidikan juga penting, tapi paling tidak kau bisa merasakan nikmatnya ketika para pria mencium basah tubuh sexymu,” lanjut Nona dengan nada jenaka, membuat Willow mendelik mendengar kalimat akhir Nona. Willow yang tadi menatap gerak gerik sahabatnya yang tidak kunjung selesai berdandan. “Daripada mengataiku, ngomong-ngomong kau mau ke mana?” celetuk Willow dengan nada heran.

“Tentu saja aku akan berkencan, astaga tadi malam adalah sex yang hebat,” ucap Nona dengan antusias, sehinggamembuat Willow tersedak ketika minum ice caramel lattenya. ‘Pantas saja, dia membahas sex, rupanya…`batin Willow dalam hati, karena tidak mau menanggapi lebih.“Mudah sekali kau berkata seperti itu,” gerutunya kemudian mengusap bibirnya.

“Kau ini seperti orang tua saja. Astaga kuno sekali pemikiranmu. Sex adalah sebuah kebutuhan pokok sayang,” jekas Nona tidak mau kalah, dan kini ia merapikan dadanya yang sital agar terlihat sexy di depan teman kencannya nanti.

Willow tidak mendebat lagi, dan beberapa detik kemudian ponselnya bergetar menandakan sebuah pesan masuk.

From:Ty

Willow tersenyum tipis membaca isi pesan tersebut, meskipun ia dan Toby sepertinya sudah menjalin kasih tetapi tetap saja apapun yang berhubungan dengan pria itu membuat Willow berdesir

Willow tersenyum tipis membaca isi pesan tersebut, meskipun ia dan Toby sepertinya sudah menjalin kasih tetapi tetapsaja apapun yang berhubungan dengan pria itu membuat Willow berdesir. Ehmm, anggap saja seperti itu, karena ia danToby sama-sama saling menginginkan satu sama lain.

`Pagi Ty, hariku baik-baik saja Ty, bagaimana dengamu?`

Willow menahan ekspresi datar di depan Nona dengan pura-pura mendengar celotehannya saja, karena di satu sisi iabelum siap membagi cerita saja. Namun, tidak lama ponselnya bergetar lagi, dan secepat kilat tangannya membuka isipesannya.

[Tidak baik, karena tidak ada kau di sisiku Sweety…isi kepalaku terus berteriak namamu..]

Wajah Willow semakin memanas melihat jawaban Toby yang membuatnya melambung tinggi, lalu ia menenggakminumannya sampai tandas.

`Jangan berlebihan Ty, kau membuatku malu…` balas Willow mengetik dengan wajah datar, menahan rasa senangnyauntuk tidak terlihat di depan Nona. Willow lalu meletakan ponselnya di meja, kemudian menatap Nona lagi. “Jangan sembarangan  berhubungan, kau tidak tahu teman kencanmu itu bersih atau tidak. Bisa-bisa kau tertular penyakit kelamin,” sindir Willow berusaha menasehati Nona, karena dia tahu sahabatnya itu memang suka sekali berganti teman kencan.

Nona berdecak, “Aku sudah rutin ke dokter, dan sebelum melakukannya sudah kupastikan pasanganku bersih sayang,” jawab Nona enteng, seakan hal itu adalah hal yang tidak usah dibahasa sungguh-sungguh.

Willow hanya menggeleng pelan mendengar jawaban santai Nona, hingga ponselnya kembali bergetar sehinga membuatwanita berlesung pipi cepat-cepat membukanya lagi.

[Aku penasaran dengan ekspresi malumu Sweety…Ah, maafkan aku sweety untuk beberapa hari ini kita mungkin tidakakan bertemu, karena kau memiliki pekerjaan dan urusan penting. Ini menyebalkan, tetapi aku harus melakukannya. Kirimkan fotomu setiap hari padaku ya…Dan selamat bersenang-senang dengan temanmu Sweety…]

Balasan Toby yang sedikit panjang membuat Willow langsung tidak bersemangat, karena ia tidak bisa melihat Toby dalam beberapa hari ini. Namun, ada satu hal yang menggelitik Willow membaca isi pesan Toby, “Bagaimana ia tahu jikaaku sedang bersama Nona?” gumamnya lirih menatap pesan Toby tanpa membalasnya.

***

Suara rubik bergmeresak diiringi lantunan lagu Your Shirt, yang dinyanyikan Chelsea Cutler, membuat Toby berusaha berkonsentarsi karena, sedang mengerjakan sisa  proyeknya dengan Jonas. Sudah setengah jam ia memainkan rubik kesayangannya itu, untuk mengalihakan wajah Willow supaya ia bisa segera menyelesaikan pekerjaan ini. Toby merasa dirinya semakin menyukai apapun yang berhubungan dengan Willow. Satu sisi ia sudah merasa senang, karena kemarin ia sudah mengklaim miliknya dengan perlahan. Baru saja kemarin bertemu, sekarang ia sudah menginginkan Willow berada di sini, dalam pelukanya. Namun, apa daya ia juga harus menyelesaikan pekerjaannya, belum lagi ia harus pergi untuk menemui kakek tua itu.

"Baiklah kita mulai sekarang," monolognya, lalu meletakkan rubiknya di samping komputer. Mulut Toby membentuk seringai, menatap layar komputernya. Beberapa file yang berisikan data pribadi Enorch dan sudah siap ia retas, "Hmm...mari kita hancurkan pelanb-pelan," ucapnya dengan nada dingin. Pupil matanya melebar ketika jemarinya bergerak dengan lihai di atas keyboard.

"Mission Done!" serunya dengan suara pelan, ekspresinya menatap puas hasil yang ia kerjakan, karena kurang dari satu jam lagi media massa akan membuat berita mengejutkan tentang perusahaan Enorch yang digadang-gadang memiliki citra yang baik. Namun, semua itu adalah tipuan yang dilakukan Enorch untuk mendapat perhatian dari masyarakat. Nyatanya, semua data yang didapatkan Toby sangatlah berkebalikan dengan yang selama ini ditunjukan. Toby lalu menyambar ponselnya, kemudian menekan kontak berinisial J yang berarti Jonas.

'Hallo,' suara Jonas menyapa dengan datar.

"Aku sudah membereskannya, kurang dari satu jam kau akan mendapat kabar baik," jawab Toby tanpa basa-basi.

Terdengar kekehan dari sambungannya. "Bagus, kau aku akan mengirim sisanya kalau begitu," ujar Jonas dengan nada puas.

"Tidak usah, aku hanya butuh sedikit bantuanmu bisa?" sergah Toby menolak. Kemudian hening dan tidak ada jawaban dari Jonas beberapa detik.

'Bantuan apa? Selama aku masih bisa, akan kulakukan,'

"Apa kau salah satu investor di Universitas itu? Jika iya aku ingin kau melakukan sesuatu untukku," jelas Toby lugas, manik birunya menatap bingkai foto wanita cantik berlesung pipi dengan tatapan memuja.

Jonas berdeham, 'Oh, baiklah...sepertinya ini permintaan pribadi ya. Katakan,'

Toby sendiri tersenyum misterius, meskipun Jonas tidak bisa melihatnya. Jemarinya kini mengusap foto itu dengan lembut.

"Ini mudah kok," jawabnya penuh dengan teka-teki sambil tersenyum melihat foto Willow.

——

Chapter 11

—-

Desa Castleton, Inggris

Akhirnya setelah dua tahun, Toby sampai di sebuah desa Castleton, tempat di mana ia dibesarkan. Tempat yang tidak akanpernah ia lupakan, meskipun desa ini sepi dan tidak banyak orang tinggal di sini. Akan tetapi Toby merasakan sebuah kehangatan keluarga yang tidak akan ditemukan di manapun. 

Suasana di tempat ini masih begitu asri, dan masih sangat menyatu dengan alam. Desa Castleton dikelilingi oleh pemandangan alam yang menakjubkan. Dengan perbukitan dan pegunungan yang menghiasi latar belakangnya, desa ini menawarkan keindahan alam yang spektakuler.

Kini, pria jangkung itu berdiri di depan rumah sederhana, dengan pemandangan sungai kecil yang memiliki air yang jernih, sehingga suara gemericiknya begitu menyenangkan. Tidak sampai situ, rumah dan sekaliguspanti asuhan yang dia tempati, berada tepat di bawah bukit hijau yang indah. Toby mengeratkan tas ranselnya, masih berdiri menatap rumah sederhana bertembok bata putih tulang. Setiap kali menatap rumah ini, hati Toby merasa tenangdan nyaman. “Ke mana Pak tua dan ibu?” gumamnya mencari keberadaan sosok yang dia rindukan.

Sumber gambar: Pinterest

Toby lalu melangkahkan kakinya, untuk langsung masuk ke rumah itu. Rupanya mereka sedang melakukan sarapan pagi, terlihat pria paruh baya bertubuh gempal, dengan kumis dan rambut putihnya sedang duduk di antara delapan anak-anaklainya, sedangkan di sampingnya terlihat wanita paruh baya berkulit pucat, namum memiliki wajah yang hangat dansenyuman yang tulus .

“Apa kalian akan sarapan tanpaku?” celetuk Toby membuat mereka semua menatap ke arah suara Toby.

“Toby….”panggil mereka serempak, lalu dua anak perempuan kembar berumur sepuluh tahun berlari menghampiri Toby dan memeluknya erat.

“Astaga nak, kau akhirnya datang,” ucap wanita paruh baya itu memeluk erat Toby dengan penuh kelembutan, kemudiania mencium kening Toby dengan sayang.

“Apa kau baik-baik saja?” tanyanya dengan ekspresi khawatir, lalu mengusap bahu lebar Toby dan memastikan semuanyasehat.

“Ibu, maafkan aku baru mampir sekarang, ” balas Toby lembut, menatap sosok yang selama ini membesarkan dirinyatanpa pamrih, meskipun tidak ada ikatan darah.

“Kami merindukanmu!!” seru anak kembar yang menyusul ibu asuhnya di belakang secara, bersamaan. Toby tersenyumdi balik maskernya, lalu ia membalas pelukan Sella dan Selly dengan erat juga.

“Akhirnya kau tahu jalan pulang ya,” celetuk pria paruh baya dengan nada khas ayah yang merindukan putera mereka, kini pria itu sudah berdiri di depan Toby sambil berkacak pinggang.

Toby, lalu melepas masker hitamnya hingga terlihatlah wajah tampannya. “Pak tua, kau rupanya terlihat sehat ya,” balasToby lalu memeluk pria gemuk itu dengan hangat. Charlie lalu membalas pelukkan pria yang dulu ia rawat dengan kasihsayang, dan kini sudah menjadi pria dewasa tiga puluh tahun yang sukses meraih mimpinya.

“Kau tahu tidak, setiap hari ayahmu selalu membicarankanmu,” timpal Rosanna membicarakan suaminya, sambilterkekeh.

“Itu tidak benar Rosanna, jangan menyebar berita bohong seperti itu!” seru Charlie dengan nada pelan, lalu tertawa. Toby pun hanya tersenyum tipis melihat kemesraan ayah dan ibu asuhnya, tidak pernah berubah dari dulu.

“Kakak, akhirnya kau ke sini,” sambut remaja putra bertubuh jangkung dan berwajah bintik-bintik di area hidung, memiliki rambut merah bata pendek yang dipotong cepak.

“Lois, kau semakin dewasa. Padahal baru dua tahun aku belum ke sini lagi,” komentar Toby sambil mengacak rambut Lois.

“Sudah-sudah, kalian harus berangkat sekolah bukan? Cepat pergi, jika tidak nanti terlambat,” kata Charlie mengingatkananak-anak yang sudah harus berangkat sekolah.

“Baiklah ayah..ibu.. kita berangkat dulu..sampai jumpa nanti Toby,” ucap mereka serempak, sambil melambaikan tangankepada Toby dan orang tua asih mereka.

“Aku menunggu kalian,” jawab Toby, melambaikan tangan. Dan sekarang, tinggal Toby dan kedua orang tua asuhnyayang berada di rumah.

“Duduklah nak, akan kuseduh the hangat untukmu,” tutur Rosanna dengan lembut, menuntun puteranya duduk di kursi. Toby sendiri menuruti ibu asuhnya itu, lalu duduk di kursi makan bersama dengan ayahnya.Manik biru mengamati priaparuh baya bertubuh gemuk dan sosok yang sedang berkutat di dapur dengan ekspresi rindu, sekaligus takut kehilangan.

“Ayah, ibu kalian benar-benar baik kan?” tanya Toby dengan seirus kedua tangannya msaling menaut, lalu diiringi tawa Charlie yang menepuk pelan tangan Toby. “Kau ini bicara apa nak, tentu saja kami baik-baik saja. Kau tidak lihat, akudan ibumu semakin mesra,” ucap Charlie dengan nada jenaka.

“Maksudtku, jika kalian kekurangan finansia-“

“Kau ini, kenapa selalu berkata seperti itu. Uang yang kau kirim lebih dari cukup Ty,” sahut Rosanna sambil membawatiga cangkir teh di atas nampan dan menghidangkannya di atas meja makan.

Pria bertato itu lalu tersenyum manis, senyuman yang hanya bisa dilihat oleh Charlie dan Rossana. “Aku hanya inginmemberikan yang terbaik untuk orang-orang yang paling penting dalam hidupku,” jelas Toby menatap keduanya denganlembut, lalu mengenggam tangan orang tuannya.

“Lihatlah Charlie, dia tumbuh menjadi pria dewasa yang tampan dan baik hati,” Rosanna berkata dengan nada terenyuh, lalu mengusap wajah tampan Toby dengan pelan.

“Kau tidak perlu melakukan ini semua nak, melihatmu sudah bisa meraih mimpi itu lebih dari cukup,” timpal Charlie tulus. Mengingat anak asuhnya yang dari dulu memiliki ambisi dan obsesi untuk menjadi Toby yang sekarang, membuatCharlie tidak henti-hentinya bersyukur.

“Aku tidak peduli ibu, yang paling penting kalian dan adik-adikku adalah prioritas utamaku,”ucap Toby sedikitmenggebu, suaranya serak seakan menahan sesuatu yang sesak selama ini.

“Karena kalian adalah hidupku, sekaligus rumahku ketika aku ingin kembali…” lanjut Toby dengan tatapan serius, pupilnya membesar seakan rasa sakit yang dulu ia simpan sudah sirna. Kalimat Toby membuat Charlie dan Rosanna berkaca-kaca mendengarnya, mereka ingat sekali pertama kali mereka menemukan Toby dua puluh tiga tahun yang lalu, di mana usia Toby masih tujuh tahun.

“Kau berhak bahagia nak. Karena sesuatu yang menyakitkan tidak ada gunanya kau pendam atau pikirkan mendalam,” nasihat Charlie mengusap sayang kepala Toby.

“Jangan jadikan beban, kau berhak bahagia dengan apa yang sudah kau capai. Dan jangan lupakan ada kami yang selalumendukungmu Toby,” lanjut Charlie menenangkan, ia tidak tahu kehidupan apa yang dialami Toby. Namun, selama duapuluh tiga tahun bersama dan membesarkan anak ini, Charlie tahu jika Toby adalah anak yang takut akan sebuahperpisahan dan menganggapnya sebuah penderitaan.

“Terima kasih untuk segalanya,” Toby menghembuskan napas panjang, kemudian ia menyesap teh hangat buatan Rosanna.

“Teh yang kau seduh tidak pernah berubah. Rasanya selalu bisa membuat hatiku tenang,” puji Toby jujur, lalu menyesaplagi.

“Well, memang itu sengaja. Karena dengan begitu, kau akan merindukanku lalu kembali ke sini,” jawab Rosanna ringan, lalu mereka bertiga tertawa bersama. Tidak lama suara getaran ponsel di saku celananya mengalihkan Toby, lalu iamengecek siapa yang mengirim pesan.

Toby pun tersenyum tipis membaca isi pesan dari Willow, dan reaksi itu diperhatikan oleh Rosanna

Toby pun tersenyum tipis membaca isi pesan dari Willow, dan reaksi itu diperhatikan oleh Rosanna. “Kau sudah memilikikekasih ya?” tanya Rosanna sehingga membuat Toby yang hendak membalas pesan Willow, namun ia memasukkan lagike saku celanannya.

“Begitulah,” jawabnya dengan kikuk, karena sebelumnya ia tidak pernah membicarakan urusan asmara dengan orang tuaasuhnya.

“Jangan lupa untuk dibawa ke sini ya,” lanjut Rosanna, mengedipkan mata dengan jahil.

Charlie pun berdeham, lalu ia menatap Toby sejenak seakan ada hal yang ingin ia samapaikan. “Toby..” panggilnyadengan wibawa.

“Hmm..kenapa ayah?” jawab Toby lalu pandangannya beralih ke Charlie.

“Aku ingin memberikan barang penting kepadamu,” imbuh Charlie dengan nada tenang, manik cokelat tembaga Charlie menatap Toby serius.

“Barang apa ayah? Ini bukan ulang tahunku,” sanggah Toby dengan nada setengah bercanda. Rosanna yang mendengarsuaminya berkata seperti itu mengerti apa maksud dari Charli. “Sayang…jangan bilang-“

“Barang ini…berhubungan dengan orang tua kandungmu,” lanjut Charlie berkata dengan hati-hati.

——

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya His Love&Obsession [12-13]
1
0
“Kau bisa melanjutkan bab selanjutnya Willow,” tutur Profesor Suzzane dengan senyuman manis, ia sudah memeriksalanjutan Thesis milik Willow melalui email kemarin dan hasilnya cukup memuaskan. “Eh..benarkah Prof?” tanya Willow terkejut dengan jawaban Profesor Suzane, tidak mengira hasil kerja kerasnya merevisi membuahkan hasil.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan