
“Mas Arbi tuh suka sama dia, tadi aku ajak pulang gak mau. Pake tapi-tapi mulu. Mentang-mentang itu ceweknya seksi, montok, bohay, beda sama aku.” — Sya.
“Iya sayang, jangan marah lagi ya. Mas gak pernah ada pikiran buat cewek lain, mas cuma mikirin kamu aja. Pulang ya kita?” — Arbi.
33. Cecil
.
.
"Beliin baju buat Mama sama Papa juga.." kata Arbi menoleh pada Sya yang sedang memilih baju.
Sya menoleh. "Gapapa Mas?"
"Ya gapapa lah, Papa sukanya baju yang gimana? Kamu tau kan ukurannya?" tanya Arbi.
Sya mengangguk. "Papa sih sukanya baju-baju batik gitu Mas, kan suka dateng ke kondangan atau acara apa gitu.." jawabnya.
Arbi berfikir sebentar. "Di sebelah sana ada yang jualan batik bagus-bagus, ayo ke sana dulu kita beli buat Papa sama Mama. Nanti kalo udah baru ke sini lagi milih baju.." kata pemuda itu menggandeng tangan Sya.
Sya mengangguk dan mengikuti Arbi, mereka menuju ke bagian agak pojok tempat dimana ada penjual baju batik yang biasa Arbi datangi dulu saat membelikan Almarhum Kakek dan Nenek baju.
"Nah itu Sya.." kata Arbi saat melihat toko yang biasa dia datangi. Sya mengangguk melihat banyaknya baju-baju batik dengan berbagai motif dan model di sana.
"Selamat datang, eh Mas Arbi ternyata. Udah lama nih Mas gak keliatan.." kata seorang Ibu yang merupakan pemilik tempat itu. Bu Mulyati namanya tapi biasa dipanggil Bu Mul saja.
Arbi tersenyum. "Iya nih Buk.."
"Sama siapa ini Mas? Cantik banget, pacaranya ya?" tanya Bu Mul.
Arbi terkekeh pelan. "Istri saya Buk.." jawabnya.
"Masyaallah istri Mas Arbi? Cantiknya, namanya siapa Mbak?" tanya Bu Mul menatap Sya sambil tersenyum.
Sya menyalami Bu Mul dan tersenyum ramah. "Saya Sya Buk.."
"Cantiknya, kenalin nama Ibuk, Mulyati. Tapi Mbak bisa panggil Bu Mul aja.." kata Bu Mul memperkenalkan diri sambil menepuk-nepuk pelan lengan Sya.
Sya mengangguk mengerti. "Iya Bu Mul.."
Bu Mul tersenyum. "Ini mau cari batik couple apa gimana? Lagi ada model-model baru loh Mas, bagus-bagus. Cocok pasti kalo dipake Mas sama Mbak.." kata Bu Mul menoleh pada Arbi.
"Ah ini Buk, saya mau nyari batik buat mertua saya.." jawab Arbi.
"Ohh buat mertua, ayo ibuk tunjukin yang bagus-bagus. Masuk dulu.." kata Bu Mul mengajak Arbi dan Sya masuk ke dalam toko.
Sya semakin kagum melihat banyaknya baju-baju batik dengan berbagai model. "Wah kalo bajunya bagus-bagus gini Mama juga pasti suka Mas.." kata gadis itu.
"Mau sekalian aja beliin Mama sama Bang Evan? Mumpung di sini kita pilihin buat mereka?"
Sya menoleh dan mengangguk. "Iya deh Mas, sekalian aja."
"Nah ini model terbaru, cocok dipake buat kondangan atau acara-acara resmi gitu. Motifnya juga bagus, warnanya gak terlalu cerah cocok buat orangtua.." kata Bu Mul menunjukkan beberapa model baju batik koleksinya.
Sya dan Arbi melihat baju-baju yang dipegang oleh Bu Mul. "Dipilih dulu, ibuk mau ke depan ya. Mas sama Mbak silahkan pilih-pilih, di sebelah sana ada baju batik couple yang cocok buat Mbak sama Mas.." kata Bu Mul.
Sya dan Abi mengangguk. "Iya Buk.." jawab mereka.
Bu Mul pun pergi meninggalkkan Arbi dan Sya di dalam toko untuk memilih.
"Ini bagus kayaknya Mas.." kata Sya mengambil satu baju batik dengan motif yang cukup menarik.
Arbi mengangguk. "Iya, cocok buat Papa kayaknya. Mau ambil ini?" tanya pemuda itu.
Sya mengangguk. "Iya Mas, ini aja buat Papa. Terus yang ini buat Mama.." jawabnya sambil meraih satu baju batik lain yang terlihat cocok untuk Mama Sinta.
"Mas pilihin buat Bang Evan ya?" tanya Arbi sambil menatap Sya.
Sya menoleh dan mengangguk. "Iya Mas.." jawabnya.
Arbi pun berjalan menuju ke sisi lain toko untuk memilihkan baju Evan. Sepertinya selera mereka sama jadi dia bisa memilihkan baju untuk pria itu.
Setelah mendapat baju batik yang sesuai Arbi menghampiri Sya yang sedang ada di pojok. Gadis itu melihat baju batik couple yang terlihat sangat bagus. Tangannya meraih baju itu dan mengusap permukaannya.
"Kamu mau itu?" tanya Arbi.
Sya menoleh dan menatap Arbi. "Enggak kok Mas.."
Arbi terkekeh pelan. "Ambil aja, bagus kok itu. Mas suka, bentar lagi kan musim kondangan Sya bisa tuh kita pake." kata pemuda itu.
"Gapapa Mas kita beli ini?" tanya Sya.
Arbi mengangguk. "Iya, ambil gih kita bayar sekarang." kata pemuda itu.
Sya langsung mencari ukuran yang cocok untuk mereka, setelahnya mereka berdua pergi ke depan untuk membayar. Setelah membayar semua belanjaan di toko Bu Mul mereka pergi untuk melanjutkan belanja di tempat lain.
"Mas tunggu di luar ya? Malu kalo ikut masuk ke dalem, banyak orang gitu." kata Arbi saat mereka sampai di depan toko pakaian dalam.
Sya mengangguk mengerti. "Iya Mas.." jawabnya.
Arbi kemudian memberikan beberapa lembar uang seratus ribuan pada Sya. "Ini kamu pake buat beli.."
"Kan uang bulanan aku masih ada Mas.." kata Sya.
Arbi meraih tangan Sya dan meletakkan uang itu ke dalam genggaman tangannya. "Uang bulanan itu buat keperluan rumah, ini pake aja. Mas juga mau ke toko sana ya, mau nyari kaos. Nanti kalo kamu udah selesai samperin mas ke sana." kata pemuda itu menunjuk ke toko pakaian yang ada di depan toko pakaian dalam itu.
Sya mengangguk mengerti. "Iya deh Mas.." jawabnya.
"Yaudah sana masuk, pilih yang seksi.." canda Arbi sambil mengacak rambut Sya gemas.
Sya terkekeh pelan. "Iya deh. Aku masuk dulu ya Mas.." kata gadis itu dan berbalik masuk ke dalam toko pakaian dalam yang ada di depannya.
Arbi juga pergi menuju ke toko baju yang tadi dia maksud. Saat masuk ke dalam toko itu Arbi langsung disambut oleh seorang gadis yang merupakan pegawai toko itu.
Arbi masuk dan langsung menuju ke tempat pakaian cowok. Arbi melihat-lihat kaos tanpa lengan yang ada di sana. Belakangan ini dia memang lebih suka memakai kaos-kaos tanpa lengan saat sedang bersantai di rumah bersama Sya. Lebih nyaman saja rasanya.
Arbi memasukkan 3 kaos tanpa lengan ke dalam keranjang belanja yang dia pegang. Pemuda itu lanjut berjalan dan memilih kaos santai biasa yang ada di sana. Dia juga mengambil beberapa kaos yang memiliki ukuran oversize untuk dipakai olehnya dan juga oleh Sya. Akhir-akhir ini dia dan Sya suka berbagi baju yang sama untuk dipakai.
Arbi juga menuju ke tempat pakaian wanita, dia melihat beberapa dress model baru yang terlihat cantik.
"Itu model baru Mas, baru aja dateng tadi pagi.." kata seorang pegawai menghampiri Arbi.
Arbi menoleh dan mengangguk. "Saya liat yang warna item dong Mbak, ukuran S ya?" kata Arbi pada pegawai itu.
"Baik Mas, sebentar ya saya ambilin." kata gadis itu berjalan menuju ke tempat dress berwarna hitam dan mengambilkannya untuk Arbi.
"Ini Mas, cocok dijadiin hadiah buat istri atau pacar, pasti cantik banget kalo make ini.." kata pegawai itu memberikan dress yang dia pegang pada Arbi.
Arbi pun mengambil dress itu, melihat dan meraba bahannya. Model dress itu backless, sangat cocok dipakai oleh Sya. Pasti Sya akan terlihat sangat cantik saat memakainya.
"Saya ambil ini, sama satu lagi kira-kira yang agak tertutup ada nggak Mbak? Yang gak backless gini modelnya, yang dress biasa.." tanya Arbi memasukkan dress yang dia pegang ke dalam keranjang yang dia pegang.
Pegawai tadi tersenyum. "Ada Mas, mau yang warna apa?" tanya gadis itu.
"Ada yang motif floral nggak Mbak? Kalo ada saya mau yang warna putih aja terus motif floral gitu." jawab Arbi.
Pegawai itu mengangguk mengerti. "Sebentar ya Mas saya liat ke belakang dulu, tunggu sebentar ya Mas." kata pegawai itu.
Arbi mengangguk. "Iya Mbak.." jawab Arbi.
Pegawai itu kemudian pergi meninggalkan Arbi untuk mengambilkan dress yang pemuda itu maksud.
Arbi kembali melihat-lihat baju-baju di sana. Pandangan pemuda itu beralih pada shortpants yang ada di sana. Celana-celana berbahan kain lembut itu sering sekali dipakai oleh Sya saat ada di dalam rumah.
Kakinya melangkah maju dan menuju ke tempat itu. Dia mengambil 2 shortpants di sana dan memasukkannya ke dalam keranjang.
"Maas? Ini dressnya.." kata pegawai tadi membawakan dress yang Arbi minta.
Arbi menoleh dan menatap dress yang dibawa oleh pegawai tadi, bibirnya langsung mengulas senyum. "Cantik banget, saya ambil ya Mbak."
Pegawai tadi tersenyum. "Iya Mas.." jawab pegawai itu dan memberikan dress yang dia pegang pada Arbi.
Arbi pun langsung memasukkan dress yang dia pegang ke dalam keranjang, menutupinya dengan kaos-kaos yang dia beli agar Sya nanti tidak melihatnya.
Tak lama kemudian Sya datang menghampiri Arbi. "Mas!" panggilnya mengagetkan Arbi.
Arbi menoleh. "Kamu nih ngagetin mas aja. Udah selesai belanja?" tanya pemuda itu.
Sya mengangguk dan menunjukkan paperbag yang dia bawa. "Udah! Mas udah?"
Arbi mengangguk. "Udah, bentar ya mas bayar dulu."
Sya mengangguk. "Iya, aku tunggu di luar ya Mas. Sekalian mau beli Mixue." kata gadis itu.
"Iya, beliin mas juga."
"Oke!"
.
.
"Mas mau nyobain punya aku nggak?" tanya Sya menyendok es krimnya.
"Mau. Aaak..." jawab Arbi sambil membuka mulutnya.
Sya tersenyum dan menyuapkan es krim miliknya pada pemuda itu. "Enak kan ada mangganya?" tanya Sya.
Arbi mengangguk. "Enak, mau yang stroberi?"
Sya mengangguk dan membuka mulutnya.
Arbi pun menyuapkan es krim miliknya pada Sya. Mereka berdua sedang ada di depan pusat perbelanjaan, duduk di bangku yang ada di depan sana sambil melihat lalu lalang orang yang keluar masuk dari pusat perbelanjaan.
"Aku pengen beli lemon tea deh Mas.." kata Sya.
Arbi terkekeh pelan. "Nanti kita beli lagi kalo mau pulang." kata pemuda itu.
Sya mengangguk dan Arbi mengacak rambutnya gemas.
"Nanti kita langsung mampir aja ke rumah Mama sama Papa ngasih bajunya, semoga aja mereka suka ya.." kata Arbi sambil tersenyum.
Sya mengangguk. "Iya Mas, pasti mereka suka kok. Pasti mereka seneng kita beliin baju batik.." kata gadis itu.
Arbi mengangguk. "Semoga aja ya.." kata pemuda itu.
Mereka berdua tersenyum dan kembali menikmati es krim sambil duduk di sana.
"Arbi?! Ih beneran, Bi lo kemana aja selama ini?"
Sya dan Arbi menoleh ke samping, di sana sudah berdiri seorang gadis berambut pendek yang tengah tersenyum pada Arbi.
Arbi mengernyitkan keningnya. "Cecil?"
Gadis bernama Cecil itu semakin melebarkan senyumnya. "Iya Bi, lo kemana aja sih? Kok tiba-tiba ngilang?"
Arbi dan Sya berdiri. Sya yang tidak mengenal Cecil hanya bisa diam menatap gadis bertubuh seksi di depan mereka itu.
"Gue sekarang udah tinggal di tempat jauh." jawab Arbi.
Cecil mengerucutkan bibirnya dan mendekati Arbi, memeluk lengannya. "Kok tiba-tiba sih? Kan gue bingung nyariin lo Bi.." kata gadis itu.
Arbi langsung melepaskan tangannya yang dipeluk oleh Cecil. "Cil, tolong jangan sembarangan gini. Gue udah nikah.." kata pemuda itu.
Cecil berdecih. "Lawak lo Bi. Gak mungkin lo udah nikah. Masih muda kali Bi, gak mungkin lo udah nikah." kata gadis itu kembali memeluk lengan Arbi.
Arbi risih, sejak masa kuliah Cecil ini memang suka sekali mengganggunya, bahkan saat dia masih sering menjadi DJ dan tampil bersama teman-temannya Cecil selalu datang ke tempatnya tampil.
Saat mereka lulus pun Cecil masih suka mengganggunya, datang ke tempat dia tampil dan selalu menghampirinya, bahkan tanpa malu menggodanya.
Tampilan Cecil memang terkesan berani, gadis itu sering sekali memakai pakaian-pakaian mini. Tidak heran dia dan Jessica bisa menjadi teman dekat karena selera fashion mereka yang sama. Jessica juga sering sekali memberi tahu tempat mereka tampil sehingga Cecil bisa datang.
"Cil, tolong deh. Berapa kali sih gue harus bilang ke lo? Gue gak suka sama lo Cil, gue udah nikah." kata Arbi.
Cecil menggeleng, gadis itu malah memeluk lengan Arbi dan menempelkannya di dadanya yang berukuran besar. "Bodo amat, gue kan suka sama lo. Gue mau kok jadi selingkuhan lo. Gak masalah Bi.." kata gadis itu sambil tersenyum.
Arbi berdecak dan berusaha menarik tangannya yang dipeluk oleh Cecil. "Cil, lepasin!"
"Enggak! Ayo mampir ke apart gue Bi, ada di deket sini kok. Yuk.." kata Cecil semakin erat memeluk lengan Arbi hingga menekan kuat dadanya.
Sya yang melihat itu meremas kuat gelas es krim yang dia pegang. Gadis itu menatap lengan Arbi yang kini sedang dipeluk oleh Cecil hingga menempel erat pada ada gadis itu.
Mata gadis itu melotot melihat pakaian model kemben yang Cecil pakai. Sya dapat melihat jelas belahan dada gadis itu dan ukuran dadanya yang 2 kali lipat lebih besar dari miliknya.
"Ayo Bi, mampir ke apart gue. Gak ada orang kok.." kata Cecil terus menarik tangan Arbi.
"Enggak, jangan kurang ajar lo Cil. Udah kayak cewek gak bener aja ngajakin cowok ke apart. Lepasin!" kata Arbi menarik kuat lengannya hingga lepas dari pelukan Cecil.
Cecil berdecak, gadis itu kembali mendekat dan hendak meraih tangan Arbi lagi.
"Murahan banget lo godain suami gue!" teriak Sya langsung menyiramkan gelas berisi es krimnya yang sudah cair ke wajah Cecil.
Arbi kaget, Cecil apalagi. Gadis itu sampai gelagapan karena Sya yang tiba-tiba menyiramnya.
Sya mendekat dan mengambil gelas es krim milik Arbi dan kembali menyiramkannya ke wajah Cecil. "Jangan kurang ajar lo! Murahan banget godain suami orang! Kalo kurang belaian open BO sana! Gak usah godain suami orang, open BO aja biar sekalian dapet duit buat beli baju biar bisa nutupin tete lo yang segede semangka itu!" teriak Sya.
Cecil melotot mendengar ucapan Sya, gadis itu mengusap wajahnya yang belepotan es krim. "Jangan sembarangan ya mulut lo!" ucapnya nyolot.
Sya maju, tidak mau kalah. "Sembarangan apa?! Bener kan lo murahan? Ngajakin suami gue ke apart, mau lo ajak ngapain hah? Kalo lo gak murahan gak mungkin lo ngajakin dia! Lo juga bilang mau jadi selingkuhan. Kurang murahan apa lagi lo?!" teriak Sya tak kalah nyolotnya.
Cecil menatap Sya dari atas ke bawah. "Oh lo istrinya Arbi? Gue kira lo pembantunya, penampilan lo udik banget sih. Gak salah lo Bi milih dia? Modelan kayak gini lo jadiin istri? Yaelah Bi.."
Sya mendengus. "Biarin penampilan gue udik kayak pembantu yang penting Mas Arbi milih gue, dari pada lo udah kayak mau telanjang tapi tetep gak dilirik. Dih kasian deh udah tampil buka-bukaan tetep aja ditolak sama Mas Arbi.." kata gadis itu mengejek.
Mata Cecil melebar, gadis itu semakin emosi mendengar ucapan Sya. "Arghh! Bacot lo!" teriaknya sambil mendorong Sya.
"CECIL! Jangan ganggu istri gue!" teriak Arbi mendorong bahu Cecil menjauh.
"APASIH BI! LO BISA-BISANYA MILIH CEWEK KURUS KEREMPENG KAYAK DIA! MENDING GUE BI!" teriak Cecil menatap sengit Arbi.
"Cil! Cuk---.."
"Mas mundur aja, biar aku yang ngurus dia." kata Sya menarik tangan Arbi agar mundur.
"Apa? Takut tersaingi lo kalo Arbi deket-deket gue?" tanya Cecil menatap Sya.
Sya mendengus. Gadis itu melihat penampilan Cecil dari atas hingga bawah. Sudut bibirnya terangkat. "Gue takut tersaingi? Gila aja, gak mungkin lah gue takut tersaingin sama cewek cabe-cabean kayak lo." kata gadis itu sinis.
"Bacot ya lo!" teriak Cecil.
Sya mendorong Cecil dan merapatkan tubuhnya pada Cecil. Menempelkan dadanya pada gadis itu. "Gue gak akan pernah merasa tersaingi sama cewek modelan lo. Amit-amit, mending lo yang sadar diri. Cepetan tobat kalo emang gak mau open BO sekalian." kata gadis itu.
"Lo! Kuran--AKH! BANGSAT!" Cecil berteriak kencang saat Sya tiba-tiba membenturkan dada mereka hingga membuatnya jatuh terjengkang.
"Makanya punya tete jangan gede-gede! Rasain tuh!" kata Sya sambil menyeringai menatap Cecil yang masih terduduk di bawah.
Cecil merintih pelan merasakan dadanya yang terasa ngilu karena ulah Sya barusan.
Arbi yang berdiri di belakang Sya langsung membuka mulutnya tak percaya melihat kelakuan Sya barusan. Pemuda itu mengerjabkan matanya beberapa kali melihat kejadian itu.
Wah, bar-bar juga istrinya ini.
"Ayo Mas, kita pulang."
"Hah, tap---.."
Sya langsung menatap Arbi tajam. "Tapi apa? Mas mau ikut dia ke apartemen? Iya?!" tanyanya sinis.
Arbi langsung menggeleng. "Enggak Sya, bukan gitu. Mas gak--.."
"Halah cowok emang kalo udah liat tete gede pasti gini. Huh!" Sya langsung berjalan meninggalkan Arbi. Gadis itu mengambil paperbag berisi baju untuk keluarganya dan meninggalkan Arbi.
Arbi pun langsung mengejar Sya yang berjlan ke arah pangkalan ojek di depan.
"Bi! Arbi! Ihhh Arbi!" teriak Cecil memanggil Arbi yang sudah berjalan pergi meninggalkannya.
Arbi yang membawa belanjaan mengejar Sya yang sudah ada di depan pangkalan ojek. "Sya! Kamu mau kemana? Mobilnya ada di parkiran!" teriak Arbi.
Sya naik ke atas motor salah satu tukang ojek yang sudah berumur. "Jalan Pak.."
"Tapi Neng, itu dipanggil.." kata si Bapak Ojek.
"Saya lagi sebel sama suami saya Pak. Udah ah ayo jalan.." kata Sya.
Si Bapak Ojek akhirnya menjalankan motornya meninggalkan pangkalan ojek. Arbi yang sudah sampai di pangkalan ojek berteriak memanggil Sya.
"Sya! Ya Allah Sya!"
Arbi berdecak dan berlari masuk ke arah mall, pemuda itu kembali ke dalam mall untuk membeli lemon tea untuk Sya setelahnya pemuda itu berlari menuju ke tempat parkiran mobil dan langsung masuk ke dalam mobilnya untuk mengejar Sya.
.
.
"Assalamualaikum!"
Papa Hadi dan Mama Sinta yang ada di toko langsung menoleh mendengar suara Sya yang baru saja datang ke toko.
"Waalaikumsalam, lho kenapa Sya? Kok mukanya ditekuk gitu?" tanya Mama Sinta menatap Sya.
Sya menarik kursi dan duduk di sana. Gadis itu menaruh paperbag yang dia bawa ke atas showacse es krim.
"Sya, kenapa?" tanya Papa Hadi.
"Tau ah, sebel." sahut Sya.
Papa Hadi dan Mama Sinta yang melihatnya langsung berpandangan. Ada apa dengan putri mereka itu?
Tak lama kemudian Mama Sinta dan Papa Hadi menoleh ke depan toko mereka. Ada mobil yang berhenti di sana. Kedua orang itu mengernyitkan keningnya.
"Siapa tuh Pa?"
"Gatau Ma." sahut Papa Hadi.
Sya yang melihat mobil Arbi mendengus. Gadis itu melipat tangan di depan dada dan membalikkan badannya.
"Loh Arbi itu Ma.." kata Papa Hadi saat melihat Arbi yang keluar dari mobil.
"Lho sejak kapan Arbi punya mobil? Waktu mama kesana kayaknya belum ada deh.." sahut Mama Sinta melihat Arbi.
Papa Hadi mengangkat bahu.
"Assalamualaikum.." kata Arbi.
"Waalaikumsalam.."
Arbi menghampiri Sya dan berlutut di depan gadis itu sambil memegang tangannya. "Sya, jangan marah dong. Ayo pulang ya, jangan gini ah.." kata pemuda itu.
"Mas ngeselin ah!"
"Kenapa sih Sya? Jangan gitu ke suami, gak baik loh.." kata Mama Sinta.
"Mas Arbi nyebelin Ma." sahutnya.
"Kenapa Bi?"
Arbi menghela nafas. "Tadi kita gak sengaja ketemu sama temen kuliah aku Ma pas di mall. Dia dari dulu emang suka gangguin aku, tadi dia juga gangguin aku sama Sya. Terus Sya berantem sama dia.."
"Mas Arbi tuh suka sama dia, tadi aku ajak pulang gak mau. Pake tapi-tapi mulu. Mentang-mentang itu ceweknya seksi, montok, bohay, beda sama aku." potong Sya menoleh pada Arbi sinis.
Mama Sinta dan Papa Hadi saling berpandangan, mereka diam saja tidak ingin ikut campur urusan rumah tangga anak dan menantunya itu.
"Astaghfirulloh Sya, enggak gitu. Mas bilang tapi karena kamu bilang mau beli lemon tea sebelum pulang." kata Arbi menjelaskan.
"Boong, Mas pasti mau nungguin si Cecil itu kan. Mau ikut dia." kata Sya.
Arbi menggeleng dan memegang tangan Sya erat. "Enggak Sya, bukan. Mas gak pernah ada pikiran soal Cecil. Mas tuh keinget kamu mau beli lemon tea, ini udah mas beliin. Jangan marah lagi ya?" kata pemuda itu menunjukkan lemon tea yang dia beli tadi.
Sya menoleh. "Mas beneran?" tanyanya sambil menatap Arbi.
Arbi mengangguk dan mengecup punggung tangan Sya. "Iya sayang, jangan marah lagi ya. Mas gak pernah ada pikiran buat cewek lain, mas cuma mikirin kamu aja. Pulang ya kita?" kata pemuda itu.
Sya mengambil lemon tea yang Arbi berikan tadi dan meminumnya sambil mengangguk. "Heem."
Arbi kemudian menggandeng tangan Sya untuk berdiri dan pulang ke rumah mereka.
"Eh, Mah, Pah, itu di tas ada baju buat Mama, Papa sama Bang Evan dibeliin Mas Arbi." kata Sya sebelum mereka pulang.
Mama Sinta dan Papa Hadi yang sudah lega karena Arbi dan Sya baikan menoleh ke arah paperbag yang Sya bawa tadi. "Kok repot-repot segala sih.."
"Gapapa Ma, tolong terima ya.."
"Aduh ngerepotin gini, makasih ya Bi.."
"Makasih ya Bi, nanti kalo Evan pulang papa kasih ke dia.."
"Sama-sama Mah, Pah. Kalo gitu aku sama Sya pulang dulu ya..." kata Arbi.
"Iya Bi.."
"Jangan marah-marah lagi kamu Sya, dengerin penjelasan suami dulu.." kata Papa Hadi menasehati.
Sya menggembungkan pipinya dan mengangguk. "Iya Pah.."
"Assalamualaikum.." kata Arbi.
"Waalaikumsalam.."
Mama Hadi dan Papa Sinta tersenyum pada Arbi dan Sya yang sudah masuk ke dalam mobil. Hah, syukurlah masalah mereka sudah langsung selesai tanpa berlarut-larut.
To Be Continue
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
