
“Nanti kalo aku lulus hadiahnya naena ya om?” — Sasa.
“Gak seenak itu Sa, nanti kamu sakit..” — Hansa.
39. Ujian
.
.
"Kamu udah belajar kan? Gak ada yang ketinggalan juga?" tanya Hansa menatap Sasa yang ada di sebelahnya.
Sasa mengangguk. "Udah om, aku udah belajar semua materi yang bakal keluar." jawab gadis itu.
Hansa mengangguk. "Bagus deh, nanti kalo kamu pulang lebih awal minta anterin Abim ya. Biar duit bensinnya saya transfer langsung ke dia.." kata pria itu.
"Iya om. Nanti aku boleh main ke kantor om nggak pas pulang sekolah? Males kalo ke rumah, gak ada om juga." tanya Sasa sambil memegang tasnya.
Hansa mengangguk. "Boleh. Dateng aja nanti.." kata pria itu.
Sasa langsung tersenyum senang. "Oke deh, nanti aku langsung ke kantor om aja pas pulang."
Hansa menepuk puncak kepala Sasa pelan. "Yang serius nanti ngerjain ujiannya, jangan sampe kamu ngulang lagi. Berdoa dulu sebelum ngerjain soalnya." kata pria itu menasehati.
Sasa tersenyum dan mengangguk. "Oke om, aku pasti serius kok ngerjainnya. Aku mau cepet-cepet lulus juga hehe.." kata gadis itu.
Hansa mengangguk. Pria itu kemudian merogoh saku kemejanya. Dia memberikan dua lembar uang 100 ribuan pada Sasa. "Nih uang jajannya.."
Sasa menatap uang itu. Dia kemudian menatap Hansa. "Kan jatah duit jajan dari om masih ada, kok dikasih lagi?" tanya gadis itu bingung.
"Gapapa, nanti pake aja jajan sama temen-temen kamu setelah selesai ujian. Pasti pada seneng bisa makan-makan setelah ngerjain ujian, setelah mikir berat." kata pria itu.
Mata Sasa langsung berbinar. "Waaah, kalo gitu nanti aku traktir temen-temen makan pecel boleh om?" tanya gadis itu.
Hansa mengangguk. "Boleh, nanti sekalian bungkusin buat saya ya, bawa ke kantor." jawab pria itu.
Sasa mengambil uang yang Hansa pegang dan mengangguk. "Oke om, nanti aku bungkusin buat om deh." sahutnya.
Hansa tersenyum. "Yaudah sana turun, itu Abim udah nungguin tuh." kata Hansa menujuk Abim yang masih ada di atas motornya. Pemuda itu ada di depan gerbang, menunggu Sasa pastinya.
Sasa menoleh, gadis itu tersenyum melibat Abim. "Oh iya, yaudah kalo gitu aku berangkat ya om. Doain aku bisa ngerjain semua soalnya nanti."
Hansa mengangguk. "Iya, saya doain."
Sasa kemudian meraih tangan Hansa dan menciumnya. Gadis itu mendekat pada Hansa dan mencium pipi pria itu. "Om juga semangat kerjanya.." kata gadis itu.
Hansa terkekeh pelan. Pria itu menahan tangan Sasa yang akan turun dari mobil dan menarik gadis itu mendekat.
"Yang bener ngerjain ujiannya.." kata pria itu disertai kecupan pelan di kening Sasa.
Sasa memlulatkan matanya. Mulut gadis itu langsung terbuka. Tangannya dengan perlahan memegang keningnya yang baru saja Hansa kecup.
"Jangan nyontek ya nanti, kerjain sendiri." kata Hansa sambil mengacak rambut Sasa gemas.
"O-om.." ucap Sasa terbata. Gadis itu menatap Hansa tanpa berkedip.
"Muka kamu merah.." kata Hansa sambil menarik pipi Sasa pelan.
Sasa meneguk ludahnya. Dia masih deg-degan karena ciuman Hansa barusan. Rasanya sangat berbeda, ciuman di kening tadi terasa sangat hangat dan mendebarkan untuknya.
Hansa menghela nafas. "Udah deh bengongnya. Turun gih, nanti telat kamu.." kata pria itu menyentil pelan kening Sasa.
Sasa mengedipkan matanya beberapa kali. Gadis itu mengangguk dan langsung turun dari mobil Hansa dengan senyuman yang tidak luntur dari bibirnya.
"Bye-bye om! Semangat kerjanya!"
"Kamu juga semangat ujiannya!"
Mobil Hansa pun melaju meninggalkan area sekolahan Sasa. Sasa masih diam di tempatnya, gadis itu menangkup wajahnya yang masih memerah.
"SASA NJIR LAMA BANGET LO! AYO MASUK!" teriak Abim dari belakang.
Sasa berbalik dan dengan senyuman lebarnya gadis itu langsung naik ke atas motor Abim. "ABIIIM GUE SENENG BANGEEEET!" teriaknya sambil memegang erat bahu Abim.
"ADUH SAKIT ANJIR! SASA SAKIT!" teriak Abim merasakan bahunya yang masih sedikit sakit ditekan kuat oleh Sasa.
Sasa langsung tersadar dan melepas bahu Abim. "Eh, sorry Bim gak sengaja hehe.." kata gadis itu.
Abim berdecak, pemuda itu langsung menjalankan motornya memasuki area sekolah. Dia langsung menuju ke parkiran motor.
Sasa turun dan menunggu Abim di depan koridor, setelahnya mereka berjalan berdua menuju ke tempat teman-temannya yang sudah menunggu.
"Sasa! Abim! Sini dulu!" teriak Enna melambaikan tangan ke arah Sasa dan Abim.
Sasa dan Abim langsung tersenyum dan menghampiri Enna dan yang lain yang sedang duduk di depan kelas.
"Pada makan apanih?" tanya Sasa menatap teman-temannya yang terlihat sedang makan sesuatu.
Enna langsung menyodorkan lunch boxnya. "Gue tadi bikin sandwich buah, makan dulu biar nanti kita bisa mikir hehe.." jawab gadis itu.
"Iya Sa, Bim. Makan dulu, lumayan nih buat ganjel perut.." sahut Arin yang juga sedang memakan sandwich buahnya.
Abim dan Sasa langsung duduk di sana juga. Mereka mengambil masing-masing satu sandwich dari dalam lunch box.
"Nanti pulang ujian gue traktir makan pecel ya, tadi dikasih duit Om Han buat traktir kalian.." kata Sasa menatap teman-temannya itu.
Semua langsung bersorak senang. "Yes! Akhirnya makan pecel, udah lama gue gak makan pecel.." kata Enna girang.
Sasa tersenyum. "Iya, nanti kita makan pecel."
Jeje menoleh pada Sasa. "Baek banget Om Han, bilang makasih ke dia ya Sa.."
"Iya Sa, bilang makasih ke Om Han dari kita semua.." sahut Enna.
Sasa mengacungkan jempolnya. "Siap, ntar gue bilang ke dia.." jawabnya sambil tersenyum.
Arin menatap Sasa. "Btw, lo udah belajar kan Sa? Lo gak marathon series lagi kan?" tanya gadis itu.
Sasa menoleh pada Arin dan tersenyum. Gadis itu mengangguk. "Udah dong.." jawabnya.
"Pasti Bang Hansa ngawasin lo terus kan?" tanya Abim.
Sasa menghela nafas dan mengangguk. "Iya, pas gue bilang mau ujian dia langsung nyuruh gue belajar. Dia ngawasin gue terus, nemenin gue belajar sampe malem." jawab gadis itu.
Jeje tertawa. "Bagus itu, Om Han artinya peduli sama lo. Dia cuma pengen yang terbaik buat lo. Dia mau lo lulus Sa.." kata gadis itu.
Enna mengangguk. "Betul, bersyukur lo Sa punya Om Han yang peduli sama lo. Apalagi dia mau nemenin lo belajar terus." kata gadis itu.
Sasa mengangguk. "Iya, gue seneng banget kok. Om Han juga mau bantuin gue kalo gue gabisa ngerjain soal gitu." jawabnya.
"Enak banget ada yang bantuin ngerjain.." kata Arin sambil menghela nafas.
Sasa terkekeh pelan. "Hehehe ya gitu deh." kata gadis itu.
"Bu Dira udah masuk tuh, ayo masuk woy." kata Rehan menunjuk pengawas ujian hari ini.
Sasa dan yang lainnya menoleh. Mereka dengan cepat menghabiskan sandwichnya dan langsung berdiri.
"Berdoa dulu yuk sebelom masuk.." kata Rehan menatap teman-temannya itu.
Semua langsung mengangguk. Mereka berdoa sebentar sebelum masuk ke dalam kelas.
.
.
"Ya ampun, gue tadi deg-degan banget pas ngerjain soal-soalnya. Tapi untung aja semua soalnya tuh udah gue pelajarin." kata Enna.
Jeje mengangguk. "Iya anjir, gue udah takut banget kalo soalnya tuh susah-susah. Tapi untungnya sama kek yang gue pelajarin semalem." sahut Jeje.
"Udah jangan dipikirin, kita makan aja dulu. Ntar malem belajar lagi, masih belom selesai nih kita ujian." kata Arin sambil memakan tempe mendoannya.
Sasa mengangguk. "Betul, makan aja dulu." kata Sasa yang juga sedang memakan pecelnya.
Rehan menghela nafas dan meraih es tehnya. "Abis ujian terus dapet makan gratisan gini berasa dapet reward sih." kata pemuda itu.
Jeje berdehem. "Besok gue yang traktir. Mau makan apa lo pada?" tanya gadis itu.
Semua langsung menoleh pada Jeje. "Serius Je?" tanya mereka bersamaan.
Jeje mengangguk. "Iya, mau makan apa lo pada?" tanya gadis itu.
Semua langsung berpandangan. "Mie Ayam Bakso Pak Kumis." jawab mereka bersamaan.
Jeje mengangguk mengerti. "Oke deh, besok ya gue traktir mie ayam bakso Pak Kumis." kata gadis itu.
Semua tersenyum senang dan mengangguk. "Makasih Jeje~"
"Iyaaa.." sahut Jeje sambil tersenyum.
Mereka semua pun kembali memakan pecel mereka. Suasana di rumah makan lesehan itu cukup sepi, hanya ada mereka yang sedang duduk di pojok. Biasanya suasana sangat ramai, mungkin karena belum memasuki jam makan siang maka orang-orang belum ke sana.
"Eh btw Sa.." kata Jeje sambil menopang dagu.
Sasa yang sedang minum es teh menoleh. "Apa?" tanya gadis itu.
Jeje menyipitkan matanya. "Lo udah malem pertama belom sama Om Han?" tanya gadis itu penasaran.
Sasa langsung terbatuk. Gadis itu menatap Jeje. "Pertanyaan lo gak ada yang lain Je?"
Arin dan Enna refleks langsung menoleh pada Sasa. Kedua gadis itu ikut penasaran. Sedangkan Abim dan Rehan hanya bisa menepuk jidat melihat kelakuan gadis-gadis itu.
"Tolong ya, kalian gak ada pembahasan yang laen?" tanya Abim.
Jeje menoleh pada Abim dan berdecak. "Ah elah Bim, gue kan penasaran." sahut gadis itu.
Enna dan Arin mengangguk. "Iya nih, kita kan penasaran." kata kedua gadis itu.
Abim menghela nafas dan mengusap wajahnya kasar, dia menoleh pada Rehan.
"Ciwi-ciwi emang suka penasaran sama kek gituan Bim. Kita keluar aja dah, nyari angin. Gerah gue.." kata Rehan sambil menepuk bahu Abim.
Abim menatap Rehan dan mengangguk. Mereka berdua akhirnya keluar dari warung itu dan duduk di bangku yang ada di depan.
Setelah kepergian Abim dan Rehan, Jeje kembali menatap Sasa. "Sa, gimana? Lo udah di bobol apa belom sama Om Han?" tanya gadis itu penasaran.
Sasa berdecak, gadis itu menggeleng. "Belom.." jawabnya.
Jeje menatap Sasa tak percaya. "Hah? Beneran? Terus selama ini lo sama Om Han cuma ngapain Sa? Gue kira lo udah di bobol.." kata gadis itu.
Sasa menggigit bibir bawahnya, gadis itu memainkan sedotan yang ada di dalam gelas es tehnya. "Ya gitu, paling ciuman sama grepe-grepe gitu." jawabnya.
Enna langsung mendekati Sasa. "Grepe-grepe? Om Han grepe-grepe lo?" tanya gadis itu.
Sasa mengangguk. "Iya." jawabnya sambil tersenyum.
Enna langsung menekatkan kepalanya pada Sasa. "Apaan aja yang di grepe Sa?" tanya gadis itu penasaran.
Sasa memainkan bibirnya. Gadis itu menatap teman-temannya bergantian. Sasa berdehem pelan. "Tete gue.." jawabnya pelan.
Jeje dan kedua temannya langsung melebarkan mata. Mereka bertiga menatap Sasa dengan mata membulat kaget. "SERIUS?" tanya gadis itu.
Sasa mengangguk.
Jeje langsung maju dan mendorong Sasa, gadis itu dengan tiba-tiba memegang dada Sasa.
Sasa langsung melotot kaget. Gadis itu mendorong Jeje dan langsung menyilangkan tangan di depan dada. "IH JEJE!"
Jeje langsung menoleh pada Arin dan Enna. "Beneran, tete dia jadi gedean dikit." kata gadis itu.
Arin dan Enna langsung menoleh pada Sasa, mata keduanya fokus ke arah dada Sasa. "Liat! Sasa liat!" kata Arin melotot pada gadis itu.
Sasa menggeleng. "Gak mau! Lo bertiga mesum!" kata gadis itu.
"Gue cuma mau liat, gak bakal gue remes anjir." kata Enna.
Arin mengangguk. "Iya, gue cuma mau liat doang." sahutnya.
Sasa menatap Arin dan Enna bergantian. "Beneran ya, jangan kayak Jeje." kata gadis itu.
Arin dan Enna mengangguk antusias.
Sasa pun dengan perlahan menurunkan tangannya yang ada di depan dada. Membiarkan kedua temannya itu melihat dadanya.
Arin menyipitkan matanya. "Dih anjir beneran, tete lo agak gedean dikit." kata gadis itu.
Enna menghela nafas, gadis itu mengusap-usap dagunya. "Iya anjir, wah bener-bener nih si Sasa udah di grepe-grepe." kata gadis itu.
Sasa mengerucutkan bibirnya. "Ya iyalah, enak ternyata di grepe-grepe. Pantesan kalo di film-film tuh pemain ceweknya suka banget di grepe-grepe.." kata gadis itu sambil nyengir.
Enna menopang dagu menatap Sasa. "Terus lo juga udah grepe-grepe Om Han?" tanya gadis itu.
Sasa memainkan bibirnya dan mengangguk. "Udah hehe.."
Arin terlihat sangat antusias. "Terus gimana? Gimana Sa rasanya grepe-grepe cowok?"
Sasa kembali memainkan sedotan yang ada di dalam gelas. "Emmm enak, badannya Om Han bagus soalnya. Perutnya keras, ada kotak-kotaknya gitu hehe.." jawab gadis itu mengingat badan Hansa yang sangat suka dia sentuh.
Jeje mengetuk-ngetukkan jarinya ke atas meja. "Sa, kenapa cuma grepe-grepe aja? Kenapa gak lanjut buat naena?" tanya gadis itu.
Arin mengangguk. "Iya Sa, kan lo sama Om Han udah nikah. Harusnya kan bisa naena tuh. Udah sah, udah halal." sahut gadis itu kembali mengambil satu mendoan yang ada di atas piringnya.
Sasa mengerucutkan bibirnya. "Om Han udah janji sama ayah, dia gak bakal nyentuh gue kalo gue belum lulus. Kata dia kalo ngapa-ngapain gue sekarang masih ilegal." kata gadis itu.
Jeje berdecak. "Padahal kata sepupu gue enak tau Sa kalo naena. Kata dia tuh rasanya gak bisa didefinisikan. Enak gitu pokoknya.."
Sasa menatap Jeje. "Masa sih Je?"
Jeje mengangguk. "Iya kata sepupu gue. Dia aja katanya ketagihan abis naena itu. Pokoknya tuh bener-bener luar biasa kata dia. Kalo belum pernah ngelakuin gak bakal bisa bayangin rasanya kek gimana. Tapi kalo udah ngelakuin pasti ketagihan." kata gadis itu.
Enna, Sasa dan Arin mendengar ucapan Jeje dengan serius. Ketiga gadis itu menjadi sangat penasaran.
"Tapi kata orang-orang yang udah ngelakuin emang sih itu tuh kayak surga dunia gitu.." sahut Enna.
Sasa tiba-tiba menggebrak meja. "Ah anjir, jangan bikin gue makin penasaran dong!" kata gadis itu.
Arin langsung menyenggol lengan Sasa. "Lo kan udah nikah Sa, gapapa kali naena. Lo cobain deh. Ntar cerita ke kita.." kata gadis itu.
Jeje dan Enna mengangguk. "Iya Sa, lo cobain sana."
Sasa mendengus. Gadis itu memejamkan mata sebentar. Ah, ucapan dari teman-temannya ini benar-benar membuat dia semakin penasaran.
"SA! AYO GUE ANTERIN KE TEMPAT BANG HANSA! BURUAN KEBURU MALES NIH GUE!" teriak Abim yang ada di depan warung.
Sasa menoleh pada pemuda itu. "Iya bentar!" sahutnya.
Sasa kemudian berdiri, dia menatap ketiga temannya yang masih duduk itu. "Gue balik duluan ya, mau ke tempat Om Han. Semua udah gue bayar kok." kata gadis itu.
Jeje, Arin dan Enna mengangguk. "Iya Sa, bilang makasih ya ke Om Han.." kata Enna.
Sasa mengangguk. "Iya siap. "Gue pergi dulu ya." kata gadis itu.
"Iya byeee~.."
.
.
"Oooooom!" teriak Sasa yang baru saja masuk ke dalam ruangan Hansa. Gadis itu membawa kantong plastik berisi pecel pesanan pria itu.
Hansa melepas kacamatanya dan menoleh pada Sasa. "Kamu tuh baru dateng udah langsung teriak-teriak aja." ucapnya sambil menggelengkan kepala.
Sasa nyengir. Gadis itu menarik kursi dan duduk di samping Hansa sambil meletakkan nasi pecel yang dia pegang ke atas meja.
"Kenapa sih teriak-teriak?" tanya Hansa sambil menatap Sasa.
"Rasanya naena tuh gimana om?" tanya Sasa sambil memiringkan kepalanya menatap Hansa.
Hansa langsung melotot mendengar pertanyaan Sasa. "Apa? Kamu nanya apa?" tanya pria itu.
Sasa berdecak pelan. "Rasanya naena tuh gimana om? Naena, ngeseks om.."
Hansa mengedipkan matanya beberapa kali sambil menatap Sasa. "Kamu ngapain nanya soal itu?"
Sasa mengerucutkan bibirnya. "Penasaran om. Om pasti tau kan gimana rasanya naena. Jelasin ke aku dong gimana rasanya, aku tuh penasaran banget om." kata gadis itu sambil menatap Hansa memohon.
Hansa berdecak. Pria itu meraih plastik berisi nasi pecel titipannya. "Saya gatau."
"Om boong ih! Om kan udah 30 taun, om pasti tau." kata Sasa tidak percaya.
Hansa menggeleng. "Saya gatau Sa."
Sasa menyipitkan matanya. "Om jangan boong. Om kan udah tua, om pasti udah pernah naena kan? Iya kan om?" tuduh gadis itu.
Hansa berdecak dan menatap Sasa. "Saya gak boong. Saya gak pernah naena."
"Boooong!" kata Sasa tak percaya.
Hansa menghela nafas pelan. "Ciuman aja cuma sama kamu, gimana mau naena. Lagian kamu tuh tau gituan dari mana sih?" tanya pria itu heran.
"Kata temen aku om, kata dia naena tuh enak. Pokoknya kalo udah pernah naena bakal ketagihan. Kan aku jadi penasaran om.." jawab Sasa.
Hansa menggelengkan kepala pelan. Pria itu langsung menyentil kepala Sasa. "Mesum banget temen aku bahas soal gituan."
"Ya gapapa, kan udah boleh. Udah diatas 18 tahun om." sahut Sasa sambil mengusap keningnya yang barusan di sentil oleh Hansa.
Hansa berdecak.
"Jadi rasanya naena gimana om? Aku masih penasaran nih." kata Sasa sambil memegang lengan Hansa.
Hansa yang sedang membuka bungkus nasi pecelnya menghela nafas dan menoleh pada Sasa. "Saya gatau Sasa. Saya gak pernah naena." jawab pria itu.
Sasa mengerucutkan bibirnya. "Yaudah kalo gitu kita naena aja om, kan udah nikah. Udah sah, udah halal. Udah bebas." kata gadis itu sambil melebarkan senyumnya.
Hansa kembali menghela nafas, pria itu memijat pangkal hidungnya. "Nanti Sa, sekarang gak bisa. Saya udah janji ke ayah kamu. Kamu belum lulus sekolah, gak boleh." kata pria itu berusaha membuat Sasa mengerti.
Sasa berdecak pelan. "Kan aku udah ujian om, udah pasti lulus kok." kata gadis itu yakin.
Hansa menggeleng. "Enggak Sa, kalo kamu bener-bener belom lulus. Belom ada pengumuman pokoknya saya gak akan ngapa-ngapain kamu apalagi sampe naena."
Sasa melipat tangan di depan dada dan mendengus kesal. "Ah om gak seru."
"Ya kamu gak sabaran minta dinikahin cepet-cepet. Udah tau belum lulus sekolah, umur belum legal udah minta dinikahin aja. Coba kamu lebih sabar.." kata Hansa mulai memakan nasi pecelnya.
Sasa mengerucutkan bibirnya. Gadis itu menatap Hansa yang kini sedang makan. "Ya abisnya kan aku gamau om kecantol cewek laen." sahutnya.
Hansa melirik Sasa. "Gak sabaran sih."
Sasa berdecak dan berdiri, gadis itu menuju ke arah lemari pendingin di sudut ruangan Hansa dan mengambil dua botol air putih dingin dari sana.
Sasa menaruh sebotol air putih di depan Hansa dan meminum yang dia pegang. Setelah minum dia mengusap bibirnya.
"Nanti kalo aku lulus hadiahnya naena ya om?" tanya gadis itu sambil menatap Hansa.
Hansa menoleh, pria itu menatap Sasa yang kini juga tengah menatapnya. "Kenapa ngebet banget mau naena sih?" tanya pria itu heran.
"Ya soalnya kata temen aku enak om, bikin ketagihan. Kan aku jadi penasaran. Lagian kan kita udah nikah, udah seharusnya naena kan om? Bukan cuma grepe-grepe aja." jawab Sasa.
Hansa mengusap wajahnya pelan. "Gak seenak itu Sa, nanti kamu sakit.." kata pria itu.
Sasa mengerutkan keningnya. "Sakit apa? Orang kata temen aku enak kok."
Hansa menghela nafas. Dia memutar kursinya dan menghadap Sasa sepenuhnya. "Sa, cewek kalo baru pertama ngelakuin itu pasti kesakitan. Beneran deh, percaya sama saya."
"Kata temen aku enak om. Ya sakit paling sakit bentar aja. Gak yang sakit banget. Aku tahan kok om. Pokoknya aku mau nanti hadiah kelulusan aku naena." kata Sasa tetap kekeuh dengan keinginannya.
Hansa memejamkan mata sebentar. Dia menatap Sasa yang terlihat sangat bersungguh-sungguh dengan ucapannya.
"Oke kalo kamu emang maunya gitu. Tapi kalo kamu kesakitan jangan salahin saya." kata pria itu pada akhirnya.
Senyuman Sasa langsung mengembang. Gadis itu mengangguk. "Iya om!" sahutnya semangat.
Hansa kemudian menoleh dan kembali melanjutkan makannya. "Oh iya, gimana tadi ujiannya? Bisa kamu ngerjain?"
Sasa mengangguk dan memajukan kursinya. Gadis itu menopang dagu menatap Hansa. "Bisa, yang semalem om ajarin juga keluar."
Hansa tersenyum. "Bagus deh, nanti malem belajar lagi." kata pria itu.
Sasa mengangguk. "Om mau mendoan." kata gadis itu sambil menatap mendoan yang ada di depan Hansa.
Hansa menoleh. "Kan kamu tadi udah makan."
"Pengen lagi, apalagi liat om makan. Jadi makin pengen. Kayaknya kalo disuapin sama om enak banget." kata Sasa sambil menatap Hansa.
Hansa menghela nafas dan menyuapkan mendoan yang dia pegang pada Sasa. "Kamu tuh dasar.."
Sasa tersenyum sambil mengunyah mendoan yang ada di dalam mulutnya.
"Oh iya om, nanti malem grepe-grepe lagi ya? Biar aku besoknya semangat ngerjain ujian." kata gadis itu setelah menelan mendoan yang ada di dalam mulutnya.
Hansa melirik Sasa sekilas, pria itu menghela nafas dan mengangguk. "Iya.."
"Yeeey!"
To Be Continue
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
