
[rated 19]
JJ Grup saat ini masih menguasai dunia bisnis. Siapa yang tidak tahu JJ Grup? Jesko Jardin, yang sekarang menjadi ahli waris JJ Grup, tersenyum senang di meja kerjanya sambil menonton televisi yang terus menyoroti dirinya dengan segudang pencapaian cemerlang. Mengetuk-ngetukkan jarinya di meja, dan tangan kirinya menumpu dagu, masih ada satu pencapaian yang harus ia dapatkan. AJ Grup.
Amara Jens, ahli waris AJ Grup, menyeringai ketika melihat Jesko Jardin yang terus bermunculan di televisi....
Mengembalikan martabat dirinya yang sempat hilang karena ulah Ruby, Jesko berniat untuk hadir di acara ulang tahun pendiri AJ Grup, yaitu Alicia Jens, nenek dari Amara. Jesko yakin pebisnis-pebisnis yang pernah bekerja sama dengannya pasti hadir di sana. Ia menatap dirinya di cermin sambil merapikan dasi.
"Kali ini aku tidak boleh gagal." Ucapnya yang merapikan rambutnya. "Akan ku pastikan aku hadir di sana." Jesko merapikan jas berwarna hitam bludru. Ia mengenakan kemeja berwarna hitam, rompi hitam, dasi abu-abu bercorak putih, dan juga celana hitam bludru, senada dengan jas yang ia pakai. Rambutnya ia rapikan ke atas, menunjukkan dahinya yang mulus. Tak lupa, Jesko menyemprotkan parfum favoritnya.
Ia sudah menyiapkan kado untuk pendiri AJ Grup itu. Romario mengetuk pintu kerjanya, memberitahu bahwa mobil yang mengantarkannya sudah siap.
"Lima menit lagi." Ucap Jesko kembali menatap dirinya di cermin. Jesko tersenyum merekah melihat dirinya yang tampan. "Sempurna." Ia menatap jam tangan mahal di tangan kirinya, kemudian melangkah mendekati Romario, berjalan bersama-sama menuju mobil yang terparkir di depan hotelnya.
-
Acara megah itu dilaksanakan di taman belakang hotel Myraline. Saat ini menunjukkan pukul enam sore, mobil yang dikendarai oleh Romario terparkir sempurna di parkiran VVIP. Tidak sembarang orang yang diundang ke acara ini. Jesko dan Romario keluar dari mobil, lalu berjalan mendekat pada penjaga berpakaian jas hitam, memberikan mereka undangan. Para penjaga itu mempersilahkan Jesko dan Romario masuk.
Alunan musik klasik yang terdengar saat pintu di buka. Beberapa staf menjamu makanan ringan, hingga berbagai minuman alkohol. Kursi-kursi sudah disediakan dengan meja bulat, sehingga para tamu bisa menyantap hidangan dan minuman yang sudah disediakan sambil menunggu acara di mulai.
Jesko mengambil mojito dingin kemudian berjalan menuju kursi yang sudah di sediakan bersama Romario. Pandangan mata Jesko kemudian bertemu dengan pendiri AJ Grup, Alicia Jens. Ia menyuruh Romario untuk mengambil kado yang sudah ia siapkan di mobil, sedangkan ia sendiri mendekati Alicia untuk memberikan selamat.
"Selamat ulang tahun, Nyonya Jens." Jesko menjabat tangan Alicia dan menciumnya.
"Jesko!" Alicia menepuk pundak Jesko dengan senyuman lebar. "Apa kau ke mari dengan ayahmu?"
Jesko menggeleng. "Ayah sedang tidak enak badan. Jadi saya ke sini dengan asisten saya." Balas Jesko ramah.
"Ku kira kau akan datang bersama wanitamu." Goda Alicia. "Kalau begitu, apa kau mau berkenalan dengan cucuku?" Tawarnya. "Kalian memiliki kesukaan yang sama. Cucuku itu gila sekali dengan bisnis sampai tidak mau mencari kekasih." Bisik Alicia pada Jesko.
"Tidak perlu, kami sudah kenal—"
"Amara, ke sini." Panggil Alicia tanpa mendengarkan ucapan Jesko sampai habis.
Jesko terkejut melihat Ruby yang terlihat sangat beda, namun tetap cantik di matanya. Rambut dan matanya berubah warna, bahkan namanya pun berubah sekarang.
"Nah ini cucuku, Amara Jens." Alicia mengenalkan Amara pada Jesko.
"Amara." Kata Amara singkat mengenalkan dirinya.
Jesko tak berkedip, apalagi berkata-kata. Mulutnya terbuka sedikit, tak percaya kalau selama ini yang mengacaukan dirinya adalah ahli waris AJ Grup.
"Jesko?" Panggil Alicia yang membuyarkan lamunan Jesko.
"O-Oh. Jesko. Jesko Jardin." Jesko mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Amara singkat.
Alicia yang melihat Jesko salah tingkah menahan senyumnya. "Kalau begitu, kalian—"
"Tidak, nek. Ada hal yang harus ku urus dulu. Aku janji akan kembali sebelum acara di mulai." Amara memeluk neneknya dan mencium pipinya.
"Ck, ck, ck. Kau lihat cucuku, kan? Benar-benar sibuk." Komplain Alicia.
Tak lama, Romario datang dengan bungkusan kado cukup besar berwarna merah dan diberi pita simpul warna putih. "Ini, kado dari JJ Grup." Ucap Jesko lalu memberikannya pada Alicia. Alicia memanggil salah satu asistennya untuk menaruhnya di ruangan kerja Amara.
"Terimakasih." Senyum Alicia merekah.
"Saya dengar anda suka minum teh, jadi saya belikan sepaket gelas antik untuk menemani anda bersantai."
"Terimakasih banyak, Jesko." Ucap Alicia lagi sambil terkekeh pelan. Senang dengan kado yang diberikan oleh Jesko.
Jesko dan Romario kemudian membungkukkan badannya, menjauhi Alicia yang kembali menyapa tamu. Ia menyuruh Romario kembali duduk, karena ia harus menemui Amara sekarang. "Aku akan segera kembali." Ia menepuk bahu Romario.
Jesko mengejar Amara, ia mengikuti langkah ke mana wanita itu pergi. Sampai di dekat lift, Amara ingin menutup pintu lift namun pintu itu ditahan oleh Jesko menggunakan tangannya. Amara hanya melihat Jesko kebingungan. "Kau tak seharusnya ada di sini. Kau tahu, kan?"
Dengan nafas tersengal-sengal, Jesko membuka mulutnya. "K-kita h-harus bicara."
"Kau yakin?" Tanya Amara lagi. "Bukankah kau harusnya kembali ke sana untuk menemui para investor-investor itu?" Amara seperti tahu apa yang ingin Jesko lakukan saat ia datang kemari. "Tujuanmu ke sini kan bukan merayakan ulang tahun nenekku."
Jesko tercengang. "Jadi kau...sudah memikirkan sampai sini?"
"Tentu. Gampang sekali membaca pikiran lelaki bodoh sepertimu itu."
Jesko berdecih mengejek. Lelaki bodoh katanya? Jesko melangkah mendekat masuk ke dalam lift. Kemudian ia menutup pintunya. "Lantai berapa?" Tanyanya pada Amara.
"20." Jawabnya acuh. Amara ingin menuju balkon yang biasa ia datangi ketika malam hari.
Saat lift berbunyi dan pintu terbuka, Amara segera keluar dari lift dan Jesko mengikutinya seperti asisten yang mengikuti atasannya. Mereka menyusuri lorong kamar, sampai akhirnya di ujung jalan Amara membuka pintu kaca tersebut. Sepoi-sepoi angin menyibak rambut Amara dan mengguncangkan gaunnya. Jesko menutup pintu dan kembali mengikuti Amara.
Amara mengambil rokok elektrik dari dalam tasnya. Belum sempat ia menghisap, Jesko merampasnya tiba-tiba. "Hei!" Pekik Amara marah.
"Tidak baik untuk kesehatanmu."
Amara terkekeh geli. "Sejak kapan kau peduli padaku?"
"Sejak kapan kau merencanakan semua ini?" Tanya Jesko balik, dengan wajah serius sambil menatap Amara dalam.
"Kenapa? Kau marah?" Goda Amara kemudian menertawakan dirinya. "Hal kotor yang kau lakukan itu, harus dibalas dengan hal kotor juga, kan?" Amara berdecih pelan. "Jadi, bagaimana rasanya?" Tanya Amara ingin tahu. "Melihatmu perlahan hancur seperti ini memang tujuanku, meskipun...yah, belum seberapa. Aku masih menginginkan lebih."
"Kau menginginkan JJ Grup?" Tanya Jesko dengan alis naik sebelah.
"Tidak. Untuk apa aku menginginkan perusahaan jelek itu?!" Amara berdecak kesal.
"Jadi kau lakukan semua ini untuk balas dendam?"
Amara menatap kerlap-kerlip lampu mobil yang berlalu-lalang di depannya. Ia memandangi pemandangan yang indah sambil berpikir sejenak. "Mungkin." Jawabnya tak terlalu yakin.
Jesko menghela nafas frustasi menghadapi Amara. Ia mendekati Amara dan berdiri di sampingnya. "Kalau kau menginginkan JJ Grup, aku akan memberikannya padamu."
Amara yang mendengar ucapan Jesko kemudian menatapnya heran. "Apa maksutmu? Kenapa segampang itu?" Amara tak mengerti dengan taktik apa yang Jesko ingin jalankan.
"Dulu aku memang menginginkan AJ Grup. Tapi sekarang, aku tak menginginkannya lagi." Ia mendekatkan wajahnya pada Amara. "Ada hal lain yang aku inginkan." Ia memegang kedua pipi Amara, mencium wanita itu dengan kasar, merasakan bibir manis milik Amara.
Amara tak menolak, ia membalas ciuman Jesko. Amara pikir ini semua hanya taktik milik Jesko, maka dari itu ia mengikuti permainannya. Setelah mengetahui semuanya, Jesko berubah pikiran. Ia menginginkan Amara.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
