
Sinopsis:
Teriakan Dion terdengar sampai seluruh rumah sehingga membuat Ayah, Ibunya, Bi Nisa dan juga Atar kaget mendengarnya.
Cerita oleh:
Dion
Ditulis oleh:
Dion
Klaim cerita:
Melodion 2016 — Cerita ini adalah fiksi, saking fiksinya, tidak ada fakta-faktanya!

Beautifull Aurora, PART 26 : Melody
Jam 5.30 pagi bunyi bel dikediaman Dion sudah berbunyi yang dilakukan oleh seseorang, Ayah Dion yang pas itu sudah bangun dan sedang menonton TV langsung saja beranjak dari tempat duduknya untuk membukakan pintu. Dan saat membuka pintu senyumnya langsung mengembang saat tahu siapa yang datang kerumahnya sepagi ini.
“Eh Atar, kirain besok siang nanti datangnya” Ayah Dion terlihat tersenyum senang menyambut kedatangan keponakan istrinya tersebut.
“Iya Om, rencananya emang begitu tapi Yansen merengek melulu mau cepat-cepat datang kesini” Ujarnya tersenyum memberitahu sambil mengusap kepala anaknya.
Atar dan Yansen langsung saja mencium tangan ayahnya Dion untuk salam, setelah itu mereka dipersilahkan masuk oleh Ayahnya Dion yang terlihat senang menyambut mereka. Didalam rumah ibunya Dion datang dari pintu dapur setelah memasak nasi dan ingin memeriksa siapa yang datang sepagi ini.
“Eh Atar, Yansen. Kirain besok datangnya” Atar dan Yansen langsung saja mencium tangan Ibunya Dion.
“Iya tante, maaf lupa ngasih tahu. Yansen yang mau buru-buru datang kesini ya begitulah jadinya” Kata Atar memberitahu.
“Iya Oma, maaf ya pagi-pagi begini udah ngeganggu” Ucap Yansen dengan sopannya sambil tersenyum.
“Gak apa-apa kok Cesen, senang malah hihi. Oh iya Nabilah sama Istri kamu mana, Atar?” Tanyanya kepada Atar sambil memeluk lembut Yansen dari belakang.
“Nabilah sama Istri saya nanti hari minggu datangnya Tante, soalnya nunggu Nabilah pulang tour gitu dari sekolahnya”
“Oh gitu, pantes Cesen mau cepat-cepat kesini ya, gak ada teman soalnya” Ibu Dion menduga sambil mengelus lembut anak keponakannya tersebut.
“Hehe iya” Jawabnya tersipu, “Oh iya, Om Dion mana Oma?”
“Heeeeeh Om kamu jam segini palingan masih tidur itu dikamarnya” Keluhnya sedikit dengan kebiasaan anaknya tersebut, gara-gara itu Suaminya, Atar, dan Yansen tertawa mendengarnya.
“Oh iya, Cesen mau bangunin Om Dion gak? Kalo perlu gangguin aja gak apa-apa. Kalau dia ngomel-ngomel bilang saja sama Oma nanti” Usulnya kepada Yansen.
“Dengan senang hati Oma, kalau gitu Cesen kekamarnya Om Dion dulu ya” Setelah itu Yansen dengan penuh semangat berlari keatas tangga menuju kekamarnya Dion yang ada di lantai dua.
“Kalau gitu Atar kamu duduk-duduk dulu ya, Tante sama Bi Nisa lagi mau bikin sarapan dulu, ngobrol-ngobrol saja dulu sama Om kamu, nanti tante minta Bi Nisa bikinin kopi buat kalian berdua” Ujarnya kepada Atar.
“Iya Tante, maaf ngerepotin” Kata Atar menyanggupi sambil tersenyum.
Setelah itu Ibunya Dion kembali kedapur, Atar dan Ayahnya Dion mulai mengobrol-ngobrol didepan TV sambil mengomentari berita yang mereka saksikan. Sedangkan dikamarnya Dion terlihat Yansen menggeleng-gelengkan kepalanya melihat gaya tidur Om nya yang sedikit unik, yaitu menungging.
“Om bangun Om” Yansen mencoba membangunkan Dion yang tidurnya menungging tersebut dengan cara menepuk-nepuk bokongnya.
“Ngggg… ng… heee…eh mmmm”, cuma itu jawaban yang bisa Dion berikan tanpa mengubah gaya tidurnya.
“Hmmm gak bisa pake cara biasa ini” Yansen lalu menyilangkan tangan, dan dengan sebelah tangannya dia memegang dagunya sendiri dengan telunjuk dan jempol. Seolah-olah dia sedang memikirkan sesuatu.
Yansen lalu melihat sekeliling kamarnya Dion, dan perhatian tertuju pada Dart Board yang tertempel didekat lemari. Senyumnya jahilnya muncul seketika dan langsung saja dia menuju Dart Board tersebut dan mengambil anak-anak panahnya.
Sehabis itu dia langsung berdiri tepat didepan Dion yang sedang menungging, dan dengan anak panah Dart Board yang tajam langsung saja dia lemparkan kearah bokong om nya tersebut, merasa tak cukup sekali, lalu Yansen melempar semua anak panah Dart Board satu per satu dengan bertubi-tubi.
“WADAAAAAAAAAAAAAAAWW!!!!”
Teriakan Dion terdengar sampai seluruh rumah sehingga membuat Ayah, Ibunya, Bi Nisa dan juga Atar kaget mendengarnya. Tapi tak kemudian tawa kecil keluar dari mulut mereka, karena mereka tahu kalau itu tak lain dan tak bukan adalah ulah Yansen mengerjai Om nya tersebut.
Apalagi ditambah Yansen yang lari melarikan diri menuruni tangga sambil tertawa puas.
Hari ini jam 6.58 pagi di SMA Jakarta 23 terlihat begitu lenggang dipagi hari, tak ada lagi Bang Batak dan Kepala Sekolah yang berdiri didekat gerbang untuk menyambut murid-muridnya. Dikarenakan hari ini SMA Jakarta 23 sudah menyelesaikan ulangan umum untuk kenaikan kelas, dan selama 2 hari ini yaitu Jum’at dan Sabtu semua murid diwajibkan datang untuk mengurus persiapan *Pensi nanti di hari Minggu. (*Pentas Seni)
Diparkiran motor tampak Ega, Dharta, Damar, Aji, Erik, Dion, Arya, Edgar dan juga Ijonk sedang berbincang-bincang sebelum mereka melakukan kegiatan nanti disekolah.
“Lu kenapa Yon? Kayak bisulan aje lu daritadi” Komentar Ega kepada Dion, karena dilihatnya Dion duduk di jok motornya selalu meringis-ringis dan mengubah posisi duduk.
“Biasalah, ponakan gue”
“Haha, diapain lu? Nabilah atau Yansen?” Tanyanya kembali karena tahu kedua ponakan temannya itu yang hobi mengerjai dirinya setelah mendapat cerita dari Melody dan Dion nya sendiri.
“Yansen, pantat gue dilemparinnya pake anak panah Dart. Lo bayangin aje tuh anak panah nempel senempel-nempelnya di pantat lo” Gerutunya dengan perbuatan Yansen tadi pagi.
“Sadees! Bahahahahaha mantap ponakan lo Yon” Komentar Arya yang juga ikut mendengar.
“Taik lu” Umpat Dion kepadanya.
Mereka lalu melanjutkan perbincangan mereka kembali tentang persiapan pensi sampai hal-hal yang tak penting untuk dibicarakan untuk sekedar hiburan. Tapi saat semua lagi asyik berbincang, hanya Aji seorang yang tampak diam dan memikirkan sesuatu. Entah apa yang dipikirkannya sampai membuat dia menopang dagunya sendiri.
“Oke! Udah gue putuskan hari ini juga!” Ucap Aji tiba-tiba dengan nada lantang dan puas. Dan tentu saja kata-katanya itu membuat kaget teman-temannya yang lain.
“Nape lu Ji? Kesurupan?” Tanya Damar dan disambung oleh Edgar, “Iya nih anak, orang ngomong apa tiba-tiba bilang oke”
“Eh… itu… kagak, kagak kenapa napa hehehe” Aji mulai berkilah sambil mengusap-usap rambut belakangnya sendiri.
“Bohong lu” Ucap Ijonk.
“Kagak… eh gue duluan ya masuk kesekolah. Gue lupa sesuatu soalnya”, Sehabis berkata begitu Aji langsung terburu-buru keluar parkiran untuk masuk kedalam sekolah.
Melihat Aji tadi membuat teman-temannya memandang dengan tatapan heran sampai dia keluar parkiran.
“Hmm mencurigakan”, Celetuk Ijonk sambil mengusap-usap dagunya sendiri.
“Gaya lu sok-sok an detektif nyet” kata Erik sambil menoyor kepalanya Ijonk, lalu Erik kembali melanjutkan omongannya, “Emang apanya yang lu curigakan?”.
“Gak tau juga sih, curiga saja, lagian aneh juga tingkahnya kan?” Jawabnya sambil mengelus kepalanya yang tadi ditoyor Erik.
“Betul juga sih, menurut lo apa Dhar?” Tanya Ega kepada Dharta.
“Lah, nanya ke gue, mana gue tau. Orang tuanya juga bukan” Dharta terlihat sewot, namun dikekehi oleh Ega.
“Kayaknya berhubungan dengan cewek” Ucap Damar tiba-tiba dengan nada sok serius dan melipat tangan.
“Emang tau darimana lo?” Edgar bertanya.
“Karena cewek itu selalu bikin pria kebingungan”
Dan seketika itu juga mereka semua terdiam mendengar penjelasan Damar barusan.
“Gak ngerti gue lo ngomong apa Mar, dunia otak lo terlalu luas dengan imajinasi” Dion terlihat keki mendengar penjelasan Damar barusan dan disetujui oleh yang lainnya.
“Ye… itu kan pendapat gue aje” Damar terlihat membela diri dengan ucapannya.
“Ngeles aje lo, menurut lo gimana Ga?” Tanya Arya kepada Ega.
“Hmmmm” Gumamnya sok memikirkan sesuatu, “Gimana kalau kita masuk kesekolah saja sekarang?”.
“Lah kenapa?” Dion bertanya sambil menyerengitkan dahi.
“Gak liat apa kalian? kita kena pandang sama pak Ari dan pak Bowo tuh dari sekolah” Ucap Ega terburu-buru turun dari motornya dan segera melangkahkan kakinya untuk keluar parkiran.
Mereka lalu melihat kedalam sekolah dan benar kata Ega, Pak Ari yang merupakan Wali kelas XI A dan pak Bowo Wali kelas XI B tampak memandang mereka semua dengan tatapan garang dari arah sekolah. Mereka semua lalu dengan buru-buru keluar parkiran menyusul Ega.
“Semua orang sibuk beres-beres buat pensi kalian malah nyantai diparkiran”, Komentar pak Bowo saat melihat murid-muridnya memasuki gerbang sekolah.
“Hehe maaf pak” Ucap Damar terkekeh mewakili teman-temannya yang lain.
“Cepat!” Pak Ari lalu membentak dengan menghentakkan kakinya. Karena kaget mereka semua lalu berlarian masuk kegedung sekolah, kecuali Dion yang tertinggal dibelakang.
“Kenapa kamu jalan santai kayak gitu Dion?” Tanya pak Bowo wali kelasnya.
“Santai gimana pak, saya gak bisa lari ini pak” Ucapnya memberi alasan sambil memegang bokongnya sendiri.
“Kamu kenapa itu?” Tanya pak Ari yang penasaran dengan gaya berjalannya Dion.
“Oh ini… hehe kena tusukan panah kasih sayang keponakan saya pak” Jawabnya terkekeh, lalu dia dengan tergesa-gesa berjalan meninggalkan kedua gurunya.
“Hah?” Wajah pak Bowo dan pak Ari tampak kebingungan dari wajahnya dengan jawaban Dion barusan.
-oOo-
Didalam sekolah tampak semua murid-murid begitu sibuk bekerja untuk membantu para panitia mendekorasi stand-stand dihalaman sekolah. Ada juga yang membersihkan kelas mereka masing-masing. Dan ada juga yang asyik menonton yang lainnya bekerja, dan itu adalah teman-teman Dion diparkiran tadi.
“Malah disini lu semua”, Kata Dion saat sampai didepan kelasnya.
“Yo’i, malas didalam, cewek-cewek lagi ngerumpi” Ujar Edgar
“Sama kayak dikelas kami juga” Sambung Erik dan Dharta yang merasa nasib kelasnya sama.
Dion lalu mengintip kedalam kelas dan benar kata Edgar, kelasnya penuh cewek-cewek termasuk Melody yang sedang asyik berbicara dengan teman-temannya. Melody yang melihat Dion lalu melambai pelan dan dibalas Dion juga dengan lambaian tangan dan senyuman. Sehabis itu Dion memperhatikan temannya yang sedang berada diluar.
“Aji mana?”
“Nah, kalau Aji tadi gue suruh Ijonk sama Damar buat ngebuntutin dia. Tadi dia keluar kelas rada-rada mencurigakan gitu”, Ujar Ega memberitahu.
“Mencurigakan gimana?”
“Sambil senyum-senyum gimana gitu, makanya tadi Ijonk dengan Damar diminta Ega buat ngebuntutin tuh anak”, Sambung Arya.
“Mantap, saking gak ada kerjaannya ya kita ini.” Komentar Dion sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Hehehehe geng kurang kerjaan ya” Ucap Ega terkekeh mengiyakan perkataan Dion, begitu juga yang lainnya.
“Gue masuk dulu, mau naruh tas” Dion lalu memasuki kelasnya.
Didalam kelas Dion langsung disambut tos tangan oleh Ghaida saat gadis itu mau keluar kelas, sehabis itu dia menuju bangkunya untuk menaruh tas. Melody yang melihat Dion meringis terus sambil memegang bokongnya langsung saja beranjak dan menghampiri.
“Kamu kenapa yank?” Tanya Melody sambil duduk dikursinya yang bersebelahan dengan Dion.
“Ini Yansen tadi pagi, masa bokong aku dilempar pake anak panah Dart gitu buat ngebangunin”, keluhnya kepada Melody dengan ulah Yansen tadi pagi.
“Pfftt” Melody tampak menahan tawa saat mendengar penjelasan Dion barusan, tapi buru-buru dia kembali bertanya, “Yansen kapan kesininya, Nabilah juga ada?”
“Malah diketawain… tadi pagi dia datangnya, kalau Nabilah hari minggu nanti dia datang” Jawabnya dengan malas.
“Hihi udah, Cesen kan ponakan kamu palingan dia cuma bercanda. Eh iya, kok kamu masuk sekolah? Udah tahu wajah kamu masih ada memar-memarnya gitu”, Melody bertanya sambil memegang dagu Dion dan memutarnya kekanan dan kiri untuk melihat memar wajah pacarnya yang hampir menghilang.
“Maunya sih gitu tadi, tapi mending kesekolah saja, kan kangen kamu” Ucap Dion tersenyum sambil menaik turunkan alisnya kearah Melody.
“Mulai deh wuuuuu”, Ucap Melody tersenyum geram dan menjepit dagunya Dion, dan Dion hanya terkekeh.
“Oh iya, nanti malam Ody boleh ngajak Cesen gak pergi keluar?”
“Emang mau kemana?”
“Tuh kan lupa, hari ini Ody sama Frieska kan mau nonton Teater seni nanti malam ditempat kerjanya mama, dan berhubung Cesen ada disini Ody mau ngajakin dia, boleh gak?”
“Oh iya lupa hehe, aku sih boleh-boleh saja soalnya kasian juga dia gak ada teman dirumah, adiknya saja belum datang. Kenapa gak kamu tanya saja langsung sama Yansennya?”
“Eh iya bener juga hihi”, Setelah itu Melody langsung mengeluarkan smartphonenya untuk bertanya kepada Yansen melalui chat.
“Wuuuu”, Ucap Dion geram sambil menusuk pinggangnya Melody dengan ujung jarinya.
Melody hanya tertawa kecil dengan perlakuan Dion, lalu tak lama Dion berpamitan untuk keluar kelas untuk bergabung dengan teman-temannya, Melody mengiyakan dan kembali bergabung dengan teman-teman rumpinya tadi sambil mengetik chat kepada Yansen.
Sesampainya Dion keluar kelas tampak Ijonk tergesa-gesa lari ditempat teman-temannya berada.
“Woi gawat! Gawat!”, Kata Ijonk ngos-ngosan saat sampai.
“Ada apa Jonk?”, Arya bertanya.
“Tadi gue sama Damar ngebuntutin Aji sampai kekelasnya adik kelas kita, sekarang mereka berdua sedang berjalan menuju ketaman belakang”
Mereka semua tampak sedikit kaget mendengar perkataan Ijonk barusan, dan mulai berpikir nampaknya perkataan Damar diparkiran sekarang ada benarnya.
“Wihh, jangan-jangan Okta lagi, eh iya Damar mana Jonk? ”, Ucap Dion.
“Damar udah duluan tuh ngebuntutin Aji sama adik kelas kita ketaman belakang”
“Trus tadi apanya yang gawat Jonk?”, tanya Ega penasaran.
“Gak tau, biar heboh saja tadi sebenarnya”, kata Ijonk tanpa beban.
“Yeee, kampret” Ujar Dharta menoyor kepala Ijonk dan disusul oleh yang lainnya, dan juga Michelle yang ikut-ikutan menoyor.
“Loh, Le? Kapan lu disini?” Ucap Ega yang kaget saat ada Michelle ikut-ikutan menoyor kepala Ijonk, begitu juga yang lainnya.
“Eh? Hehe kayaknya seru gitu, makanya aku ikut-ikutan deh noyor kepala nih anak.” Ucap Michelle terkekeh, dan Ijonk menggerutu mendengar penjelasannya.
“Dion, Melody sama yang lain mana?” Tanya Michelle kepada Dion.
“Ada tuh didalam kelas” Jawab Dion sambil menunjuk kelasnya sendiri.
“Aseek baikan nih hihi, kalau gitu aku masuk ya” Ucapnya berpamitan untuk masuk kekelas XI B.
Dion hanya mengangguk kecil, dan saat melewati Dion, Michelle agak terkejut melihat wajah Dion yang ada memarnya walau mulai agak memudar, tapi karena keburu masuk dia jadi malas untuk menanyakannya.
“Jadi gimana nih?” Tanya Edgar kepada yang lainnya.
“Hmm bagaimana kalau sekarang kita susul Aji kesana, siapa tau dia lagi nembak kan?” Ega memberi usul.
“Boleh, kita kan geng kurang kerjaan” Ucap Dion.
“Nyindir nih yee, yaudah yuk. LET’S GO!” Ega dengan semangat memberi komando kepada teman-temannya untuk menyusul Aji ditaman belakang sekolah.
Dengan semangat kurang kerjaan mereka akhirnya berlari-lari menuju taman belakang, sedangkan Dion berlari-lari sambil meringis dan memegang pantatnya.
Sesampainya ditaman belakang, Ega lalu memberi komando kepada teman-temannya untuk berhenti karena sudah melihat Aji dan Okta dikejauhan.
“Oke, kita berpencar dan mengendap-endap. Dan jangan sampai ketahuan kalau kita lagi nguping. Oke?”
“Kayak tentara aje lu”, komentar Dharta.
“Gue sih cuma terinspirasi dari teman kita yang di pohon itu noh”, ucap Ega sambil menunjuk pohon didekat Aji dan Okta, dan dipohon itu sudah ada Damar yang mengintip dibalik pohon.
“Oke, mari kita berpencar” Ajak Ega lagi kepada teman-temannya.
Mereka semua lalu berpencar mencari posisi mengintip dan menguping masing-masing tanpa diketahui Aji dan Okta, dikarenakan taman itu juga lumayan luas. Sedangkan Damar yang menyadari teman-temannya yang lain cuma bisa melonggo melihat gaya-gaya mereka mengendap-endap.
Ega dan Erik merangkak pelan-pelan dari kejauhan, disusul Ijonk dan Arya dibelakangnya. Persis anak Bebek mengikuti induknya, dan induknya adalah Ega karena dia yang berada didepan.
Dion berjalan berjinjit-jinjit sambil memegang pantatnya dengan berpindah-pindah dari pohon satu ke pohon lainnya untuk mendekati jaraknya dengan Aji dan Okta.
Sedangkan Dharta dan Edgar, entah insting darimana mereka menaruh tumpukan daun dan menaruhnya ditelinga. Dikiranya dengan daun secuil itu bisa menutupi badan mereka, tak lama kemudian mereka merangkak seperti yang dilakukan Ega tadi untuk mendekatkan posisinya kepada Aji dan Okta.
Damar yang melihat itu hanya bisa memasang wajah sengak, tapi dilihatnya teman-temannya itu berhasil mendekatkan jaraknya tanpa diketahui oleh Target. Tak ambil pusing Damar kembali mengintip aktifitas Aji dan Okta, begitu juga yang lainnya yang sudah berada di posisi masing-masing. Bersembunyi dibalik pohon.
“Jadi Okta…” Ucap Aji yang tampak selesai menyelesaikan pembicaraannya. Lalu tampak Aji sedang merogoh-rogoh tangannya memasuki seragam belakangnya dan mengeluarkan setangkai bunga.
“Loh, bukannya itu bunga plastik dikelas kita ya? Yang dulu ditaruh Ve di vas meja guru?” Tanya Arya yang posisi ngumpetnya berdekatan dengan Ega.
“Iya, wah kampret tuh anak. Bunga buat dekorasi meja guru malah diambilnya” Komentar Ega.
“Njrit, malu-maluin amat. Masa bunga plastik, setangkai pula” sambung Erik.
“Eh-eh, tuh Aji mulai beraksi tuh” Ucap Ijonk.
Mereka lalu kembali melihat Aji yang mulai duduk berlutut didepan Okta sambil menadahkan setangkai bunga mawar plastik kepadanya.
“Okta” Panggil Aji.
“I-iya” Jawab Okta yang tampak tertegun melihat bunga yang diarahkan kepadanya.
“Okta, kamu mau gak jadi pacarnya Aji?” Ucap Aji yang mulai menembak Okta dengan kata-kata biasa.
Terlihat Okta sangat terkejut ketika dia ditembak oleh Aji, ditaman sekolah, dan juga oleh setangkai bunga mawar, yang kelihatan kalau itu bunga plastik dengan sekali lihat.
Aji begitu berdebar-debar menunggu jawaban dari Okta, begitu juga teman-temannya yang lain, tapi berbeda dengan Dion, dia juga berdebar-debar tapi sambil menahan sakit dipantatnya.
“Emmm Aji” Panggil Okta.
“Ya?” Aji terlihat antusias reaksinya.
“Kok bunganya bunga plastik sih, kan bunganya palsu, berarti kata-kata kamu tadi juga palsu dong” Ucap Okta dengan wajah cemberut.
“Eh i..itu…” Aji terlihat bingung untuk menjawabnya, tentu saja dia mengambil bunga itu dikelasnya tadi tanpa persiapan apa-apa.
Teman-temannya yang menguping tadi merasa kasihan juga melihat Aji yang nampak kebingungan, masa cintanya akan kandas gara-gara setangkai bunga plastik.
Damar yang melihat itu langsung berinisiatif memetik bunga liar yang ada disekitarnya, dikumpulkannya satu persatu bunga-bunga kecil tersebut setelah itu dia keluar dari persembunyiannya dan berjalan kearah Aji.
“Nih Ji, bunga, asli 100%, barusan gue petik dihalaman sono dekat pohon” Ucapnya sambil menyerahkan bunga-bunga liar kecil tadi kearah Aji. Sedangkan Aji dan Okta terbengong-bengong melihat Damar yang sudah ada disitu.
“Udeh, nih ambil, gak perlu berterima kasih. Sekarang kalian lanjutkan” Ucapnya menyerahkan bunga yang dipetiknya ke tangan Aji, kemudian dia kembali kepohon tempat dia mengintip tadi.
“Eh kenapa lu berdua mandangin gue? lanjutin-lanjutin” Suruh Damar kepada Aji dan kembali mengeposisikan diri mengintip dibalik pohon.
Aji dan Okta sudah memasang wajah sengak kearah pohon tempat Damar bersembunyi. Sedangkan Dion, Dharta dan Edgar menepuk kening mereka saat melihat hal yang dilakukan Damar barusan.
“Ga, habis ini kita hajar Damar yuk” Usul Erik kepada Ega.
“Gak perlu dikasih usul juga bakalan gue lakuin” Ucap Ega dan disetujui oleh anggukan Arya dan Ijonk.
Aji lalu mulai kembali fokus ketujuannya yang utama dan mengkesampingkan masalah Damar yang ketahuan mengintip aktifitasnya daritadi, sebelumnya dia melihat bunga yang dipetikan Damar untuknya tadi. terlihat bunga berwarna kuning berbentuk kecil itu sekarang berada ditelapak tangannya.
“Okta” Panggil Aji kembali.
“Eh, I-iya” Jawab Okta kembali menoleh kepada Aji.
“Maaf, bukannya gak mau ngasih bunga asli kekamu tadi. Cuma tadi aku mendadak ingin melakukan ini tanpa persiapan apapun karena aku ingin segera mengungkapkannya. Dan aku bersumpah dari lubuk hati aku, kalau aku sayang sama kamu, Okta. Seperti hal nya bunga kecil ini, yang akan terus membesar dengan sendirinya” Ucap Aji dengan sok puitis, sebenarnya pikirannya ngeBlank gegara harus memikirkan kata-kata puitis dari bunga-bunga yang dipegangnya.
“Bunga ini kan emang begini bentuknya Aji, gak bakalan membesar deh” Komentar Okta saat melihat bunga yang ditadahkan kepadanya hasil dari petikan Damar barusan.
“Eh…itu… anggap saja begitu.. siapa tau nanti nih bunga bisa gede gara-gara sering olahraga” Pikiran Aji mulai kacau.
Okta lalu tersenyum melihat Aji yang nampak salah tingkah dan kebingungan, sebenarnya Okta tidak merasa masalah dengan bunga tadi, yang dia lakukan tadi itu hanya untuk menutupi kegugupannya karena sebenarnya dia juga sudah sayang sama Aji sejak dulu.
“Kamu harus berjanji satu hal, jangan bersikap kekanakan semisalnya kita ada masalah ataupun saat memutuskan sesuatu” Ucap Okta Tiba-tiba.
Aji terkejut dan reflek langsung memandang Okta yang sudah tersenyum kepadanya.
“Ja-jadi..” Aji mulai terbata-bata.
Okta lalu menangguk sambil tersenyum, setelah itu dia berkata lembut kepada Aji, “Iya aku mau”.
Mendengar jawaban dari Okta tersebut membuat pupil mata Aji membesar dan senyum gembira terpancar dari mulutnya. Aji lalu berdiri dan melempar bunga yang digenggamnya keudara. Sehingga bunga-bunga itu jatuh menimpa mereka berdua, sehabis itu Aji menggenggam kedua tangan Okta.
“Iya aku janji” Ucapnya senang dan terharu kepada Okta, sedangkan Okta juga terlihat senang kini pria yang ada dihadapannya sekarang adalah Pacarnya.
Moment kebahagian Aji juga dirasakan teman-teman mereka yang mengintip, ada juga yang menangis terharu dan itu adalah Ijonk. Sedangkan Dion, dia juga senang dan tetap sambil menahan sakit dipantatnya.
“Okta, kamu kembali dulu kekelas kamu ya. Aku ada urusan sebentar sama yang tuh orang yang ngintipin kita” Bisik Aji kepada Okta sambil mendelikan matanya kearah pohon tempat Damar mengintip.
“Iya, awas ya jangan ampe bertengkar” Pinta Okta sambil tersenyum.
“Enggak hehe, yaudah kamu kembali dulu gih”
Lalu Okta kembali melangkahkan kakinya untuk menuju kelasnya, dan dia melihat Damar sebentar dan menahan tawa melihat tingkah teman pacarnya tersebut.
Setelah dirasa Okta sudah Jauh, Aji langsung saja menghampiri tempat Damar bersembunyi dan mengunci leher Damar dengan lengannya dan menariknya keluar dari persembunyian.
“Lu ngapain disini nyet? Ngintip kok terangan-terangan, kampret! Bikin malu gue aje lu” Ucapnya geram sambil mengapit leher Damar.
“Alalalalala sakit nyet! Lagian bukan cuma gue yang ngintipin lo disini”
“Hah? Maksud lo?”
“Noh, tuh tuh tuh tuh tuh tuh dan entuh” Ucap Damar sambil menunjuk tempat persembunyian teman-temannya yang lain.
Edgar, Dion, Ijonk, Ega, Erik, Dharta dan Arya pun mulai kelabakan saat tempat persembunyian mereka dibongkar oleh Damar. Wajah mereka lalu muncul dibalik pohon persembunyian mereka dan tersenyum kaku memandang Aji.
“Mantap Ji” Ucap Ega untuk memecah keheningan.
“KAMPRET LU SEMUA” Teriak Aji menahan malu.
Sedangkan dikelas XI B, Ve merasakan kejanggalan sesuatu saat mengobrol dengan teman-temannya dikelas dan langsung saja dia menanyakan hal itu.
“Bunga mawar plastik dimeja guru mana ya?”
Malam hari disebuah warkop.
“Haha mantap, sekarang Aji udah punya pacar dong”, komentar Enu setelah mendengar ceritanya dari Ega barusan.
“Yo’i Bray, ditonton rame-rame pula tadi” Ega terlihat puas memberitahu.
“Parah lu, haha”, Bayu terlihat tertawa bersama Beny dan Aaron.
“Trus lu gimana Bay, Nu?” Tanya Ega
“Apanya yang gimana?” Enu bertanya balik.
“Itu Shani sama Andeli”
“Andela woi, Andeli nenek lu” Bayu terlihat sewot, “Ya biasa-biasa saja, jalanin dulu tak perlu terburu-buru” Jawabnya santai.
“Gaya lu Bay, kalau lu Nu?”
“Gue sih juga santai, Shani naik kekelas dua bakalan jadi pacar gue kok. Iya gak abang ipar?” Tanya Enu sambil menepuk pundak Beny.
“Pffrttttt” Beny tersedak minumannya akibat tepukan Enu barusan, “Kampret, liat-liat dulu dong kalau mau nepuk” Ujarnya sewot sambil membersihkan mulut dengan tisu yang ada dimeja.
“Hehehe sory Bang, sory”
“Emangnya tadi lo ngomong apa?” Tanya Beny kembali.
“Shani nanti naik kekelas dua jadi pacar gue kan?”
“Mana gue tau, asalkan pas lu ngapel jangan lupa aje belikan rokok buat gue. kalau kagak jangan harap pintu rumah gue bukakan”
“Beeeehhhh tekor gue” Enu mengeluh, sedangkan Aaron, Ega dan Bayu terkekeh-kekeh melihatnya.
“Lo sendiri gimana Ron? Kan Yansen udah liburan nih ke Jakarta” Ucap Ega.
“Eh.. kok gue bang?”
“Jangan malu-malu Ron, emangnya kita gak tahu apa lu tiap hari chattingan sama tuh ponakan Dion sama Beny” Ucap Bayu kepadanya.
“Aha..hahaha”, Aaron terlihat salah tingkah mendengar perkataan Bayu, “Lancar bang, hehe” Ucapnya malu-malu.
“Apanya yang lancar? Kayak B.A.B aje pake lancar-lancar segala” Ucap Beny bertanya.
“Itu, apa namanya tuh? Ah, iya, PDKT hehe”, lagi-lagi Aaron terlihat malu menjawabnya.
Mereka semua tertawa melihat Aaron yang terlihat malu-malu tersebut. Tak lama kemudian datang Dion yang membonceng Damar dengan motornya dan memarkirkannya dekat warung kopi yang mereka singgahi.
“Lama amat lu berdua, daritadi juga” kata Bayu kepada Dion dan Damar.
“Nih si kampret, katanya “tau-tau, tenang saja”, tenang apanya, sampai bundaran HI gue sama nih anak nyasarnya” Ucap Damar sewot.
“Hahahaha Yon, Yon, udah tau hobi tersesat, tanya kek tuh Damar diperjalanan. Jangan percaya insting lo buat menunjuk arah” komentar Enu kepada Dion.
“Tau nih anak” Ucap Damar sambil menoyor kepala Dion, dan Dion hanya bisa terkekeh.
“Jadi kapan latihan nih?” Tanya Beny kepada Dion.
“Besok saja deh bang, Yansen tadi bilang besok mau ikut kita latihan katanya”
“Yang bener bang?” Tanya Aaron kesenangan.
“Girang amat lu, iye, seneng kan lu?”
“Hehe” Aaron hanya terkekeh.
“Oh yaudah deh, kalau gitu nyantai sajalah dulu disini” usul Beny.
Ning! Nung!
“Hah, mulai dah tuh bunyi panggilan surganya si Damar”, komentar Bayu saat mendengar bunyi notifikasi Line dari smartphone nya Damar.
“Tau aje lu Bay kalau bidadari gue mulai ngajak chatting”, ucap Damar kesenangan saat membuka chat dari Yona.
“Hmmm bidadari, kemarin peri, kemarinnya lagi putri duyung, entah besok apalagi sebutannya itu buat Yona” ucap Ega cuek.
“Nyonya Damar” celetuk Damar disela-sela membalas chatting dengan Yona.
“Nggeeeeh” ujar Ega sambil memasang wajah sengit.
“Eh iya, tuh pensi sekolah lo terbuka untuk umum kan?” Tanya Enu kepada Dion.
“Yo’i, datanglah nanti sama Bayu”
“Pasti, lo pergi kan Bay?”
“Ho’oh, Andela katanya juga mau kesana dengan teman-temannya” Jawab Bayu setelah selesai menyeruput minumannya.
“Oh iya, Yon, Ga, bang Ben, Ron, gue mau minta tolong nih” ucap Damar tiba-tiba.
“Minta tolong apa Mar?” tanya Beny.
“Hehe jadi gini” Ucap Damar terpotong untuk menaruh smartphonenya dimeja.
Ning! Nung!
“Eh, entar-entar, gue balas chatting permaisuri gue dulu” Ucapnya sambil mengambil kembali smartphonenya.
“Cape deh” Komentar Ega.
“Permaisuri sekarang, cepat amat ganti-ganti tuh sebutan hahaha” celetuk Dion kepada Damar, dan yang lainnya pun ikutan terkekeh mendengarnya.
“Oke udah, tadi gue bilang mau makan dulu” Ucapnya sambil meletakkan kembali smartphone nya kemeja.
“Jadi gini, sejak gue ngeliat Aji nembak kuota..”
“OKTA, nyet” Ucap Dion dan Ega meralat.
“Iye, iye, sengaja gue plesetin biar ditegur. Jadi gini, sejak gue ngeliat Aji nembak Okta, gue mendadak mendapatkan inspirasi, seperti mendapatkan sebuah ilham gitu”
“Ilham anak kelas XI C, Mar?” celetuk Ega.
“Bukan kampret! Dengerin dulu makanya orang ngomong” Damar sewot, karena Ilham, nama anak kelas sebelah mereka dibawa-bawa dalam percakapan.
“Hehehe terus-terus?” Pinta Dion untuk Damar meneruskan ucapannya.
“Nah! Pas itulah gue mulai bertekad Yon, Nu, Bay, Ron, bang Ben dan… lu siapa ya?” Ucapnya menoleh ke Ega, dan langsung saja Ega menoyor lagi kepalanya.
“Bercanda Ga, keras amat lu noyornya”, keluhnya kepada Ega dan Ega hanya bisa bersungut-sungut. Tak lama kemudian Damar kembali melanjutkan ucapannya.
“Jadi! Gue bertekad pas pensi nanti gue mau nembak Yona, BOOOM!” Damar terlihat semangat mengucapkannya kepada teman-temannya.
Mereka semua nampak terkejut dengan perkataan Damar, terlebih lagi Ega. Karena saat Damar mengatakan BOOOM! Tadi itu tepat berada didekat telinganya.
“Mantap bang, mantap” komentar Aaron sambil menepuk-nepuk tangannya pelan.
“Terus tadi lu minta tolong apa sama kami berempat?” Tanya Dion.
“Jadi gini hehehehe” Damar terlihat malu-malu, “Jadi gue mau nembak Yona nanti pas selesai kalian manggung, dan tepat diatas panggung gue mau nembak dia didepan orang-orang ramai” Ucapnya mantap.
“Wihhhh” Ega terlihat antusias, begitu juga Enu, “Yang serius lu?”
“Iya gue serius, tekad gue udah bulat, sama seperti tahu bulat. Karena itu gue minta tolong, nanti pas gue mau nembak gitu iringin gue dong pakai lagu romantis hehe” Pintanya kepada Dion, Aaron, Ega dan juga Beny.
Dion yang melihat kesungguhan Damar berniat untuk bertanya kepadanya terlebih dahulu.
“Tapi sebelumnya gue tanya dulu sama lo Mar” Ucap Dion.
“Apaan Yon?”
“Lo serius dengan omongan lo barusan mau nembak Yona diatas panggung?”
“Serius gue, liat muka gue” Ucapnya sambil menunjukan muka serius khas nya dia, tapi Dion malah kepengen nonjok mukanya karena ekspresinya Damar seperti mengajaknya berkelahi.
“Oke, Oke, lo udah siapin mental lo buat malu misalnya lo ditolak?” Tanya Dion kembali.
“Gue siap!” Ujarnya mantap.
“Yakin?”
“Yakin!” Ucapnya sambil menepuk dadanya sendiri.
“Lo tau nama panjangnya Yona?”
“Viviyona Apriani!” Dengusnya bangga.
“Lo suka sama Yona?”
“Suka banget!” Jawabnya lantang.
“Satu tambah satu sama dengan berapa?”
“Dua” Jawabnya polos.
“Oke, Mar. Gue yakin lo bersungguh-sungguh” Ucap Dion tampak puas sambil menepuk-nepuk punggungnya Damar.
Damar tak mengerti maksud Dion, tapi dia terlihat bangga berhasil menjawab semua pertanyaannya, apalagi pertanyaan terakhir yang mengundang tahan tawa dari teman-teman yang lainnya.
“Jadi kira-kira lagu apa nih nanti yang mau dipake buat ngiringin Damar pas nembak Yona?” Tanya Beny
“Lingsir Wengi”, Celetuk Aaron.
“Njrit Ron, lu mau bantu gue atau mau mengundang kesurupan massal disekolah?” Damar terlihat sewot.
“Bercanda bang hehe”
“Udah Mar, lo tenang saja, soal lagu penggiring percayakan kepada kami. Lebih baik lo pikirin nanti persiapan buat nembak Yona nanti” Ucap Ega menasehati.
“Bener juga kata lo, tapi persiapan sih udah gue siapin. Mending gue lakuin ini saja sekarang”
“Apa tuh?” Tanya Ega.
“Chattingan sama malaikat gue” Ucap Damar kesenangan sambil mengambil kembali kembali smartphone di meja untuk chattingan lagi sama Yona.
“Hmmm malaikat sekarang” Ega terlihat keki mendengar panggilan Yona dari Damar yang selalu berganti-ganti.
Dion, Enu, Aaron, Bayu dan Beny hanya bisa tertawa kecil mendengarnya, kemudian mereka melanjutkan obrolan ringan lain sampai ada notifikasi line masuk ke smartphonenya Dion, Dion langsung saja membukanya dan dilihatnya pesan itu berasal dari Yansen.
Yansen :
Yansen :
Yansen : Foto sama kak Melo dan adik iparnya Om. B-)
Dion tersenyum kecil dan langsung saja membalas chat dari keponakannya tersebut.
Dion : Pipi lu terlalu ngembang, gak keliahatan jadinya Melody dan adiknya itu :]
Yansen : Kurang ajar :@
Dion : Haha >:D , Eh nanti pulang jam berapa itu?
Yansen : Ini udah mau pulang, panas banget disini.
Yansen : Tapi diajak makan malam dulu sama mamanya kak Melo dan kak Frieska.
Dion : Oh gitu
Dion : Yaudah, jangan bikin malu Om ya, makannya jangan nambah-nambah.
Yansen : Ishh, udah ah pergi makan duyuu ~
Dion : Gak mau salam sama Aaron?
Yansen : Boleh :3
Dion : Bilang aje ndiri! Bahahaha >:D
Yansen : Grrrrrrrrrr (*-..-)
Dion lalu terkekeh dan menaruh smartphone nya kembali kedalam saku celananya, kemudian dia melanjutkan lagi pembicaraannya dengan teman-temannya dan tak lupa memberi salam Yansen kepada Aaron.
Sedangkan Damar terlihat masih melakukan chatting dengan Yona.
Yona : Emangnya disitu ada siapa-siapa saja?
Damar : Ada aku, adiknya Ve, bang Beny, Ega, Dion sama dua temannya Dion.
Yona : Oh, Enu sama Bayu ya?
Damar : Iya, tapi kayaknya ada yang kurang disini.
Yona : apa?
Damar : Gak ada Yona disini ehek-ehek :3
Yona : Hahahaha :D
Yona : Yaudah, aku terbang kesana. Syuuuuh ~
Damar : Hap! Dapat! Hehehe
Yona : Ngayal deh :P
Damar terlihat senang chattingan dengan Yona dan saat dia menoleh sebentar, dia melihat Dion sedang asyik mengupil sambil mendengarkan teman-temannya yang lainnya berbicara.
Melihat hal itu Damar langsung saja mengapit lehernya Dion dengan lengannya saat Dion sedang mengupil dan langsung saja Damar melakukan selfie bersama temannya itu.
“Njrit, apaan sih lu Mar ?” Protes Dion saat apitan dilehernya dilepas.
“Kagak hehe, nge tes kamera doang” Ujarnya beralasan.
“Heleeeeh” Dion terlihat malas untuk memberi respon lagi, lalu dia melanjutkan mengupil dan kembali mendengar pembicaraan Beny dan Bayu yang nampak seru.
Tanpa diketahui Dion, foto dia yang sedang mengupil saat selfie bersama Damar telah Damar kirimkan kepada Yona lewat Line. Damar lalu tinggal menunggu reaksinya Yona.
Ning! Nung!
Yona : Ya ampun hahahahaha
Yona : Itu Dion kan?
Damar : Iya hehe
Yona : Hahahahaha khusyuk amat tuh anak ngupilnya
Yona : Nanti kukasih lihat ke Melody ah :D
Damar : Emang itu rencananya tadi wkwkw
Yona : hihi xD
“HATCHIIIM!!”
“Njrit, pake permisi kali Yon kalau mau bersin” Protes Bayu kepadanya, begitu juga yang lainnya yang kaget mendengar suara bersin Dion yang cukup nyaring.
“Mana gue tau, tiba-tiba hidung gue gatel lalu mau bersin aje tadi” Ujarnya memberi alasan sambil menyeka hidungnya.
Damar : Sampai bersin tuh anak kita omongin haha
Yona : Bisa gitu ya :D
Damar : Eh iya Yona, gantian dong
Yona : Gantian apanya?
Damar : Tadikan aku udah ngasi foto selfie aku
Damar : Sekarang giliran kamu dong :D
Yona : Yeeee ada maksud rupanya ya ngirim foto tadi hihi
Damar : Namanya juga modus lelaki hehehe
Yona : Modus kok bilang-bilang :P
Damar : Oh iya :x , kamu pura-pura saja gak baca chat tadi kalau gitu
Yona : Mana bisa, kan udah terbaca :P
Damar : Hahaha iya juga sih ._.a
Yona : Hihi :D
Yona :
Yona : Tuh :P
Damar : Hehehehe, eh itu siapa yang lagi tidur?
Yona : Teman SMP aku dulu, lagi nginep dirumah aku sekarang.
Damar : Oh, kalau aku boleh nginep kayak gitu gak?
Yona : Ett, bukan muhrim :P
Damar : Kalau gitu yuk ke KUA, biar cepet dihalalin
Yona : Hahaha apaan sih Mar xD
Damar dan Yona terus melakukan chat sampai mereka berdua lupa waktu.
Jam menunjukan jam 11.30 Malam, Dion sudah nampak tertidur dilantai kamarnya karena Yansen tidur dikasurnya.
Sedangkan kamar orang tuanya tampak ayahnya melihat sebuah foto yang terlihat lama dan tersenyum memandang foto tersebut. Istrinya yang masuk kekamar penasaran melihat foto yang dilihat suaminya tersebut.
“Foto apa Yah?” Tanya Istrinya dan duduk disamping suaminya di kasur.
“Oh, foto Dion sama Melody waktu kecil yang ayah foto diam-diam dulu waktu mereka bermain ditaman” Ucapnya tersenyum sambil menyerahkan foto yang dipegangnya tadi.
Istrinya lalu melihat foto anaknya sewaktu berumur 4 tahun tersebut, lalu dia nampak tersenyum mengingat Dion sewaktu kecil tinggal di Bandung.
“Tembem ya Dion waktu kecil, sama dengan Melody tembemnya hihi” Komentarnya saat melihat foto tersebut yang memperlihatkan Dion dan Melody asyik membuat rumah-rumahan dari lumpur.
“Iya, dan Ayah gak nyangka saja sekarang kalau mereka sekarang pacaran, terlebih lagi Ayah sama teman ayah dulu sebenarnya udah menjodohkan mereka berdua dari saat mereka lahir”
“Iya, mama saja gak nyangka. Tapi Yah, sebentar lagi kan mereka kelas tiga. Dan mengingat perjanjian ayah dan pak Ridwan yang mau memberitahukan kalau mereka dijodohkan nanti sebelum naik kekelas tiga. Apa Ayah tetap akan melakukannya? Terlebih lagi setelah itu kita mau…”
“Ma” Panggil suaminya untuk memotong pembicaraan istrinya. Istrinya lantas menoleh kepada suaminya tersebut.
Ayahnya Dion lalu tersenyum dan kembali berbicara.
“Ayah dan pak Ridwan nanti akan tetap memberitahukan masalah perjodohan ini kepada mereka berdua sebelum mereka masuk kekelas tiga nanti, dan soal permintaan kita selanjuta kepada mereka… Ayah dan pak Ridwan akan menyerahkan keputusannya nanti kepada Dion dan Melody saat mereka mengetahuinya”
Istrinya lantas tersenyum dengan perkataan suaminya, dan dia juga nampak setuju untuk menyerahkan keputusan itu kepada anak mereka nanti. Setelah itu Istrinya memandang kembali foto tersebut, tapi beberapa menit kemudian Istrinya terlihat menangis memandang foto anaknya sewaktu kecil tersebut.
“Loh? Mama kenapa?” Tanya Suaminya yang kaget saat melihat istrinya menangis.
“Gak, Mama cuma teringat Dion dulu waktu kecil. Ayah inget kan waktu Dion menyadari kalau Melody dan keluarganya pindah kejakarta?”
“Iya Ma, ayah ingat” Jawabnya tersenyum.
“Waktu itu Dion selalu nangis dan merengek untuk menyusul Melody ke Jakarta. Mama semakin gak kuat melihatnya saat dia main sendirian ditaman dan selalu berbicara sendiri seolah-olah Melody ada disitu”
“Iya, karena itulah Ayah setuju waktu Ayah mau dipindah tugaskan ke Jakarta dan pindah kesini sewaktu Dion mau masuk SMA. Itu agar mereka berdua bisa dengan cepat ketemu”
“Iya Yah, mama seneng ngeliat Dion bisa ketemu lagi sama Melody bahkan bisa sampai berhubungan sekarang, jangan-jangan mereka memang jodoh kali ya Yah” Ucap Istrinya tertawa sambil menangis terharu.
“Amin, ayah juga senang melihat Dion bisa ingat kembali siapa Melody, dulu Ayah sempat sedih juga melihat Dion sewaktu SD sudah lupa dengan Melody waktu ayah mengungkit namanya waktu mengantar dia kesekolah. Dan seperti kata mama barusan, mudah-mudahan mereka berdua memang berjodoh.” Suaminya lalu memeluk istrinya untuk menenangkannya.
“Amin” Balas istrinya tersenyum.
Selain dirumah Dion, dirumahnya Melody juga terjadi hal yang serupa. Ibunya Melody terlihat terharu saat melihat foto Melody bersama Dion sewaktu kecil yang difoto diam-diam oleh Ayahnya Dion. Foto itu diperoleh sewaktu Ayahnya Dion memberikan foto tersebut kepada suaminya sewaktu mereka mau pindah ke Jakarta.
“Gak nyangka ya Yah, sekarang Melody bisa kembali ketemu sama Dion yang udah lama gak ditemuinya. Sampai-sampai Melody sempat melupakannya karena terus-terusan bersedih saat pindah ke Jakarta”
“Iya, Melody terus-terusan meraung-raung menangis selama perjalanan karena gak mau meninggalkan Bandung bahkan sampai di Jakarta sekalipun.”
“Kalau gak salah dia manggil Dion itu dengan panggilan “Ion” terus selama menangis” Ucap Istrinya saat mengingat Melody sewaktu kecil terus-terusan menangis dengan memanggil nama Dion dengan panggilan Ion karena belum lancar berbicara.
“Iya, untunglah sekarang mereka udah ketemu dan saling mengingat, bahkan mereka berdua sudah berpacaran walau sebenarnya mereka itu sudah ayah jodohkan dari kecil sama pak Kusnan” Kata pak Ridwan untuk menenangkan Istrinya yang menangis terharu.
“Dan soal itu bagaimana Yah? Kalau soal perjodohan mama rasa mereka tidak akan masalah diberitahu soal itu karena mereka berpacaran. Tapi mengenai kelanjutannya itu yang bikin mama khawatir”
“Ayah tahu, ayah juga sudah membicarakan hal itu kepada pak Kusnan. Dan kami berdua sepakat akan menyerahkan keputusan itu kepada Melody dan Dion, dan Ayah harap mama juga bisa menerima keputusan mereka berdua nantinya”
“Iya Yah, lagipula Dion dan Melody sudah cukup dewasa untuk memikirkan hal itu nanti”
“Ya, karena itulah Ayah sama Ayahnya Dion akan membiarkan keputusan itu diputuskan oleh anak-anak kita nanti. Jadi mama tenang saja ya” Ucapnya untuk menghibur istrinya.
“Iya Yah” Jawab Istrinya tersenyum.
“Ayah cuci muka dulu ya” Pamitnya kepada istrinya untuk keluar kamar menuju kamar mandi.
Saat keluar kamar pak Ridwan melihat pintu kamar Melody yang berada tepat didekat tangga lantai 2, lalu pak Ridwan berjalan menuju kamar anaknya itu. Dan saat sudah didepan pintu, pak Ridwan langsung saja membuka kamarnya untuk mengecek.
Dilihatnya Melody sudah tertidur pulas sambil memeluk sebuah boneka yang dibelikan Dion untuknya waktu dia berulang tahun dulu. Dan disitu juga ada Frieska, yang kadang tidur dikamar kakaknya walau sebenarnya Frieska mempunyai kamar sendiri.
Melihat anaknya begitu damai dalam tidurnya pak Ridwan lantas tersenyum. Setelah itu dia kembali menutup pintu kamar anaknya tersebut dan kembali turun kebawah untuk cuci muka.
Dikamar, Melody tampak tersenyum disaat dia tertidur. Beberapa menit kemudian Melody tampak mengigau.
“Dion” Panggilnya kepada Dion dalam tidurnya, dan semakin mempererat pelukan ke boneka yang dibelikan pacarnya tersebut.
Dirumah Dion nampak Dion sedang mengigau juga, tapi igauannya lain dengan yang Melody lakukan.
“Ody… tolong… berat..” Ucapnya.
Igauan itu terjadi saat Yansen terjatuh dari tempat tidur dan menimpa Om nya tersebut yang sedang tertidur tengkurap.
“Haah-Syuuuuhhhh” Yansen membalasnya dengan dengkuran kecil.


Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
