Mengelola Sampah Popok Sekali Pakai #3

0
0
Deskripsi

Popok sekali pakai adalah penyelamat bagi ibu yang baru melahirkan. Disaat badan masih capek, lelah sehabis melahirkan, popok bayi salah satu yang mengurangi beban pekerjaan untuk memcuci-cuci popok bayi. 

Bayangkan gimana orang terdahulu, generasi ibu dan nenek kita yang masih menggunakan popok kain untuk menampung pipis bayi. Cucian menumpuk dan harus selalu mencuci jika tidak ingin kehabisan popok untuk bayi. 

Sayangnya, dalam kemudahan dan kepraktisan, tentu ada harga yang dibayar. Ya,...

Bagaimana memperlakukan popok sekali pakai ?

Masa terberat awal-awal punya bayi adalah bagaimana kami sangat membutuhkan popok sekali pakai. Tapi nggak bisa bohong juga kalau popok sekali pakai juga sangat membantu meringankan beban cuci-mencuci popok bayi yang pipis dan poop setiap menit. Bahkan sering juga kan bayi yang masih belum bisa mengontrol poopnya. Baru saja ganti popok baru, udah di poop in lagi. Bayangin gimana bau kamar mandi dengan air rendaman popok bayi. Apalagi yang rumahnya minim lahan dan tinggal di perumahan. 

Apa hubungannya? hehe. ya ada. Rumah di perumahan kan otomatis rumahnya kalau nggak tipe 36 ya 45 ya. Kamar mandi di dalam rumah. jarang punya tempat cuci baju diluar rumah. Mungkin rumah saya doang kali ya? hehe.. yang jelas kamar mandi dan tempat cuci di dalam rumah pasti semerbaknya bisa memenuhi segala ruangan kalau-kalau punya banyak cucian popok kain. Berbeda dengan rumah yang dimiliki orang tua di kampung halaman, biasanya punya halaman luas, masih ada pekarangan luas yang tidak terutup semen, pohon-pohon, masih banyak yang digunakan untuk membuang sampah secara mandiri. 

Pic from Pinterest

Namun, meski bertempat tinggal di lahan sempit dan terbatas. Bukan berarti hal-hal yang sudah tidak dibutuhkan langsung dibuang ke bak sampah jadi satu dan mengandalkan tukang sampah yang membawanya pergi. Nggak tega saya. 

Saya selalu nggak tega untuk membuang sampah secara bercampur dan membiarkan tukang sampah mengambilnya. Nggak ada orang di dunia ini yang pantas punya pekerjaan seberat itu. Ngambilin sampah yang bercampur, pas diambil ada tetesan-tetesan sampah organik yang membusuk, entah baunya seperti apa. Saya nggak bisa membayangkan. 

Jadi selan misahin sampah basah dan sampah kering, saya juga hampir sangat jarang buat masukin sampah organik ke bak sampah. Hanya kemasan-kemasan plastik dan kotak makanan yang sudah saya cuci yang masuk ke bak sampah buat di bawa oleh tukang sampah. Lalu sampah organik sisa makanan atau sampah sayuran, kulit buah itu masuk bak kompos. 

Saat saya mengkonsumsi (konsumsi itu nggak hanya makanan ya, memakai juga konsumsi) Popok sekali pakai. Saya harus berkomitmen bahwa saya bertanggung jawab dengan apa saja yang saya konsumsi. Mungkin nggak bisa perfect tapi setidaknya saya sadar tentang apa yang saya pilih dan bagaimana saya mempertanggungkawabkannya. 

Popok sekali pakai ini kan sangat membantu ya, tapi sampahnya bisa bertumpuk. Bayangkan satu hari full popok membutuhkan 

Komitmen saya mengenai cara memperlakukan popok bekas sekali pakai ini saat itu berbenturan dengan mitos.  

Mitos-mitos tentang memperlakukan popok sekali pakai. 

  • Tidak boleh di bakar : 

Mitosnya kalau popok yang dipakek oleh bayi dibakar, katanya pantat bayi panas, bahaya, bayi bakal rewel, ada juga yang cuma bilang “heehh..gak boleh" dengan wajah cemas dan takut. Waktu di tanya apa alasannya, ya cuma nggak boleh sambil bermimik cemas seolah kalau saya melawan itu, maka wajah cemas itu nggak akan hilang. Nggak enak dong saya bikin orang cemas gitu, takut. Apalagi kalau orang takut, pasti udah ngomong kemana-mana, mencari perlindungan dari ketakutannya. Mitos ini masih melekat kuat di daerah Jawa Timur, saat saya pulang kampung susah banget buat memperlakukan popok sekali pakai. Mau di bakar tidak boleh, mau di pendam tidak boleh. Dari cerita ibu dan ibu mertua saya, bahkan ada sungai-sungai khusus untuk membuang popok sekali pakai. Pendekatan-pendekatan dan cara untuk memberi pengetahuan kepada orang tua ini yang harus hati-hati. 

Padahal, apa sih harapan kita kalau popok sekali pakai masuk kesuangai? akan hilang sendiri? lenyap dan permasalahan beres? ya nggak, kan cuma pindah tempat. Kalau kita aja nggak suka dengan keberadaan popok itu tadi, bagaimana bisa membiarkan orang yang nggak terlibat kok terdampak pencemaran popok sekali pakai? bagaimana sungai yang nggak salah apa-apa jadi tempat sampah popok. Dan dari situ pasti akan ada pihak lain yang terdampak. Kasihan. Maka pertanggung jawaban kita dalam berkonsumsi harus dimulai dari diri sendiri. 

  • Tidak boleh dikubur : 

Ya, tapi lagi-lagi saya nggak mendapatkan alasan kenapa nggak boleh dikubur, hanya nggak boleh saja. Maka dari itu nggak heran kalau banyak sampah popok menumpuk di sungai. Di Jogja, juga banyak sungai-sungai yang dipakai untuk membuang popok bekas pakai. Ada yang nggak buang di sungai, seperti saya pernah liat saudara saya punya lahan luas, dia punya kubangan air tempat menampung air mandi dan cuci yang semakin lama jadi seperti danau kecil. Sewaktu punya anak dan memakai popok sekali pakai, popoknya dibuang disitu, dalam keadan telungkup. Saya bayangin itu kok kayak mudah banget ya, tiap ganti popok anaknya, popok yang sudah menampung pipis di lempar begitu saja. Tapi, lama-lama juga gitu popoknya bertumpuk menutupi air di danau kecil itu tadi, tentu baunya juga oh..no. Sayang sekali waktu itu saya nggak nanya ke saudara saya dimana akhirnya popok yang kemampul itu tadi dibuang karena nggak mungkin lah sampah itu menghilang begitu saja. 

Berikut yang saya lakukan memperlakukan popok bekas pakai :

  • Mengumpulkan popok bekas di satu bak tampungan, seminggu sekali saya akan ambil kursi balok, duduk jongkok dibalok kayu menyobeki dan mengeluarkan gelnya. Maksud saya adalah memisahkan antara gel didalam popok yang menampung pipis bayi dan kertas popoknya.  
  • Menampung semua gel dalam satu ember atau plastik. 

Kertasnya dikumpulkan jadi satu masukkan tong sampah. Saya pernah juga beberapa kali membakar kertas popok tersebut, ya meski membakar sampah itu nggak bagus juga untuk lingkungan , tapi cukup cepat menghilangkan sampah popok ini tanpa ia  berpindah kemanapun. 

Nggak enak banget kegiatan ini sebenarnya, tapi saya juga nggak mau mabil enaknya saja dengan konsumsi, konsumsi, konsumsi tapi hilang tanggung jawab setelah barang dikonsumsi. Sambil menyobeki popok dengan semerbak bau pipisserta gel-gel yang belepotan di tangan saya, saya kadang ngeluh, tapi ya gimana lagi, dari pada ahrus mencuci popok kain setiap hari, lebih baik begini saja. tidak ada waktu saya mencuci setiap hari. 

Dengan begitu saya berkomitmen untuk segera mempercepat proses toilet training untuk Juni supaya segera terbebas dari aksi sobek menmyobek popok. huhuh.. 

dan setelah Juni lulus toilet training rasanya… melegakan

Link berikut mengarah ke video bagaimana mencuci popok kain atau clody diapers. Disitu dijelaskan kalau clodynya kena eek, maka sebaiknya di buang dulu ke toilet eeknya (Yaiyalahh, masa langsung dicuci ya.. hihi). Lalu, disemprot atau diguyur air mengalir. 

https://id.pinterest.com/pin/324822191882999967/

Nah, saya juga menerapkan hal yang sama buat popok sekali pakai yang kena eek. Pasti saya siram dulu. Efeknya popoknya jadi menggembung. Gel yang ada didalamnya jadi mendesak dan menggembung, volume popok jadi penuh. Kalau sudah begini, ya nggak papa, nanti pas disobek malah enak gelnya langsung keluar semua. 

  • Ini dia pot-pot tempat gel-gel dalam popok saya tempatkan. 
Tentu dicampur tanah yang bagus untuk tanaman juga ya, Serta pupuk kompos. 

Jadi biasanya pas masih jadi tempat tampungan gel dari popok sekali pakai, keadaannya masih pot saja, jadi ada gel, masukkan lalu kasih tanah diatasnya tips-tipis. nanti masukkan lagi gel, kasih lapisan tanah lagi gitu. Kalau lagi rajin, ya bisa rapi dan telaten, tapi kalau udah capek, bosan dan pusing sama baunya, ya main suntak aja. ehehe.. besok-besok lagi kasih tanahya. Nah saat udah penuh, baru tutupin tanah dan taruh tanaman diatasnya. Pernah beberapa kali juga udah males menata dan masukin ke pot-pot, saya kubur ke pekarangan depan. Ada juga yang belum sempat saya kubur besoknya, eh sudah dibawa sama tukang sampah karena waktu itu saya letakin di ember depan rumah. Pokoknya dalam perjalanannya sebenarnya tidak sesempurna itu saya mengolah sampah popok ini. Ada pas semangat, ada pas capek, ada pas muak. Tapi saya tetep berusaha bertanggung jawab. Sampai Juni bener-bener lepas popok. 

Ini ada satu pot lagi yang sebenarnya belum penuh-penuh banget waktu itu, tapi Juni sudah lulus toilet trainingnya. jadi saya tumpukin tanah. dan saya masukin juga sampah organik. beberapa kali saya masukin kuah bakso.. heheh. Belum sempat saya kasih tanaman, eh sudah muncul bibit-bibit cabe. Lalu tinggal saya siramin deh.. hehehe.. lumayan kan?. 

Nah, sebenarnya ada satu pot lagi yang dari plastik terpal besar banget dua kali ukuran pot diatas. Kan nggak mungkin kan 2 tahun Juni pakai popok, masak cuma terkumpul dua pot aja?  Ada satu pot besar itu yang isinya buanyak banget gel popoknya waktu itu. Semacam pembuangan utama. Pas kantong pot terpal yang super besar itu penuh dan sudah saya campur tanah buat media tanam.  Saya tanam disitu pohon jambu air, beli pohon rendah yang katanya ini bisa ditanam di pot. Oke deh, jadinya cocok nih, di tempat tanaman itu udah ada contohnya nanti pohonnya sebesar ini dan berbuah saat setinggi sekian, cukup rimbun dan pohon disana udah panen dua kali, semacam itu lah. Waktu ditanam ke pot berisi gel-gel popok ini, mungkin kebanyakan ya kandungan urin di tanah pot, jadi pohonnya nggak bertahan lama. Pohon mati, lalu saya masukkan  biji-biji buah. Dari mangga sampai pepaya. Akhirnya tumbuh pohon pepaya bisa lumayan tinggi. 

Ternyata pohonnya nggak berbuah dong, cuma berbunga aja. Jadi sedih kan, masa k pepaya berbulan-bulan cuma bunga aja, mana buahnya?? Akhirnya saya tebang tuh pohon pepaya. Lalu kami putuskan untuk menyuntak isi pot tersebut. Anehnya gel-gel popoknya sudah tidak ada. atau mengecil deh saya nggak paham, tapi didalamnya tinggal tanahnya aja dan tanahnya kering. Hehehe.. jadi memang setelah penuh, setelah itu juga saya nggak nambahin tanah lagi, nggak ngasih pupuk lagi. Dipikirnya gel itu akan bertahan bertahun-tahun. Nggak tahu apa juga bahannya Gel itu, masak iya bisa ilang? pikir saya kalau saya masukin ke tanah, maka tian disiram, gelnya akan kembali mengembang gitu lho jadi menyimpan air di dalam tanah dan bagus untuk tanaman. 

Jadi begitulah, keilmuan tanam menanam saya memang awam banget dan tidak telaten berkebun. Punya komposer juga hasilnya jarang banget dipakek. Semoga nanti akan ada banyak alokasi waktu untuk memperhatikan proses yang saya mulai. 

Gitu deh kira-kira cerita saya tentang memperlakukan popok bekas pakai. Perjalanan yang lumayan lelah. Tapi pas selesai toilet training, wahhh sesuatu banget dan patut dirayakan. Selain bangga sama Juni, juga bangga sama diri sendiri sudah sejauh ini ternyata berkomitmen dengan penggunaann popok. 

Okee.. sampai disini, ketemu lagi di tulisan berikutnya yaaaa… 

Terimakasih sudah membaca… 

Oh iya, bisa kasih tip! juga lho kalau suka dengan tulisan saya ini. Biar saya semangat nulisnya. :D

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Menemukan Cinta Sejati dalam Film Bercerita Liburan Akhir Tahun : Sedikit Bosan #7
0
0
Premisnya biasanya karena merasa bosan dengan kehidupan yang sama setiap harinya atau sedang terjadi suatu masalah dalam hidup. Ada yang ingin sesuatu yang berbeda saat perayaan Christmas. Sebuah awalan cerita yang  berakhir bahagia. Cling…cling…clingg… Oh, ada pangeran berkuda..Beberapa film yang saya tonton di Netflix ini punya kesamaan. Coba baca, apakah kamu juga merasa demikian? 
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan