
“Makasih ya om udah beliin aku skincare sama jajan juga..” — Sasa.
“Udah kewajiban saya..” — Hansa.
37. Belanja Bulanan
.
.
"SASAAAAAAAAAAAAAAA!" Jeje berteriak dan langsung menghambur memeluk Sasa yang sedang duduk di sudut belakang kelas.
Arin yang juga baru datang ikut mendekat dan memeluk Sasa. "Gue udah denger dari Abim.." kata gadis itu.
Jeje mengangguk. "Iya Sa, kita udah denger dari Abim. Lo tuh ihh bisa-bisanya ke club cuma sama Rena sama Putra aja. Bahaya tau.." kata gadis itu.
Sasa membalas pelukan kedua temannya itu. "Gue gapapa kok, iya gue tau gue emang salah..." kata gadis itu.
Jeje berdecak dan menjitak kepala Sasa kesal. "Makanya lo tuh kalo dibilangin suami dengerin. Nurut Sa, kata Abim lo kan disuruh langsung pulang sama Om Han. Eh malah keluyuran dulu, kena karma kan jadinya.." kata gadis itu.
Sasa menunduk dan mengangguk. "Iya, kayaknya emang karma buat gue deh. Gue kan udah lama gak ke club jadi pas Om Han bilang dia mau lembur yaudah gue ngerasa ada kesempatan gitu. Eh taunya malah kayak gini.." kata gadis itu.
Arin menghela nafas. "Lo tuh bener-bener ya Sa, dosa banget loh gak nurut sama suami. Apalagi pergi gak izin dulu sama suami. Gak boleh Sa.." kata gadis itu.
"Demi Tuhan Yesus, kalo gue jadi Om Han udah gue baptis pake air comberan lo Sa biar kapok. Pasti Om Han bingung banget deh, mana hp lo mati kan? Gak bisa dihubungin?" tanya Jeje.
Sasa mengangguk. "Iya, sengaja gue matiin biar gak bisa dilacak sama Om Han.." jawab gadis itu.
Arin menjitak kepala Sasa. "Bener-bener keterlaluan ya lo Sa. Padahal itu penting banget loh, gimana kalo misalnya Om Han gak langsung nyariin lo? Lo pasti udah di apa-apain sama cowok hidung belang deh." kata gadis itu yang jadi kesal.
Sasa mengusap-usap kepalanya yang dijitak oleh Jeje dan Arin. Gadis itu menunduk. "Iya-iya, gue tau kok kalo gue salah." kata gadis itu.
Jeje dan Arin sama-sama menghela nafas. "Salah banget lo Sa. Dosa banget lo ke Om Han." kata Arin.
Sasa hanya mengangguk sambil menunduk.
"Sasaaaaa!" Enna yang baru saja datang bersama Rehan langsung menghampiri Sasa.
"Sa, you okay? Gapapa kan?" tanya gadis itu menatap Sasa khawatir.
Sasa mengangguk dan menatap Enna. "Gue gapapa Na, aman kok. Cuma lebam dikit aja tangan gue gara-gara dipegang kenceng banget." kata gadis itu menunjukkan bekas lebam di lengannya.
Semua langsung menatap lengan Sasa. Bekas lebam kebiruan di lengan Sasa masih terlihat jelas sekali.
"Astaga, lumayan parah itu Sa. Udah lo kompres sama kasih salep belom? Kalo gak dikompres ntar makin lama tuh ilangnya." tanya Rehan. Dia sudah sering mengalami lebam seperti itu jadi tau tentang bagaimana cara menghilangkannya.
Sasa mengangguk. "Udah kok, udah di kompres sama Om Han. Udah dikasih salep juga sama dia.." jawabnya sambil tersenyum.
Jeje melipat tangan di depan dada sambil nenghela nafas jengah. "Hadeeeh masih aja perhatian ya Om Han, kalo gue jadi dia udah gue tinggalin si Sasa. Ogah banget ngurusin. Udah dibilangin tetep nekat terus malah jadi gini, kesel banget sih kalo gue jadi Om Han.." kata gadis itu.
Arin mengangguk. "Bener, gue juga pasti gitu. Ibaratnya kek dari awal udah dibilangin tapi tetep diterobos. Kan sebagai orang yang udah ngasih tau pasti kesel ya. Sabar banget emang Om Han.." kata gadis itu.
Sasa menoleh dan menatap Arin serta Jeje. "Iya-iya, gue sadar kok kalo gue salah. Gue tau." ucapnya.
Enna mengeluarkan lunch box yang dia bawa. "Nih Sa, sandwich buah buat lo. Spesial nih gue bikinin buat lo sama Abim.." kata gadis itu.
Sasa langsung mengambil lunch box itu dan membukanya. "Waah makasih ya Na.." ucapnya sambil tersenyum pada Enna.
Enna mengangguk dan menyandarkan kepalanya pada Rehan yang duduk di sampingnya. "Iya sama-sama.."
Jeje menatap Enna. "Buat kita mana Na? Masa cuma buat Sasa sama Abim aja sih?" tanya gadis itu.
Enna menghela nafas. "Sorry ya, hari ini gue cuma bawa buat Sasa sama Abim aja. Besok deh gue bikini buat lo semua.." kata gadis itu sambil tersenyum.
Arin dan Jeje mengangguk. "Oke deh, kita tunggu ya.." kata Arin.
Enna mengangguk dan mengacungkan jempolnya pada kedua gadis itu.
"Btw, si Abim kok belom dateng ya jam segini?" kata Rehan melihat ke arah jam dinding di kelas mereka.
Sasa yang sedang memakan sandwich menoleh pada Rehan. "Dia kan bareng Pak Arjun, belom diizinin bawa motor sendiri sampe tangannya sembuh. Bentar lagi juga sampe kayaknya.." jawab gadis itu.
Arin menopang dagu. "Abim parah ya lukanya?" tanya gadis itu.
Sasa meletakkan lunch box yang ada di atas pangkuannya. "Lumayan sih, tangannya luka. Sama kemaren tuh dia sempet ditendang juga tuh sama cowok hidung belang." jelas gadis itu mengingat apa yang terjadi pada Abim saat menolongnya beberapa waktu lalu.
Rehan yang tengah memainkan rambut panjang Enna menghela nafas. "Motornya rusak parah ya? Kata dia bagian depannya sampe ada yang patah gitu?"
Sasa nenghela nafas pelan. "Lumayan parah sih, udah dibeliin baru sama Om Han sebenernya tapi karena masih sakit tangannya jadi belom bisa bawa motor sendiri dia.."
"Widih dapet motor baru si Abim, kapan-kapan gue harus minta dibonceng nih kalo udah sembuh tangan dia.." kata Jeje sambil terkekeh.
Rehan menatap Sasa. "Abim nabrakin motornya apa gimana sih Sa?" tanya pemuda itu penasaran.
Sasa mengangguk. "Iya, jadi pas mobil cowok hidung belang yang lagi bawa gue itu jalan tiba-tiba Abim nabrakin motornya. Gue aja kaget pas itu, kenceng banget dia nabraknya.." jelas Sasa.
Arin memainkan bibirnya. "Kalo gak gitu gak bakal berenti soalnya pasti. Mungkin Abim udah langsung mikir mending ditabrak aja biar berenti yakan.." kata gadis itu.
Jeje mengangguk. "Iya, gue kalo jadi Abim juga pasti gitu deh.."
"Apanih? Keknya nama gue disebut-sebut.."
Semua langsung menoleh pada Abim yang baru saja datang dan langsung bergabung dengan mereka. Lengan pemuda itu masih diperban karena lukanya memang belum kering.
Jeje dan Arin menatap Abim. Kedua gadis itu mendekat dan memeluk pemuda itu. "Ihhh gue kira lo udah mati Bim.." kata Arin.
"Iya Bim, gue kira udah bahagia bersama Tuhan lo.." sahut Jeje.
Abim berdecih dan langsung mendorong kedua gadis itu menjauh. "Ye sialan, gak bener banget omongan lo berdua." kata pemuda itu kesal.
Arin dan Jeje langsung nyengir.
Sasa memberikan lunch box berisi sandwich buah buatan Enna kepada Abim. "Spesial dari Enna. Kita dibikinin sandwich buah.." kata gadis itu.
Abim dengan senang langsung mengambil lunch box itu. Dia menoleh pada Enna. "Widihh thanks ya Na. Enak nih keknya.."
Enna mengangguk. "Iya sama-sama. Makan ya Bim.."
"Aduh jadi enak nih, berasa jadi pahlawan gue..." kata Abim sambil memakan sandwich buah.
Semua langsung mendengus mendengar perkataan Abim.
"Bim, tas lo nih! Pede banget lo ke kelas gak bawa apa-apa tas ditinggalin di mobil." kata Arjun yang datang membawa tas Abim.
Tadi dengan percaya dirinya Abim turun dari mobilnya dan langsung berlari menuju kelas tanpa membawa tas, meninggalkannya di dalam mobil.
Abim mendongak menatap Arjun. "Lha iya tas gue.."
Arjun menaruh tas Abim di atas meja dan menggelengkan kepalanya. "Dasar lo ya, emang gak niat sekolah kayaknya. Bisa-bisanya tas ditinggalin di mobil." kata pria itu.
"Yaelah gitu doang ngomel lo, udah kayak mama aja. Yakan gue biasanya bawa motor tas udah otomatis di punggung. Ya kalo naik mobil gini kan gue jadi lupa." sahut Abim sambil memakan sandwichnya.
Arjun memutar bola mata jengah. "Yaudah iya-iya. Ntar pulangnya tungguin gue. Gue ada rapat bentar." kata pria itu.
"Ah elah, gue pulang bareng Arin ajalah. Lama nungguin lo." kata pemuda itu.
Arjun langsung menoleh pada Arin. "Kamu bawa motor Rin?" tanya pria itu.
Arin dengan wajah bersemu mengangguk. "Iya pak, nanti biar Abim bareng saya aja gapapa. Kan searah, saya ngelewatin rumah rumah Abim juga.." jawab gadis itu.
Arjun menghela nafas dan menoleh pada Abim. "Yaudah, tapi langsung pulang ya. Jangan kayak Dora gak bisa dibilangin.." kata pria itu menyindir Sasa.
Sasa mengerucutkan bibirnya. "Iya deh iyaa, emang saya salah kok."
"Bagus kalo kamu sadar." sahut Arjun.
Sasa hanya berdecak dan kembali memakan sandwich buahnya. Dia melengos menghindari Arjun.
Arjun kemudian kembali menoleh pada Arin. "Yaudah ya Rin kalo gitu saya titip Abim, makasih ya udah mau barengin dia." kata pria itu.
Arin mengangguk dan tersenyum. "Iya pak sama-sama.."
"Yaudah kalo gitu saya pergi dulu.."
"Iya pak.." sahut mereka semua.
Jeje kemudian menatap Sasa. "Ntar lo bareng siapa Sa? Kan biasanya sama Abim." tanya gadis itu.
"Sama Om Han, nanti gue dijemput kok. Sekalian mau belanja bulanan hehe.." jawab gadis itu.
"Aduuuuh belanja bulanan, seru ya keknya.." sahut Enna.
"Ya gitu deh hehe..." kata Sasa sambil memakan sandwichnya yang tinggal sedikit.
.
.
"Abim pulang sama siapa? Gak sekalian kamu ajak bareng biar kita anter?" tanya Hansa saat Sasa masuk ke dalam mobilnya.
Sasa yang sedang memakai seatbelt menoleh pada Hansa. "Bareng Arin om, kan rumah Arin ngelewatin rumahnya Abim." jawab gadis itu.
Hansa mengangguk mengerti. "Oh, kalo gak ada barengan atau Arjun pulangnya belakangan ajak bareng aja biar sekalian kita anter." kata pria itu.
Sasa mengangguk. "Iya om." jawabnya.
Sebelum menjalankan mobilnya Hansa meraih sesuatu dari bangku belakang. "Pake ini. Kalo kamu masih pake seragam gini nanti saya dikira Sugar Daddy kamu." kata pria itu memberikan hoodie miliknya pada Sasa.
Sasa menatap hoodie itu. "Ini kan hoodie dari Kak Sheril.." kata gadis itu.
Hansa mengangguk. "Iya, pake aja. Biar gak keliatan banget kalo kamu masih pake seragam." kata pria itu.
Sasa tersenyum dan langsung memakai hoodie itu untuk menutupi seragamnya.
"Udah?" tany Hansa menoleh pada Sasa.
Sasa mengangguk. "Udah om." jawabnya.
Hansa mengangguk dan langsung menjalankan mobilnya meninggalkan kawasan sekolah Sasa. Mereka menuju ke salah satu pusat perbelanjaan yang ada tak jauh dari rumah.
Setelah memarkirkan mobilnya Hansa dan Sasa keluar. Mereka langsung menuju ke dalam pusat perbelanjaan itu.
"Kamu mau beli sesuatu nggak selain bahan makanan?" tanya Hansa menoleh pada Sasa.
Sasa berfikir sebentar, sebenarnya ada beberapa skincare miliknya yang sudah hampir habis.
"Ada?" tanya Hansa.
Sasa mengangguk. "Ada om.."
Hansa menghela nafas pelan. "Yaudah ayo, kamu mau beli apa. Saya temenin." kata pria itu.
Sasa menatap Hansa. "Beneran om? Om temenin?" tanya gadis itu.
Hansa menoleh. "Iya, ayo cepetan kamu mau beli apa?"
"Mau beli skincare om, sama liptint." jawab Sasa.
Hansa mengangguk. "Yaudah ayo kalo gitu, di lantai 3 kalo nggak salah tempat skincare sama make up." kata pria itu.
Sasa tersenyum dan mrngangguk. Gadis itu langsung memeluk lengan Hansa dan mereka berdua berjalan menuju eskalator untuk ke lantai 3. Sesampainya di lantai 3 Sasa langsung membawa Hansa menuju ke toko kosmetik.
"Ambil yang kamu butuhin.." kata Hansa memberikan keranjang belanja kecil pada Sasa.
Sasa langsung menerimanya dengan senang hati. Gadis itu masih memeluk lengan Hansa dan membawanya menuju ke tempat skincare favoritnya. Sasa langsung mengambil beberapa skincare yang memang dia butuhkan.
Beberapa pengunjung lain menatap ke arah mereka. Tentu saja karena Sasa dan Hansa yang menarik perhatian. Umur tidak akan bohong, biarpun Sasa sudah memakai hoodie tapi tetap saja wajahnya masih seperti anak kecil.
"Om aku boleh beli ini nggak?" tanya Sasa memegang satu lipstick di tangannya.
Hansa melihat lipstick itu. "Kemerahan, kamu masih anak sekolah. Beli yang warna-warna natural aja. Jangan yang kayak gini. Sesuaiin sama umur kamu." kata pria itu.
Sasa mengerucutkan bibirnya. "Padahal kan aku pengen keliatan dewasa om. Cewek-cewek karier biasanya pake lipstick yang kayak gini.." kata gadis itu.
Hansa berdecak pelan. Pria itu meraih satu liptint dengan warna natural dan juga lip balm kemudian memberikannya pada Sasa. "Gausah aneh-aneh, kamu cocoknya pake yang kayak gini." kata pria itu.
"Padahal pengan lipstick merah.." gumam Sasa.
Hansa memasukkan liptint dan lipbalm yang dia pegang ke dalam keranjang belanja Sasa. "Udah ini aja. Masih ada yang lain nggak? Kalo udah kita langsung ke bawah aja. Saya risih lama-lama di sini, dari tadi diliatin sama orang-orang." kata pria itu.
Sasa mengangguk. "Udah om.." jawabnya.
"Yaudah ayo bayar dulu.." kata Hansa berjalan menuju ke kasir diikuti oleh Sasa.
Setelah membayar skincare mereka langsung turun kembali ke lantai 1 untuk menuju ke supermarket dan membeli keperluan bulanan.
"Semua udah kamu list kan? Apa aja yang abis.." tanya Hansa yang sedang mendorong troli belanjaan mereka.
Sasa mengeluarkan ponselnya dan mengangguk. "Iya om.."
Hansa menghela nafas dan mendorong trolinya menuju ke tempat kebutuhan pokok.
"Beras sama minyak om.." kata Sasa.
Hansa langsung mengambil berang dan juga minyak yang ada di rak dan memasukkannya ke dalam troli belanja.
"Mie om, tinggal 2 kalo gak salah di rumah." kata Sasa melihat ke arah rak berisi berbagai macam jenis dan merk mie.
Hansa berdiri dan melihat ke arah rak itu. "Kamu mau mie apa?" tanya pria itu.
"Mau mie goreng sama ayam bawang aja." jawab Sasa.
Hansa langsung mengambil mie goreng dan juga ayam bawang masing-masing 10 dan juga mie kari untuknya. "Apalagi?"
"Kopi sama teh.." jawab Sasa.
Hansa kemudian mengambil kopi dan juga teh, setelahnya mereka kembali berjalan ke rak lain.
"Tisu juga abis om.." kata Sasa saat mereka melewati rak yang dipenuhi tisu.
"Kamu abisin gara-gara nonton series gak jelas sampe meler waktu itu.." kata Hansa sambil mendengus. Pria itu mengambil beberapa pack tisu.
Sasa langsung meringis. "Hehe ya gimana ya om, kan sedih seriesnya.."
Hansa hanya memutar bola mata jengah. "Pembalut kamu masih ada nggak, mumpung udah di sini sekalian saya ambilin nih." tanya pria itu menoleh pada Sasa.
Sasa mengangguk. "Iya om, sekalian aja deh."
"Kamu biasanya pake yang mana?" tanya Hansa menatap banyaknya jenis dan merk pembalut yang ada di depannya.
Sasa menunjuk satu merk pembalut yang di pojok. "Yang itu om." jawabnya.
Hansa mendekati rak pojok dan mengambil pembalut yang Sasa maksud. "Empat cukup nggak?" tanya pria itu.
Sasa mengangguk. "Cukup banget om, aku jarang nyetok sih biasanya kalo abis ya langsung beli gitu.."
Hansa memasukkan 4 pack pembalut ke dalam troli belanja. "Mending nyetok daripada bolak-balik beli. Apalagi sekarang?" tanya pria itu.
Sasa kembali melihat list di ponselnya. "Sabun cuci, sabun mandi, sampo sama pewangi om. Beli yang refillnya aja. Lebih murah, kan di rumah ada botolnya. Kata bunda kalo beli yang refill lebih hemat juga om.." kata gadis itu.
Hansa mengangguk. "Iya deh." kata pria itu dan kembali mendorong troli belanja mereka ke tempat persabunan.
Hansa menatap berbagai macam sabun cuci dan menoleh pada Sasa. "Yang mana Sa?" tanyanya.
Sasa ikut berjongkok dan melihat sabun-sabun itu. "Yang cair aja om, lebih bagus. Baunya juga lebih wangi. Bunda biasa pake ini." kata gadis itu mengambil sabun cair yang ada di rak.
"Jangan cuma satu, ambil 4 sekalian biar lama." kata Hansa mengambil 3 sabun lagi dan memasukkannya ke dalam troli.
"Iya om.." sahut Sasa. Gadis itu kemudian menuju ke arah rak pewangi pakaian. Dia langsung mengambil 4 bungkus sekaligus.
"Sabun mandi kamu yang mana? Yang kayak di rumah itu apa mau ganti?" tanya Hansa yang sudah berdiri dan menghadap rak dengan berbagai macam jenis sabun mandi.
"Yang kayak di rumah aja, udah suka sama itu om. Samponya juga samain aja." jawab Sasa.
Hansa pun langsung mengambil sabun dan sampo untuk Sasa sekaligus untuknya. Selesai membeli persabunan mereka beralih ke tempat lain. Ke tempat daging-dagingan dan juga sayuran.
"Kamu mau beli daging?" tanya Hansa menatap Sasa.
Sasa mengangguk. Gadis itu melihat-lihat daging ayam segar di depannya. "Iya, nanti aku mau masakin om. Tadi aku udah bilang ke bunda mau video call sambil masakin om.." jawab gadis itu.
Hansa menaikkan sebelah alisnya. "Mau masak apa emang?" tanyanya.
"Ayam goreng aja sih.."
"Oohh. Kalo gitu saya ambil susu dulu. Kamu pilih aja ayam sama sayurannya." kata Hansa dan pergi meninggalkan Sasa.
Sasa mengangguk. Gadis itu memilih daging ayam yang terlihat segar. Dia juga mengambil beberapa sayuran yang terlihat segar.
Sekitar 5 menit kemudian Hansa kembali membawa susu dan juga beberapa kaleng minuman.
"Kamu mau sesuatu lagi nggak?" tanya Hansa sebelum mendorong trolinya.
"Aku ambil yogurt dulu ya om.." kata Sasa.
Hansa mengangguk. "Yaudah, saya tunggu di tempat buah-buahan." sahut pria itu.
Sasa mengangguk dan gadis itu langsung menuju ke rak yogurt. Sasa mengambil beberapa yogurt yang menjadi favoritnya. Setelah itu dia menyusul Hansa yang sedang memilih buah-buahan.
Cukup lama mereka di tempat buah-buahan karena sama-sama tidak bisa memilih. Mereka akhirnya meminta bantuan salah satu pegawai di sana untuk memilihkan buah yang bagus-bagus.
"Beli chiki dulu, kamu biasanya kan suka ngemil kalo lagi nonton." kata Hansa mendorong trolinya ke arah rak chiki-chikian.
Sasa langsung tersenyum senang. Gadis itu dengan bahagia memilih beberapa chiki yang memang menjadi favoritnya. Setelah mengambil chiki-chiki itu Sasa langsung menaruhnya ke dalam troli belanja.
Hansa yang melihat banyaknya chiki yang Sasa ambil hanya bisa menghela nafas saja.
.
.
"Sepatu kamu Sa." kata Hansa menatap Sasa yang akan meninggalkan sepatunya tanpa ditaruh di rak.
Sasa langsung mundur. "Eh iya.." kata gadis itu dan langsung menaruh sepatunya di rak.
Hansa menggelengkan kepalanya pelan. Pria itu membawa dua kantong plastik besar berisi belanjaan mereka. Begitupun dengan Sasa yang juga tengah membawa dua kantong plastik besar.
Mereka langsung membawa semua belanjaan itu ke dapur. Hansa menaruh beras dan minyak di dalam lemari bawah, sedangkan kopi dan teh di rak atas.
Sasa yang awalnya duduk di kursi langsung memeluk Hansa yang sedang merapikan belanjaan mereka dari belakang.
"Ooom..."
"Saya lagi beresin ini Sa, kamu tuh dari pada nemplokin saya gini mending bantuin juga." kata pria itu berjalan menuju ke arah kulkas dan memasukkan susu serta beberapa minuman kaleng ke sana.
Sasa malah menempelkan pipinya di punggung Hansa. "Ntar dulu, mau nemplokin om dulu." kata gadis itu.
Hansa menghela nafas pelan. Pria itu bolak-balik beberapa kali mengambil sayur dan juga daging untuk dimasukkan ke dalam kulkas.
"Om kok wangi banget sih?" tanya Sasa sambil mendengus-endus punggung Hansa. Gadis itu mengikuti kemanapun Hansa melangkah.
Hansa melirik Sasa melalui sudut matanya. "Wangi? Salah idung kamu kayaknya Sa. Kita baru aja pulang dari supermarket, saya abis angkat-angkatin barang loh. Yang ada saya bau keringet Sa bukan wangi.." kata pria itu.
Sasa menggeleng. "Enggak, om wangi banget kok." sahutnya.
Hansa menggelengkan kepala pelan, pria itu memasukkan chiki-chiki milik Sasa ke dalam lemari bawah.
Sasa tiba-tiba melepas pelukannya dan beridiri di depan Hansa yang ingin mengambil barang lain. Hansa tentu saja menatap gadis itu heran.
"Kenapa? Saya mau beresin ini Sa.." kata pria itu menunjuk belanjaan mereka yang masih ada di atas meja.
Sasa tersenyum, gadis itu tiba-tiba berjinjit dan mencium bibir Hansa. Memeluk leher pria itu dengan erat.
Hansa tentu kaget, tiba-tiba mendapat serangan seperti ini.
"Makasih ya om udah beliin aku skincare sama jajan juga.." kata Sasa setelah melepas ciumannya.
Hansa menipiskan bibir bawahnya dan menatap Sasa. "Udah kewajiban saya.."
Sasa tersenyum lebar. Gadis itu kembali berjinjit dan memberikan beberapa ciuman di bibir Hansa.
To Be Continue
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
