Om Han (23. Lambe Sekolah)

0
0
Deskripsi

“Maksud lo apaan nulis berita gak bener soal gue? Gue bukan cewek murahan ya sat, lo kalo nulis berita jangan hoax dong. Mau rambut lo gue botakin?” — Sasa.

23. Lambe Sekolah

 

.

 

 

.

"Om?" panggil Sasa. Gadis itu sedang duduk sarapan bersama Hansa.

Hansa yang tadi memasak, pria itu membuat nasi goreng. Sasa benar-benar merasa malu karena malah Hansa yang memasak, padahal Bunda dan Naya sudah bilang padanya kalau bisa dia yang memasak untuk mereka. Bukan malah seperti ini.

"Apa?" sahut Hansa yang fokus makan nasi gorengnya.

Sasa menggigit bibir bawahnya sebentar. "Om nanti lembur?" tanyanya.

Hansa menggeleng. "Enggak. Nanti saya jemput pulangnya, jangan keluyuran. Tungguin depan gerbang sekolahan kamu." kata pria itu sambil menatap Sasa.

Sasa langsung melebarkan senyumnya dan mengangguk. "Oke om."

"Oh iya, nanti saya mau belanja kebutuhan dapur. Kamu kalo mau beli sesuatu list aja dari sekarang, biar nanti pas sampe supermarket gak ada yang kelupaan." kata Hansa.

Sasa mengangguk. "Oke."

"Yaudah, cepet abisin makanan kamu. Udah jam segini, bentar lagi udah mulai macet kalo gak cepet berangkat.." kata Hansa melirik ke arah jam.

Sasa mengangguk dan langsung memakan nasi gorengnya hingga habis. Gadis itu juga meraih gelas berisi air putih dan meminum isinya hingga tak tersisa.

Selesai sarapan mereka membereskan piring dan juga peralatan makan lain yang kotor. Hansa langsung mencuci semua piring kotor itu.

"Kenapa gak nanti aja cuci piringnya om?" tanya Sasa yang sedang memegang gelas.

"Saya gak suka liat piring kotor  numpuk. Kamu juga harus biasain diri. Selesai makan harus langsung dicuci. Ngerti?" jawab pria itu sambil menatap Sasa.

Sasa mengangguk. "Ngerti om." jawabnya.

"Bagus. Jangan sampe kamu kalo abis makan sesuatu ninggalin piring kotor sampe numpuk. Bisa jadi sarang bakteri. Keliatan kotor juga, kita kalo punya rumah harus dijaga, sebisa mungkin harus bersih. Kalo rumah bersih suasana juga nyaman.." kata Hansa membilas piring-piring yang masih dipenuhi sabun.

Sasa mengangguk mengerti. "Oke om, mulai besok biar aku yang nyuci piring. Kan aku mau jadi istri idaman buat om.." kata gadis itu.

Hansa mengambil gelas yang Sasa pegang dan mencucinya. "Terserah kamu, yang penting kamu konsisten terus. Harus bersih."

"Siap!" sahut Sasa.

Hansa mengangguk. Pria itu mengusap tangannya dan berjalan menuju ke ruang tamu. Mengambil tas kerjanya yang ada di sana. Dia kemudian menoleh pada Sasa.

"Cepetan, ayo berangkat." kata pria itu.

Sasa mengangguk. Mereka pun keluar dari rumah dan langsung menuju ke mobil Hansa.

"Kapan-kapan aku boleh ke kantor om gak?" tanya Sasa sambil memakai seatbeltnya.

Hansa mengerutkan keningnya. "Mau ngapain?"

Sasa mengerucutkan bibirnya. "Ya main aja, atau bawain om makanan gitu.." jawabnya.

"Bawain makanan? Mau bawain saya apa? Masak aja gak bisa.." sahut Hansa sedikit mengejek.

Sasa mengepalkan tangannya. "Aku bakal belajar masak lagi, aku bakal buktiin ke om kalo aku nanti pasti jago masak." kata gadis itu sungguh-sungguh.

Hansa menipiskan bibirnya, pria itu mulai menjalankan mobilnya keluar dari gerbang. "Oke, buktiin. Jangan cuma ngomong aja kamu." sahutnya.

"Oke." sahut Sasa.

Hansa mengangguk.

"Om?" panggil Sasa lagi.

"Apa?" sahut Hansa tanpa menoleh. Pria itu menatap jalanan yang ada di depan mereka.

"Aku cantik gak?" tanya Sasa.

Hansa mengerutkan keningnya, pria itu kemudian menoleh pada Sasa. "Cantik."

Sasa yang mendengar jawaban Hansa langsung melebarkan senyumnya.

"Tapi cantik aja gak cukup. Buat apa cantik kalo pemales, berantakan, ceroboh kayak kamu? Orang rajin dan rapih keliatan lebih wah dibanding orang cantik di mata saya." kata Hansa.

Sasa langsung berdecak dan menghela nafas pelan. Gadis itu mengeluarkan ponselnya dari dalam tas dan membalas chat dari teman-temannya.

"Aku boleh ajak temen-temen aku ke rumah nggak om?" tanya.

"Mau ngapain?"

"Ya main aja, biasanya pas di rumah mereka suka main gitu. Boleh nggak om?" tanya Sasa.

"Siapa aja?"

"Ya biasa om, temen deket aku semua. Jeje, Arin, Enna, Abim sama Rehan.." jawab Sasa.

"Asal kalian gak bikin rumah kotor sama berantakan ya boleh-boleh aja." kata Hansa membelokkan mobilnya ke arah sekolahan Sasa.

Sasa langsung mengembangkan senyumnya. "Yes, makasih om."

"Hmm.."

Sasa kembali menatap layar ponselnya. Kini gadis itu sedang melihat TikTod.

"Udah sampe." kata Hansa menghentikan mobilnya di depan gerbang sekolah Sasa. Pria itu menoleh pada Sasa yang masih asik scrool TikTod.

"Sa. Udah nyampe sekolahan kamu." kata Hansa sambil menatap Sasa, menepuk bahu gadis itu pelan.

Sasa langsung tersadar. Gadis itu memasukkan ponselnya ke dalam saku bajunya. "Ah iya.."

"Belajar yang bener biar kamu lulus. Jangan kebanyakan main-main, jangan bikin ulah juga. Inget, kamu udah kelas 3." kata Hansa menasehati.

"Iya om.." sahut Sasa. Gadis itu menarik tangan Hansa dan langsung salim.

"Nanti tungguin di depan sini aja. Jangan keluyuran." kata Hansa mengingatkan.

Sasa menatap Hansa dan langsung mencium bibir pria itu. "Iya-iya. Aku inget kok. Byee suami, aku sekolah dulu hehe.." kata gadis itu membuka pintu mobil dan langsung keluar.

Hansa menghela nafas. Pria itu menggelengkan kepala pelan melihat Sasa yang kini sedang melambaikan tangan padanya.

"Ada-ada aja tuh anak.." gumamnya dan langsung menjalankan mobilnya lagi.

.

.

"Hai Sa..."

Sasa menoleh, di sampingnya sudah ada Farid. "Eh Rid, hai.."

Farid tersenyum. "Baru dateng Sa?"

Sasa mengangguk. "Iya. Lo juga?"

Farid menggeleng. "Enggak, udah tadi kok. Abis dari kantin gue." jawabnya.

"Oh, btw ada apaan nih nyamperin gue?" tanya Sasa sambil menatap Farid.

Farid tersenyum, tangannya menggaruk tengkuk. "Em itu Sa, ntar balik sekolah mau jalan sama gue nggak?"

Sasa langsung mengerutkan keningnya. "Hah? Jalan sama lo? Lo kan pacarnya Adel, gak mau Rid. Ntar gue dilabrak sama dia." kata gadis itu menolak. Dia tidak mau dilabrak oleh Adel, malas sekali rasanya berurusan dengan gadis itu.

Farid menggeleng. "Enggak Sa, gue udah putus kok sama dia.."

Sasa juga menggeleng. "Gue tetep gak mau Rid. Adel tuh ngeselin pasti nanti dia ada aja kelakuannya. Gue males berurusan sama dia. Sorry Rid. Cari cewek lain aja, jangan gue." kata gadis itu dan langsung pergi menuju ke kelasnya.

"Sa! Sasa! Yaelah, gagal deh mau pdkt sama Sasa.." gumam Farid kesal. Pemuda itu berdecak melihat Sasa yang sudah memasuki kelasnya.

Tak jauh dari tempat Farid ada Adel dan Putri yang sedari tadi mengawasi. Kedua gadis itu dari tadi memperhatikan interaksi antara Sasa dan juga Farid.

"Sialan, pasti Faris mutusin gue gara-gara si Sasa.." kata Adel sambil meremas botol air mineral yang dia pegang.

Putri mendengus. "Emang si Sasa tuh kegatelan banget. Lo tau sendiri kan kalo dideketin sama cowok dia pasti mau-mau aja." sahutnya.

Adel melempar botol air mineral yang dia pegang ke dalam tempat sampah. Gadis itu menoleh dan menatap Putri. "Kita sebarin aja foto dia yang sama om-om pas di mall itu..." ucapnya.

Putri tersenyum dan mengangguk. "Iya, gue bakal sebarin fotonya ke Gita. Dia kan admin akun gosip sekolah, pasti langsung heboh tuh.."

Adel menyeringai. "Gue bakal cetak fotonya, nanti gue tempel di mading." kata gadis itu  

Putri mengangguk. "Yaudah, kita masuk ke kelas dulu. Nanti istirahat baru kita sebarin foto si Sasa." kata gadis itu.

"Iya."

Kedua gadis itupun pergi menuju ke kelas. Mereka yakin sekali pasti Sasa akan langsung dipermalukan oleh anak-anak. Semua akan tau kalau Sasa memang murahan, mau dengan semua pria. Bahkan mau menjadi sugar baby untuk om-om.

Sedangkan di kelas, Sasa tentu langsung menghampiri teman-temannya yang sudah datang semua.

"Pagi semuaaaa..." sapa gadis itu dengan senyuman lebar di bibirnya.

Jeje yang sedang memakai liptint langsung menoleh pada Sasa. Gadis itu menyipitkan matanya. "Waah dari muka-mukanya kek lagi seneng nih. Gak kayak waktu itu, sepet banget mukanya.." kata gadis itu.

Sasa meletakkan tasnya ke atas meja dan tersenyum. Gadis itu mengagguk. "Hehe iya dong, kan hari ini dianterin sama Om Han. Terus tadi dimasakin juga.." kata gadis itu.

Rehan menopang dagu menatap Sasa. "Lo belajar masak dong Sa. Masa cuma bisa bikin sambel kentang ati aja. Kasian Om Han kalo tiap hari harus masakin lo mulu, kan sebagai suami istri harus gantian masaknya.." kata pemuda itu.

Abim mengangguk. "Bener tuh, gue sama Arjun aja dari kecil udah diajarin sama mama kalo pas udah nikah harus saling bantu sama istri nanti. Gak boleh berat sebelah kalo urusan rumah, biarpun gue gak bisa masak tapi nanti kalo istri gue udah selesai masak gue yang bakal nyuci piring, atau lakuin hal lain. Gue bisa bantuin istri gue motong sayuran atau mungkin siapin alat makan. Tapi kata mama gue kalo bisa dalam rumah tangga tuh harus ada kerja sama, jangan sampe kayak lo gini Sa. Apalagi Bang Hansa kerja juga, pasti capek. Lo harus bisa bantuin dia.." kata pemuda itu.

Semua langsung bertepuk tangan mendengar ucapan Abim.

"Nah ini, gitu Sa. Jadi mentang-mentang Om Han mau masak tapi lo jangan lepas tangan. Lo harus tetep belajar. Dia pasti lebih seneng kalo lo juga bisa masak buat dia. Apalagi kalo misalnya pas pulang kerja di meja makan udah ada makanan, pasti dia seneng banget.." kata Arin.

Jeje mengangguk. "Setuju! Gue aja nanti kalo udah lulus sekolah mau belajar masak. Kalo sekarang belum pengen soalnya belum mau nikah. Tapi kalo nanti udah lulus sekolah gue bakal belajar masak sih.." kata gadis itu.

Enna tersenyum. "Untung gue kalo diajarin masak sama mama nurut aja, jadi aman deh. Sekarang udah bisa masak hehe.." kata gadis itu.

Sasa menghela nafas. Gadis itu agak menyesal mendengar ucapan teman-temannya. Perkataan mereka benar semua, harusnya dia semakin rajin belajar memasak setelah menikah. Tapi nyatanya tidak begitu, mengetahui bahwa Hansa bisa memasak dia malah jadi malas karena merasa bahwa pria itu bisa membuat makanan sendiri tanpa harus meminta padanya.

"Belajar masak Sa, pasti Om Han seneng kalo lo bisa masakin dia" kata Rehan sambil memakan roti yang dia pegang.

Sasa menarik nafas dan menghembuskannya. "Iya. Gue bakal belajar mas lagi."

Rehan mengacungkan jempolnya. "Nah gitu dong, biar lo jadi istri idaman. Kan lo sendiri yang waktu itu bilang pengen jadi istri idaman buat Om Han." kata pemuda itu.

Jeje merangkul bahu  Sasa. "Bener tuh Sa, lo yang waktu itu bilang sendiri mau jadi istri idaman. Kita pokoknya dukung lo kok." kata gadis itu sambil tersenyum.

"Betuul, kita selalu dukung lo. Lo pati bisa Sa.." sahut Arin.

Sasa tersenyum dan mengangguk. "Makasih ya guys.."

"Iyaa.."

"Pak Rudi dateng, sttt!" kata Abim memberi kode pada temann-temannya kalau guru mereka datang. Semua langsung tenang dan kembali ke tempat duduk masing-masing.

"Pagi semuanya.."

"Pagi pak.."

.

.

"SASAAAA! SAAAAA ANJIR!" Rehan langsung melompat ke depan Sasa yang sedang makan siomay di sudut kelas sambil duduk lesehan bersama Jeje.

"Apasih Han? Heboh banget?" tanya Sasa menatap Rehan yang masih ngos-ngosan di depannya.

"Tau nih, dateng-dateng langsung teriak gitu. Terus Enna mana? Lo tinggalin?" tanya Jeje yang sedang memakan donat.

"Enna masih beli cilok. Sa, liat nih..." kata Rehan mengeluarkan selembar kertas dari sakunya.

Sasa mengambil kertas yang Rehan berikan padanya. Mata gadis itu melebar melihat fotonya saat sedang berada di mall bersama Hansa beberapa waktu lalu.

Jeje mendekatkan kepalanya pada kertas itu. "Lha anjir, ini Om Han kan? Siapa nih yang ngambil foto lo diem-diem Sa?" tanya gadis itu.

Sasa menggelengkan kepalanya. "Gatau gue Je. Pas ini gue cuma beli es krim sama Om Han, gue gak liat sekitaran gue.."

"Tapi untung sih motonya dari belakang, jadi muka Om Han gak keliatan." kata Rehan.

"Tapi ini anjir banget yang ngasih tulisan, liat nih masa katanya Sasa simpenan om-om gadun. Sugar baby dia, resek banget sih nih orang yang nyebarin foto ini." kata Jeje sambil menggelengkan kepalanya.  

Sasa hanya tertawa pelan. "Biarin ajalh, bodo amat. Bentar lagi juga lulus, udah bodo amat gue." kata gadis itu cuek. Malas juga mengurusi hal seperti ini.

Rehan ikut duduk, pemuda itu bersandar pada  kursi di belakangnya. "Kalo guru-guru ada yang nanyain gimana Sa?" tanyanya.

"Ya gue jawab aja kalo itu om gue, tenang aja Han. Santai.." kata gadis itu sambil tersenyum.

"Sasa ya ampun Sa! Buka akun lambe sekolah Sa! Buruan Sa!" kata Arin yang baru saja masuk ke dalam kelas bersama Abim.

Sasa menatap gadis itu heran. "Kenapa sih Rin?" tanyanya.

Aring langsung duduk di depan Sasa. "Buruan buka aja akunnya. Ada foto lo anjir, captionnya sumpah parah banget." kata gadis itu.

Sasa pun langsung mengeluarkan ponselnya dan membuka akun twitter lambe sekolah. Tempat dimana gosip-gosip paling hot di sekolah diumbar.

"Anjir! Kalo ini sih gue gak bisa sabar. Sumpah ya nih yang ngasih info minta disleding kepalanya." kata Sasa membaca caption di postingan itu.

Di sana tertulis kalau Sasa menjadi Sugar Baby dan simpanan om-om. Yang  lebih parah  adalah di sana juga tertulis kalau Sasa menjual diri dan bisa dipakai oleh om-om itu.

"Gak bisa di diemin, harus nyari si Gita nih gue. Posting berita gak bener banget." kata Sasa langsung berdiri dan hendak mencari Gita.

Jeje dan Arin ikut berdiri.  "Ikut Sa!" kata kedua gadis itu.

Sasa menoleh dan mengangguk. "Ayo."

Ketiga gadis itupun keluar hendak mencari Gita si admin lmbe sekolah.

"Saaa mau kemana?" tanya Enna yang baru saja kembali setelah membeli cilok.

"Mau nyari Gita. Ikut gak lo?" tanya Sasa menatap Enna.

Enna tentu langsung mengangguk. "Ikut." jawabnya.

"Ayo." kata Sasa.

Enna langsung berlari menghampiri mereka dan ikut untuk mencri Gita.  Di depan pintu kelas Abim dan Rehan saling berpandangan. "Seru nih kayaknya, liat yok Bim."

Abim mengangguk sambil memegang ponselnya. "Ayo, hp gue udah siap buat rekam." kata pemuda itu.

Rehan tersenyum dan mengangguk. Mereka kemudian berjalan untukk mengikuti Sasa dan yang lain. Abim tentu sudah menyiapkan ponselnya untuk merekam semua kejadian yang akan terjadi nantinya.

Sasa berjalan menuju ke ruang OSIS, di sana dia melihat Gita yang sedang mengetik sesuatu pada laptopnya.

BRAAK!

"Heh Gita! Maksud lo apaan nulis kek gitu di akun lambe? Nyari masalah lo sama gue?!" tanya Sasa sambil menggebrak meja.

Gita tentu saja kaget karena kedatangan tiba-tiba Sasa apalagi dengan gebrakan meja  yang juga dilakukan oleh Sasa.

"Apa sih Sa?" tanya gadis itu sambil berdiri dan menatap Sasa.

Sasa langsung mendorong Gita hingga punggung gadis itu terbentur tembok. Sasa menaruh tangannya di samping kepala Gita dan menatap tajam gadis itu.

"Maksud lo apaan nulis berita gak bener soal gue? Gue bukan cewek murahan ya sat, lo kaalo nulis berita jangan hoax dong. Mau rambut lo gue botakin?" tanya Sasa sambil mengancam.

Gita menggeleng ketakutan. "So--sorry Sa, gue cuma dapet info aja. Gue dikasih foto itu terus disuruh upload di akun lambe.." kata gadis itu dengan suara yang mulai bergetar.

"Ye si anjir! Lo kalo gatau apa-apa gak usah mau lah kalo disuruh, kayak gini kan bikin nama Sasa jadi jelek. Temen gue nih, enak aja dikatain jadi simpenan om-om." kata Jeje.

Arin mengangguk. "Tau nih! Lo jadi admin liat-liat lah beritanya, lo cari dulu sumber yang bener. Jangan asal nulis kayak gini. Bikin nama Sasa jelek aja, bisa kena pasal lo Git. Pencemaran nama baik."

"Bener tuh, mau lo dilaporin polisi?" sahut Enna sambil menatap Gita.

Gita langsung menggelengkan kepalanya. "Enggak, maafin gue Sa please. Gue bakal hapus kok postingannya. Gue hapus sekarang..." kata gadis itu dengan takut.

Gita langsung menuju ke laptopnya dan menghapus postingan itu. Setelahnya dia menatap Sasa dan menunjukkan layaar laptopnya yang menunjukkan akun twitter lambe sekolah.

"Udah gue hapus Sa, jangan laporin gue." kata gadis itu.

Sasa  meliat layar laptop Gita dan mengangguk. "Bagus. Sekarang lo bikin postingan kalo yang tadi tuh gak bener. Lo harus klarifikasi kalo berita soal  gue itu gak bener." kata gadis itu beralih menatap Gita.

Gita mengangguk. "Iya Sa, gue bakal bikin postingan klarifikasi.." kata gadis itu.

Sasa mengangguk. "Lo bilang ke gue, siapa  yang udah ngsih lo foto gue? Siapa yang udah nyuruh lo bikin postingan itu?" tanya Sasa.

Gita diam, gadis itu berhenti mengetik.

"Heh! Ditanya tuh jawab, siapa yang nyuruh lo bikin postingan tadi?!" tanya Jeje.

"Jawab woy, gak punya mulut lo?" sahut Enna.

"Budek lo Git? Ditanya malah diem aja.." sahut Arin.

"Adel sama Putri. Mereka yang tadi nyamperin gue terus ngasih foto itu. Mereka juga yang bilang kalo lo jadi simpenan om-om. Mereka yang  nyuruh gue nulis captionnya." jawab Gita.

Sasa memukul meja di depannya dengan emosi. Tidak habis fikir dengan kelakuan kedu gadis itu. Kenapa mereka terus saja mengganggunya.

"Bener-bener ya tuh orang berdua, ntar pulang haruus gue samperin mereka." kata Sasa sambil mengepalkan tangannya emosi.

Jeje menghela nafas. "Emang mereka berdua tuh nyari masalah mulu." kata gadis itu.

"Yaudah ntar pulang kita samperin aja. Sekarang kita balik ke kelas, bentar lagi masuk." kata Enna melihat jam yang menggantung di dinding.

Sasa mengangguk. "Iya." Gadis itu kemudian menoleh pada Gita. "Awas ya Git, kalo sekali lagi lo bikin postingan hoax gini gue laporin lo atas tuduhan pencemaran nama baik." kata gadis itu tegas.

Gita mengangguk takut. "Iya Sa, sorry. Gue gak akan gangguin lo lagi. Ga bakl bikin postingan soal lo." kata gadis itu.

"Gue pegang kata-kata lo." kata Sasa. Gadis itu kemudian menatap kepada teman-temannya. "Ayo guys, ke kelas."

Arin, Jeje dan Enna mengangguk. Mereka kemudian berjalan meninggalkan ruang OSIS untuk kembali ke kelas mereka. Di depan pintu ada Rehan dan Abim yang sedari tadi terus menonton dan merekam kejadian itu.

.

.

"Lama banget tuh dua cabe-cabean." kata Sasa yang sedang bersandar pada tembok di lorong menuju ke parkiran sekolah.

"Iya anjir, padahal gue udah gak sabar mau labrak mereka." sahut Enna yang sedang memakan siomay.

"Itu tuh! Yuk samperin." kata Jeje menunjuk Adel dan Putri yang sedang berjalan menuju ke arah mereka.

Sasa langsung menoleh, gadis itu langsung berjalan ke arah Adel dan Putri. Dengan emosi yang memuncak gadis itu meregangkan jari-jarinya.

"Awas ya lo berdua, bikin berita  hoax soal gue." kata Sasa sambil berjalan. Gadis itu berhenti tepat di depan Adel dan Putri.

"Ngapain lo? Dasar simpenan om-om. Sugar baby. Enak dipake sama gadun?" tanya Adel sambil menatap Sasa.

Sasa mengatur nafasnya yang memburu. Gadis itu dengan sekuat tenaga menampar Adel.

Plak!

"Adel!" Putri berteriak kaget melihat hidung Adel yang berdarah karena tamparan Sasa barusan.

Gadis itu  menoleh pada Sasa. "Sialan! Lo ngapain nampar temen gue anjing?!" teriaknya.

"Heh!" Sasa langsung menjambak rambut Putri. "Lo ngapain nyuruh Gita bikin berita hoax soal gue hah?! Gue bukan simpenan om-om ya sat!  Jangan bikin hoax!" kata gadis itu sambil menarik rambut Putri dan mendorong gadis itu hingga terjatuh ke lantai.

"Kurang ajar ya lo!  Bangsat lo lonte dasar!" teriak Adel sambil memegangi hidungnya yang masih mengeluarkan darah.

Sasa menoleh dan mencengkram dagu Adel kuat. "Besok-besok kalo lo masih nyari masalah sama gue awas ya Del. Gak cuma mimisan, gue bakal bikin idung lo patah. Inget tuh. Jangan main-main sama gue." kata gadis itu dan langsung mendorong Adel hingga gadis itu terjatuh ke samping Putri.

Sasa menatap kedua gadis yang terduduk di lantai itu. "Jangan main-main sama gue. Gue orangnya emosian." kata gadis itu menunjuk Adel dan Putri.

Jeje, Enna dan Arin mengangguk. Mereka berdua hanya menatap Sasa yang sedang memberi Adel dan Putri pelajaran.

"Na, sini.." kata Sasa.

Enna kemudian memberikan botol air mineral yang dia pegang pada Sasa. "Nih.."

Sasa kemudian membuka botol itu dan menyiramkannya pada Adel dan Putri. "Makan tuh kuah cilok!"

"Bangsat lo Sa!"

"Sialan!"

Sasa menyeringai dan melempar botol air yang sudah kosong itu pada  Adel dan Putri.

"Yuk cabut..." kata Sasa menatap teman-temannya.

Mereka mengangguk dan segera meninggalkan tempat itu. Membiarkan Adel dan Putri yang kini dipenuhi oleh kuah cilok yang bau.

 

             To Be Continue

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
Om Han
Selanjutnya Om Han (24. Mama Mertua)
3
7
“Hansa-Hansa, dikenalin sama cewek yang mapan yang pinter ngurus rumah kenapa malah dapetnya yang kayak gini sih? Saya gak tau apa yang kamu lakuin tapi saya yakin Hansa nikahin kamu bukan karena dia emang pengen, pasti karena sesuatu yang lain.” – Mama Nika.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan