(1) New Neighbor - Unintentionally 01

291
12
Deskripsi

Ciuman itu adalah awal mula dari segalanya, dan berciuman adalah bentuk komunikasi atau cara seseorang mengungkapkan perasaan cintanya untuk orang yang dia sayangi atau dia cintai, tapi bagaimana jika ciuman itu terjadi ‘tanpa sengaja?’ 

Respon apa yang akan kalian lakukan jika tanpa sengaja kalian berciuman denga orang yang belum lama kalian kenal?

From au New Neighbor on instagram @/onlleovc

Jika ada orang yang lebih gila dari orang gila, maka Natya lah satu-satunya orang yang pantas disebut sebagai orang gila itu. 

Perempuan itu sadar jika dirinya sedang di jadikan bahan bicaraan oleh anak kampusnya karena kejadian tempo lalu, yang mana perempuan itu kembali menghebohkan kampus dengan hal yang mampu membuat dirinya menjadi topik pembicaraan panas teman-teman kampusnya lagi, setelah seringnya datang di antar oleh polisi ke kampus dari beberapa tahun lalu, sekarang dia mengulanginya lagi, hanya saja kali ini perempuan itu membawa Sky, bayi lucu ke kampusnya untuk mendatangi kelas bimbingannya bersama sang dosen. 

Natya melakaukan hal tersebut karena tidak ada pilihan lain selain membawa bocah gendut itu ke kampusnya, tidak mungkin kan Natya meninggalkan Sky dirumahnya sendirian? bisa di hajar si duda galak dia nanti kalau sampai ketahuan. Karena dia sudah berjanji akan menjaga Sky selama Brian ada di luar kota, tentu saja jika sampai terjadi apa-apa dengan Sky, Natya-lah orang pertama yang pantas disalahkan karena perempuan itu sudah menyanggupi pekerjaan sementaranya itu. dan dia juga harus siap menerima konsekuensinya.

Sebenarnya tidak ada yang salah dari perbuatan Natya, bukan tindakan kriminal atau tindakan yang dapat merugikan orang lain, hanya saja banyak orang yang salah tanggap dan salah paham karena tindakannya itu. Mereka mengira, jika bocah gendut yang Natya bawa tempo lalu adalah anak perempuan itu sendiri, dan mereka mengira jika itu adalah alasan mengapa perempuan itu selalu menolak laki-laki yang mengajaknya pacaran, karena ternyata Natya sudah menikah dan memiliki anak. 

Hello?? Menikah?? jangankan menikah, pacaran aja Natya tidak minat. Natya hanya ingin bekerja!!!

Ibarat melihat ada rumah kebakaran, bukannya segera dipadamkan Natya malah sengaja menyiram rumah itu dengan bensin agar apinya semakin besar. Perempuan itu sengaja diam saja dan memang dari awal dia tidak pernah menanggapi rumor-rumor tentang dirinya, Natya membiarkana itu mengalir dan menyebar tanpa dicegah.

Dan karena Natya diam saja tidak menyangkal gosip itu, maka semakin banyak gosip-gosip jelek tentangnya. Yang mana orang-orang yang tidak suka dengan Natya memanfaatkan kesempatan itu untuk semakin membuat Natya terlihat buruk dimata anak kampus lainnya.

Natya tidak suka menanggapi gosip-gosip seperti itu. Perempuan itu memilih diam dan menikmati hidupnyaa seakan-akan didunia ini hanya ada dirinya sendiri. 

Kini Natya sedang menunggu kedatangan Brian yang katanya sedang ada urusan, laki-laki itu tadi pergi dengan terburu-butu. waktu Natya tanya ternyata Brian ingin menemui seseorang yang tak lain adalah adiknya. Natya baru tau jika Brian memiliki adik dan lebih kagetnya lagi ternyata satu kampus dengan Natya. Namun kata Brian tadi adiknya itu adik tingkat Natya, bukan sepantaran. 

Natya jafi penasaran siapa adik Brian.

Tadi itu Brian tiba-tiba bertanya masih ada di kampus atau sudah pulang dan Brian juga menawarinya untuk pulang bersama. Karena kebetulan tadi Natya ke kampus dengan grab tidak membawa Maria maka dengan senanag hati Natya mengiyakan tawaran yang Brian berikan. Karena merasa senang dan lumayan kan gratis. 

Dan karena Natya saat ini masih di area kampus maka hal itu semakin membuat banyak orang yang melihat Natya memangku Sky, dan membenarkan adanya agosip yang beredar jika Natya memang sudah memiliki anak, mereka berbisik-bisik melihatnya, namun ada juga yang menyapanya karena merasa tertarik dengan bayi gembul yanag ada di atas pangkuan Natya. 

seperti, “eh lucu banget Nat anak lo, namanya siapa??”

“Ih boleh gue bawa pulang nggak Nat?? adeknya gemesin banget.”

“Yaampun kok lucu Nat??”

Yang Natya lakukan hanya mejawab pertanyaan-pertanyaan mereka saja. Dab kebetulan sekali, Karina temannya kemaren tidak masuk kuliah karena tidak ada kelas padahal perempuan itu sangat ingin bertemu dengan Brian, pasti girang banget nanti, sangat disayangkan sekali. 

“Wawawawawa….” celoteh Sky dengan memukul-mukul pelan telapak tangan Natya yang memang sengaja di letakan di atas paha Sky. 

Natya merasa gemas, “ihhhhh!!!! Gemes banget sih nduttt gendutttttt!! aku gigit nihhh..” kata Natya dengan menyatukan giginya karena merasa sangat gemas. Perempuan itu mencibit-cubit pelan kulit gembul Sky yang membuat bocah gembul itu tertawa. 

“Papa kamu lama ya banget Sky…” gumam Natya. 

Natya yang awalnya duduk di bangku dengan memangku Sky langsung berdiri begitu saja ketika melihat Brian yang sedang berjalan kearahnya, perempuan itu tersenyum menatap wajah datar Brian. “Liat Sky, itu papa kamu udah dateng tuh” kata Natya. 

Brian sudah berdiri dihadapan Natya, laki-laki itu mengusap kepala anaknya lalu beralih menatap Natya kembali, “maaf ya, kamu nunggu saya kelamaan ya??” tanya Brian. 

Spontan Natya langsung mengangguk, “iya lo parah banget bikin gue nunggu lama..” sahut Natya bercanda, namun perempuan itu juga mengerucutkan bibirnya sampai maju beberapa centi dan memutar matanya dengan malas, perempuan itu bersikap seakan-akan jika perempuan itu memang sedang marah. 

Brian tersenyum simpul, “ayo kalo gitu” ajak Brian masuk kedalam mobil dan Natya mengangguk kecil. Natya merasa terkejut ketika melihat Brian yang tiba-tiba membukakannya pintu mobil untuknya, Natya menatap kesekelilingnya dengan mengantupkan kedua bibirnya rapat-rapat. Yang benar saja, banyak teman-teman kampus yang saat ini tengah menatapnya. Lebih tepatnya menatap perlakuan manis yang Brian lakukan untuknya.

Natya tidak tau mengapa Brian sering melakukan hal-hal kecil yang mana Natya menganggap perlakuan kecil itu adalah suatu hal manis yang bisa menyentuh hatinya, atau karena memang seperti itu sifap seorang Brian, yang mana laki-laki itu tidak banyak bicara akan tetapi lebih suka langsung melakukannya. 

“Ayo? Kenapa nggak mau masuk??” kata Brian yang langsung membuat Natya masuk kedalam mobil dengan cepat. 

Mata Natya mengikuti pergerakan Brian dari laki-laki itu menutup pintu mobil untuknya sampai laki-laki itu sudah duduk di kursi kemudi di sebelahnya. Sedangkan Sky, bayi itu sudah merem melek hampir tertidur lagi. Bagaimana bisa anak itu sangat mudah tertidur, benar-benar mirip seperti Natya, menemukan tempat yang nyaman langsung bisa tidur saat itu juga tidak peduli bagaimana kondisi dan keadaannya. 

Natya masih diam, hingga tiba-tiba Brian memanggil namanya, “Nat??”

Dengan cepat Natya langsung menoleh, “kenapa?" tanyanya. 

“Tadi niatnya saya mau beli baju buat saya dan Sky dulu, kalo kamu nggak keberatan nggak papa kan temenin saya belanja dulu?” tanya Brian. “Tapi kalo kamu capek nggak papa, lain waktu aja belanjanya. Kita langsung pulang aja” lanjutnya cepat, takutnya jika Natya lelah karena baru saja pulang kuliah. 

Natya mengangguk, “nggak masalah om. Gue temenin.” sahut Natya, lagi pula di rumah tidak ada yang harus Natya kerjakan yang ada perempuan itu langsung tidur, tidak ada salahnya jika menemani Brian sebentar. 

“Nggak capek??” tanya Brian dan Natya menggeleng.

Brian tersenyum, laki-laki itu langsung mengangguk. 

“Tadi udah ketemu sama adek lo om?” tanya Natya. Sebenarnya Natya penasaran siapa adik Brian, namun tidak mungkin saja Natya bertanya secara gamblang. Dia tidak sekepo itu dengan urusan orang lain.

“Udah, tadi nungguin dia selesai kelas dulu makanya agak lama.” sahut Brian sembari mengemudi. Laki-laki itu menoleh sekilas kearah anaknya yang sudah terlelap di atas pangkuan Natya. 

Brian terkekeh, “kayaknya kalo sama kamu Sky tidur mulu ya…” kata Brian, sebelah tangannya mengusap rambut anaknya yang sudah lebat. Heran sekali, baru sebentar saja sudah sepulas itu tidurnya. 

“Nggak tau deh, gampang banget tidurnya,” kata Natya juga merasa heran, pandangannya menunduk menatap Sky yang sudah tidur pulas. “Emang anaknya gampang tidur gini ya om?” tanya Natya penasaran.

“Enggak, sebenernya Sky itu tidurnya susah. Kalo sama bibinya aja lama banget tidurnya.” jawab Brian. 

Memang begitu adanya, selain anaknya itu tidak gampang akrab dengan orang asing, Sky lumayan susah tidurnya, hanya saja anak itu sangat hobi tidur, jadi jika dia mengantuk maka akan menjadi rewel dan gampang menangis. Kalau sudah tidur bangunnya akan lama dan tidak gampang terganggu meskipun ada suara berisik sekalipun. 

Aneh saja saat sudah bertemu dengan Natya, Sky seakan-akan bertemu dengan temannya. Anak itu langsung akrab dan tidak pernah rewel. 

“Oh ya?? padahal kalo dirumah gue tidur mulu tau om, sama kaya gue…” gumam Natya, perempuan itu menoleh kearah Brian yang sedang fokus menyetir. “Kata lo dia suka tidur om, kok susah tidurnya.” tanya Natya lagi. 

Mengingat beberapa waktu lalu Brian pernah berkata jika Sky itu anaknya memang suka tidur. 

Brian mengangguk, “iya, Sky emang suka tidur, kalo tidur selalu pules nggak gampang keganggu, cuma kalo udah waktunya jam tidur dia itu susah banget buat di tidurinnya. Rewel, minta digendong dulu baru bisa tidur.” Brian menjelaskan, Natya merasa berbeda, padahal jika bersamanya Sky selalu gampang tidurnya. Bahkan hanya dengan di pangku saja Sky bisa langsung tidur. 

Brian menatap jari telunjuk Natya yang sedari tadi di genggam oleh anaknya, bahkan Sky bisa tidur tanpa harus memegang mainan jerapah kesayangannya. Anaknya itu memiliki kebiasaan dari kecil, dia harus selalu memegang mainan jerapahnya dan jika tidur mainan itu harus ada didekatnya. Namun sekarang tanpa mainan itu pun anaknya sudah bisa tertidur sangat pulas dengan mudahnya hanya dengan digendong oleh Natya. 

Tadi saja seharian ini Sky belum tidur sama sekali karena rewel dari pagi, makan pun tidak banyak. Padahal Brian sudah belajar membuat MPASI dari tutorial youtube dan ajaran dari Natya, namun entahlah mungkin rasanya tidak enak, makanya anaknya itu tidak mau memakannya. Brian sampai kewalahan dan laki-laki itu belum sempat mengecek kerjaannya sama sekali. Maka dari itu dia memutuskan untuk membawa Sky jalan-jalan. Jadi sebenarnya keberadaan Brian ada di kampus Natya itu bukan tanpa sengaja, entah mengapa Brian langsung berpikiran tentang Natya, karena anaknya itu sangat suka dengan Natya dan jika sudah bersama Natya akan sangat anteng. 

“Mau beli baju buat apa om??” tanya Natya. 

“Buat harian aja, saya waktu pindah kerumah nggak banyak bawa baju, dan baju Sky udah mulai kekecilan semua,” jawab Brian yang membuat Natya terkekeh. 

“Pasti Sky tambah gendut ya..” katanya yang membuat Brian ikut terkekeh kecil.

“Berat badannya kayaknya nambah banyak gara-gara kamu,” kata Brian yang membuat Natya ikut tertawa. 

Jujur saja, ini baru kali pertama untuk Natya melihat brian tertawa seperti sekarang ini, karena biasanya laki-laki itu selalu memasang wajah kaku tanpa ekspresinya. Dan sifatnya sangat datar, terlalu monoton seperti bapak-bapak. Bahkan Natya awalnya berpikir jika Brian itu terlalu bapak-bapak, sifat kebapak-bapakannya itu lebih bapak-bapak dari pada bapak Natya sendiri, kalian paham kan?? sekaku apa Brian waktu pertama kali bertemu dengan Natya? mana galak banget, nuduh Natya penculik. 

“Kuliah kamu gimana??” tanya Brian sekedar basa-basi, bingung saja mau membicarakan apa karena merasa sedikit canggung. 

“Biasa sih om, aman-aman aja, masih bisa tidur tepat waktu gue,” sahut Natya. 

Brian terkekeh kecil menanggapinya. “Kamu, punya…. pacar??” tanya Brian, entah mengapa kalimat itu tiba-tiba langsung keluar dari mulutnya tanpa permisi, membuat Natya yang mendengarnya langsung merasa tubuhnya menegang karena kaget. 

“Ke-kenapa om?" tanya Natya gugup. Entah apa yang membuatnya gugup seperti itu Natya juga tidak tau tapi yang pasti saat ini Natya merasa jika jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. 

Brian juga bingung harus menjawab apa, laki-laki itu juga tidak tau apa motiv dari pertanyaannya itu. “ekhem…” deham Brian, “ya nggak papa saya nanya aja.” kata Brian. 

Natya ini tipe pemberani kalo di chat, karena disaat bertemu langsung anak itu sangat anti dengan godaan sekecil apapun karena gampang salting, lihat saja sekarang, baru ditanyain udah punya pacar apa belum aja gugupnya udah kaya orang mau di ajak pacaran. 

“Nggak ada om, g-gue nggak ada pacar.” Sahut Natya. 

Brian menganggukkan kepalanya pelan, entah mengapa jawaban yang Natya berikan membuat perasaannya lega. 

“Kalo ada pacar kan saya nggak enak sama pacar kamu.” kata Brian. 

“Gue kira mau macarin,” gumam Natya pelan yang hanya dapat didengar Brian dengan samar-samar. 

“Kenapa??" tanya Brian. 

“Hah?? E-enggak” gelagap Natya panik. 

“Saya pikir tadi kamu ngomomg sesuatu,” balas Brian. 

Natya tertawa, “hahaha nggak, gue nggak ngomong om! Angin kali yang ngomong,” ucap Natya ngelantur, perempuan itu langsung memalingkan wajahnya kesamping, “Nattt rem mulut lo anjir!!!” batin Natya merutuki kecerobohannya. 

Tanpa Natya tau Brian tengah tersenyum diam-diam dan laki-laki itu berusaha menyembunyikan senyumannya. Bahkan cengkramannya pada kemudi semakin erat sampai urat-urat yang ada di punggung tangannya semakin terlihat. 

***

Saat ini Natya dan Brian sudah berjalan memasuki mall untuk mencari baju yang cocok untuk Brian dan Sky, Sky masih ada dalam gendongan Natya, bayi itu masih tertidur, sedangkan Brian mendorong stroller milik anaknya. “Sini Nat, Sky biar saya tidurin di stroller aja,” kata Brian, merasa tidak enak sekaligus tidak tega melihat Natya yang sedari tadi menggendong anaknya yang berat itu. Laki-laki itu langsung mengambil alih anaknya dari gendongan Natya dan Natya menurut, dia langsung menyerahkan Sky kepada papanya, namun saat baru hendak di letakkan di stroller Sky langsung bangun dan menanagis. 

Anak itu meronta dari dalam gendongan Brian, Brian berusaha menenangkan anaknya namun tangisan Sky malah semakin kencang. 

“Biar gue gendonga aja om…” tanggap Natya yang langsung mengambil alih kembali Sky dari Brian. Natya menepuk punggung Sky beberapa kali dan yang benar aja tangisan anak itu langsung reda dan Sky langsung menyandarkan kepalanya pada pundak Natya dengan mengerjapkan matanya lucu beberapa kali. 

“Sky ayo di gendong papa aja kalo nggak mau naik stroller.” kata Brian sembari merentangkan kedua tangannya didepan Sky agar anak itu mau dia gendong, namun ternyata Sky malah melengos seakan-akan anak itu baru saja menolak papanya. 

Natya tertawa kecil dengan menepuk pantat Sky beberapa kali karena merasa gemas.

“Sky…. ayo ikut papa, kasian tante Natya keberatan gendong kamu terus,” kata Brian lagi yang masih berusaha mengajak Sky namun tetap saja anak itu tidak mau. Tidak habis pikir kenapa dengan anaknya ini.

Natya tertawa lagi, “nggak papa om biar gue gendong aja.” kata Natya, merasa tidak keberatan jika harus menggendong Sky.

Brian menghela napasnya, ada apa dengan anaknya itu, padahal sebelumnya Sky selalu suka jika melihat papanya merentangkan kedua tangannya, namun ada apa ini? kenapa Sky sangat lengket dengan Natya. “Nanti kalo pegel bilang saya ya Nat,” pesan Brian yang di jawab anggukan oleh Natya. 

Mereka berdua ini sudah seperti suami istri dimata pengunjung mall yang melihat adegan tadi. 

Akhirnya mereka berdua kembali melanjutkan langkahnya. Yang pertama mereka mulai mencarikan beberapa baju untuk Sky,  “ini kayaknya cocok buat Sky deh om,” kata Natya menunjuk satu stel baju anak berwarna hijau tosca dan putih polos untuk dia tunjukkan kepada Brian. 

“Boleh,” sahut Brian sembari mengangguk kecil. “Saya mau cari kesana dulu ya,” pamitnya yang di jawab anggukan oleh Natya. 

“Sky duduk di stroller dulu ya, tante mau milihin baju buat kamu nih,” kata Natya, perempuan itu langsung meletakkan Sky pada stroller dan ajaibnya bayi itu diam saja, Natya langsung memberikan mainan jerapah milik Sky, “pinternyaaa…” puji Natya dengan mencubit gemas pipi gembul milik Sky. Brian yang jaraknya tidak jauh dari mereka ternyata pandangannya juga tidak luput dari moment itu, laki-laki berusia tiga puluh tahun itu tersenyum simpul menyaksikannya. 

Natya mendorong stroller Sky sembari mencari-cari baju yang lain untuk si gendut itu, sudah lumayan banyak pakaian untuk Sky yang dia ambil. “Mba, yang model ini ada ukuran lain nggak??” tanya Natya pada pegawainya.

“Ada bu, mau yang lebih kecil atau yang lebih besar???” tanya pegawai tadi. 

“Yang lebih besar mba, buat segini,” kata Natya sembari menunjukkan Sky yang tengah bersantai di strollernya. 

Mata pegawai itu berbinar saat menatap Sky. “Yaampun lucunya anaknya bu, sebentar ya saya ambilin dulu bajunya,” katanya yang membuat Natya salah tingkah, perempuan itu tidak tau harus menjawab apa karena pegawai tadi mengira jika Sky adalah anaknya, akhirnya Natya memutuskan untuk diam saja. 

“Emang muka gue udah setua itu ya??” gumam Natya, perempuan itu langsung berjongkok di hadapan Sky, menatap Sky yang tengah sibuk dengan jerapahnya sendiri, “emang muka tante setua itu ya dut?? sampe di panggil bu terus dari tadi?????” tanya Natya kepada Sky seakan-akan anak itu sudah tau apa yang dia bicarakan dan akan menjawab ucapannya. 

“Nggak keliatan tua Nat,” kata Brian yang tiba-tiba sudah berdiri dibelakang Natya, membuat Natya kaget. 

“Ehhh??” 

Natya mendongak menatap Brian yang berdiri depannya, laki-laki itu sangat tinggi, perempuan itu langsung ikut berdiri. “Apa om??” tanyanya yang saat ini sudah berhadapan dengan Brian. 

“Nggak keliatan tua muka kamu,” ulang Brian. 

Natya mendengus, “tapi dari tadi pegawai-pegawainya manggil gue bu mulu,” decak perempuan itu. 

Brian terkekeh, “paling mbaknya tadi ngira kalo kamu mamanya Sky” kata Brian dengan mudahnya. 

Natya menggigit bibir dalamnya mendengar jawaban dari Brian, “u-udah om?? k—kalo udah kita cari baju buat lo” ucap Natya mengalihkan pembicaraan. Akhirnya setelah itu mereka langsung membayarnya dan berganti ke toko baju orang dewasa. 

Natya dan Brian memutuskan untuk masuk kedalam toko baju yang lumayan terkenal brandnya, keduanya masuk dengan beriringan dengan Natya yang mendorong stroller Sky, “silahkan pak, bu ada baju couple untuk pasangannya dan dapat bonus baju anak, sedang ada diskon empat puluh persen,” kata karyawannya kepada Brian dan juga Natya saat mereka memasuki toko itu. 

Brian tetap pada ekspresi wajahnya yang datar sedangkan Natya tersenyum canggung kepada orang yang berkata tadi. Padahal mereka bukan pasangan. Tanpa sadar genggaman tangan Brian pada paper bagnya menguat. 

Natya berjalan dibelakang Brian, dia menatap beberapa kaos, kemeja dan celana yang Brian ambil dan rata-rata itu semua berwarna gelap. “Kok item semua  om warnanya,” kata Natya bertanya. 

Brian menoleh pada Natya, “saya pikir saya lebih cocok pake warna item,” sahut Brian. 

Natya menganggukkan kepalanya paham, “padahal kemaren pas lo pake baju cerah cocok-cocok aja” balas Natya pelan namun masih bisa di dengar oleh Brian. Membuat Brian terdiam, laki-laki itu menatap beberapa stel baju yang dia ambil. 

“Om gue tunggu di sana ya, sambil beli ice cream..” pamit Natya yang di jawab anggukan oleh Brian. 

***

Akhirnya setelah menemani Brian belanja baju tadi mereka memutuskan untuk makan terlebih dahulu sebelum pulang, dan sekarang mereka sudah berada diperjalanan pulang. 

“Makasih ya Nat,” ucap Brian. Brian benar-benar merasa sangat berterimakasih dengan Natya yang sudah banyak membantunya.

“Yaelah om santai aja kali… Makasih ya udah dibelanjain juga. Hehe” kata Natya di akhiri dengan cengirannya. 

Brian terkekeh kecil, “sama-sama” sahutnya. 

Sky tidur di kursi belakang, bayi itu setelah Natya beri makan langsung tidur begitu saja, dan Brian menyuruh Natya agar Sky di tidurkan dikursinya sajaa dari pada Natya harus memangkunya selama perjalanan pulang, pasti akan sangat membuat pegal karena anak itu lumayan berat. 

“Om..”

Brian menoleh sekilas kearah Natya, “kenapa??” tanya Brian. 

“Gue mau nanya boleh om??” pinta Natya. 

Brian menyatukan alisnya bingung,  lalu setelahnya terkekeh kecil, “nanya aja, kenapa harus minta izin..” sahut Brian. 

“Soalnya ini tentang mamanya Sky, boleh om??” sesungguhnya Natya tidak enak hati untuk bertanya, akan tetapi perempuan itu ingin tau. 

“Brian terdiam, membuat Natya semakin merasa tidak enak, ”kalo nggak-"

“Tanya aja, nggak papa” sela Brian. 

Natya menggigit bibir bawahnya, “mamanya Sky udah nggak ada ya om?? atau masih ada??” tanya Natya pelan, takut pembahasan ini sangat sensitive bagi Brian. 

Brian terkekeh, “masih hidup Nat,” sahut Brian. 

“Berarti cerai ya om??”

Brian mengangguk, “iya, cerai, lima bulan yang lalu.” jawab Brian. 

Natya mengangguk paham, perempuan itu tidak mau bertanya terlalu jauh lagi takut di anggap tidak sopan karena bertanya tentang privasi orang lain. Tapi jika mereka cerai lima bulan yang lalu itu artinya usia Sky masih satu bulan? kenapa mereka bercerai?? padahal anaknya masih sangat kecil, tapi meskipun begitu Natya tidak tau ada masalah apa di antara Brian dengan mantan istrinya dulu sampai keduanya memutuskan untuk bercerai. 

“Kenapa??” tanya Brian, kali ini laki-laki itu yang bertanya karena penasaran. 

Natya menggelengkan kepalanya, “hah?? nggak om, cuma nanya aja.” katanya. 

Natya memalingkan wajahnya kearah kaca mobil, tanpa sadar mobil Brian ternyata sudah sampai di depan rumah Natya, Natya menoleh “udah sam—”

Ucapan Natya terhenti ketika perempuan itu melihat jika wajah Brian sudah berada tepat didepan wajahnya dan jarak keduanya hanya beberapa centi saja. Natya terkejut dengan jarak mereka yang sangat dekat itu dan perempuan itu sampai memundurkan kepalanya karena reflek kagetnya. 

Posisi keduanya saat ini bisa saja membuat siapa pun yang melihatnya dari luar mobil akan salah paham dan ini terlalu intim menurut Natya, bahkan Natya sampai bisa merasakan hembusan hangat napas milik Brian yang menerpa wajahnya sangking dekatnya wajah mereka. 

Keduanya sama-sama terdiam, tatapan mereka mengunci satu sama lain, hanya ada keheningan dan suara rintik hujan yang menimpa luar mobil. Natya menatap wajah Brian, baru kali ini dia bisa melihat wajah laki-laki itu dengan posisi sedekat ini, ternyata Natya baru sadar jika alis Brian sangatlah tebal jika dilihat dari posisi sedekat ini, bulu matanya lebat, matanya tajam, rahangnya sangat terlihat jelas mencetak wajahnya dengan sempurna, hidungnya yang mancung dan juga bibirnya yang--

Astaga Nattt, malu-maluin banget anjir isi otak lo!! Bisa-bisanya lo mikirin ciuman!! ini om Brian nggak mau  munduran apa ya..” batin Natya dalam hati

Sedangkan Brian, laki-laki itu sangat menikmati apa yang dilihatnya sekarang, Brian memperhatikan setiap detail wajah perempuan yang ada dihadapannya, padahal tadi Niatnya laki-laki itu hendak melepaskan sabuk pengaman milik Natya karena mungkin Natya akan kesulitan melepasnya, alasannya karena sabuk pengaman yang Natya gunakan lumayan sulit di buka dan Natya yang tiba-tiba menoleh tanpa aba-aba malah membuat wajah mereka hampir bersentuhan dan tidak ada waktu untuk Brian menghindar, sekarang mereka malah berakhir dengan posisi sedekat ini. 

Brian masih tetap pada posisinya, entah apa yang laki-laki itu pikirkan tapi yang pasti Brian sangat menikmati momment ini untuk memandangi wajah Natya dengan jarak sedekaat ini. Brian melihat ada satu tahi lalat kecil di bawah mata kiri Natya, biasanya tidak terlihat karena sangking kecil dan tipisnya warna itu, wajahnya dengan riasan tipis yang membuat wajah Natya tampak segar, bulu matanya yang terlihat lentik melengkung keatas. Brian sangat menyukai itu. Dan juga bibirnya, bibir Natya yang berwarna merah muda entah mengapa setiap Natya berbicara bibir itu selalu saja bisa membuat Brian salah fokus. 

Gila, dia mau apa anjir…” batin Natya saat merasakan jika wajah Brian semakin mendekat, Brian menatap kedua alis Natya lalu tatapannya turun pada kedua matanya yang membola sempurnya, hidungnya yang mancung dan bibirnya, Brian kembali menatap bibir Natya— Dengan kesadaran penuh Brian semakin mendekatkan wajahnya pada wajah Natya. 

Natya merasa waktu bergerak begitu sangat lambat saat ini, padahal ac mobil menyala tapi entah mengapa perempuan itu merasa gerah sekarang, sangat gerah. Natya tidak bisa bergerak karena jika dia bergerak sedikitpun maka wajah mereka akan bersentuhan. 

Tidak tau siapa yang mempercepat tapi tiba-tiba bibir keduanya sudah saling bersentuhan. Bibir mereka benar-benar menempel saat ini, Brian sadar dan Natya juga sama sadarnya, tentu saja tidak ada yang terpengaruh dengan alkohol tapi tidak tau mengapa kini rasanya kewarasan dua insan itu sudah hilang entah kemana. Brian menatap manik mata Natya yang saat ini juga tengah menatapnya.

Brian sedikit menjauhkan sebentar wajahnya untuk melihat ekspresi Natya lalu kembali mengecup bibir Natya dan membuat kedua mata perempuan itu sangat membola karena kaget, masih pada posisi yang sama bahkan Brian tidak menjauhkan bibir keduanya, yang mana awalnya tadi hanya sekedar menempel kali ini berubah menjadi lumatan kecil. 

Brian melumat kecil bibir Natya yang masih tertutup rapat. 

Brian menyesap bibir Natya dengan lembut, laki-laki itu bisa merasakan ada aroma dan rasa strawberry dari bibir perempuan itu, rasanya manis dan membuat Brian semakin penasaran. 

Jantung keduanya berdetak lebih cepat, waktu terasa sangat cepat sekarang tanpa bisa di cegah. Brian melumat bibir Natya dengan lembut. Dan tanpa sadar Natya membuka mulutnya untuk memberi akses untuk Brian mengeskpor ciumannya, dia juga ikut hanyut dalam suasana itu, perempuan itu ikut membalas lumatan yang Brian lakukan.

Mendapat balasan dari partnernya Brian merasa puas, Brian tersenyum pada sela-sela aktivitas ciumannya, laki-laki itu semakin memperdalam ciumannya bersama Natya dengan menekan tengkuk leher perempuan itu menggunakan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya entah sejak kapan sudah berada di pinggang Natya. 

Natya memejamkan matanya, perempuan itu menikmati lumatan lembut yang Brian berikan kepadanya dan usapan lembut tangan Brian pada pinggangnya. 

Aroma mint menembus hidungnya, tercium sangat segar, Brian memangut bibir Natya tanpa tergesa-gesa seakan-akan laki-laki itu sangat menikmatinya. 

Suara decapan ciuman keduanya sangat memenuhi seisi mobil, Brian semakin menarik pinggang Natya agar lebih dekat dengannya Dan sedangkan Natya tanpa sadar sudah mengalungkan kedua tangannya pada leher Brian. 

Brian semakin membuka mulutnya untuk memperdalam ciumannya denga Natya, laki-laki itu terlihat sangat handal sekali. Berbeda dengan Natya yang masih sangat kaku. 

Brian semakin mengelus pinggang Natya selama ciuman itu belum berakhir, dan Natya juga meremas rambut belakang Brian dengan cukup kencang. 

Brian memiringkan wajahnya, menatap Natya yang memejamkan matanya. Ciuman itu terjadi cukup lama sampai keduanya dikagetkan dengan suara ocehan Sky yang mana ternyata bayi itu tengah menatapnya. 

Otomatis mereka berdua langsung menjauhkan dirinya masing-masing, Natya merasa sangat malu sekarang. 

Gila Natya lo ngapain sihh???” rutuk Natya dalam hati. Natya masih tidak menyangka jika dirinya tadi ciuman dengan Brian.  

Napas keduanya memburu karena ciuman barusan terjadi cukup lama, tidak ada yang angkat bicara karena merasa canggung hingga tiba-tiba—

“M—makasih om.” kata Nayya yang langsung keluar dari mobil Brian begitu saja. Perempuan itu langsung berlari masuk kedalam rumahnya. Entah apa yang menjadi alasan Natya tiba-tiba kabur seperti itu tapi yang pasti hatinya mengatakan jika dirinya merasa harus segera pergi. 

Natya merasa ciuman tadi terjadi begitu singkat dan wanita itu terus menerus merutuki dirinya sendiri karena malah ikut menikmati ciuman itu. 

“Natya??” panggil Brian tapi Natya tidak menggubrisnya, perempuan itu tetap berjalan kearah rumahnya. 

Entah apa yang terjadi barusan juga Brian merasa terkejut, laki-laki itu terdiam lalu menatap anaknya yang tengah menatapnya dengan mengedipkan matanya beberapa kali. Lalu dia terkekeh, “Sky kenapa udah bangun, hm??” tanya Brian. 

Dan ternyata belanjaan Natya masih tertinggal disebelah kursi Sky. 

Brian menghela napasnya, pria itu juga merutuki dirinya sendiri karena tiba-tiba ingin mencium Natya, akan tetapi bukan sepenuhnya kesalahan Brian, karena tadi yang pertama kali menempelkan bibir mereka itu Natya. 

Sampai dirumah Natya langsung menguci pintunya dengan rapat, perempuan itu memejamkan matanya dengan napas yang memburu. “Natya lo bego banget anjing!!! begoooo!!!” ucap perempuan itu memukul dahinya dengan kepalan tangannya. 

Natya langsung berjalan kearah kamarnya, perempuan itu membanting tubuhnya pada kasur hingga saat ini posisinya telungkup. Natya menyembunyikan wajahnya pada bantal. “Aaaaaa kenapa tadi ciumannnnnn!!!!!” rengek perempuan itu sembari memukul-mukul bantal yang ada disebelahnya. 

Harus bagaimana besok jika dirinya bertemu dengan Brian?? sepertinya Natya harus menghindar karena entah mengapa dirinya sangat malu sekarang. 

Natya bangkit dan langsung berjalan kearah meja riasnya, menatap penampilannya saat ini, bibirnya sangat bengkak saat ini. “Gila anjir dia ngokop bibir gue sampe abis..” kata Natya merisngis dengan menyentuh bibirnya yang bengkak itu. 

Bagaimana bisa dirinya berciuman dengan orang yang belum lama dia kenal?? 

Bagaimana bisa Natya berciuman dengan tetangga dudanya??

Banyak pertanyaan-pertanyaan yang terlintas di benaknya. Perempuan itu kembali merengek ketika lagi-lagi membayangkan adegan ulang ciuman beberapa saat yang lalu. “Aaaa bapak Natya baru aja ngelakuin adegan dewasaaaaa…” rengek anak itu yang lagi-lagi menelungsupkan wajahnya pada bantal. 

Semuanya terjadi begitu cepat dan tidak bisa di duga. Layaknya angin ciuman itu melintas begitu saja tanpa bisa di prediksi. 

Sedangkan Brian sudah ada di garasi rumahnya, laki-laki itu menggendong anaknya masuk kedalam rumah. Sampai didalam betapa terkejutnya dia ketika melihat bi Ani yang tengah memasak. 

“Loh aden sudah pulang??“ tanya wanita paruh baya itu. 

“Bibi kapan nyampenya bi?? bapak udah sehat??“ tanya Brian. 

“Allhamdulillah udah den, sudah sehat walalfiat, malahan ini bibi yang nyuruh balik si aden, katanya kasian aden jagain Sky sendirian..” sahut bibi. Brian terdiam lalu tersenyum. 

Bibi mengambil alih Sky dari gendongan papanya, “ayoo Sky ikut bibi ya, papa biar mandi dulu.” ucap bibi. 

“Makasih bi,” kata Brian. Sebelum pergi laki-laki itu menatap rumah Natya dari jendelanya. Perasaannya campur aduk sekarang.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya (2) New Neighbor - Unintentionally 02
206
7
“Lo serius sama gue om??” kalimat itu meluncur begitu saja dari mulut Natya tanpa adanya aba-aba. Bagaikan anak kecil yang baru saja belajar merangkak, rasa penasarannya sungguh besar saat ini. Bukannya apa, Natya hanya ingin tau jika dirinya saat ini tidak tengah dipermainkan perasaannya. “Yang mana yang buat kamu ngerasa kalo saya ragu sama kamu??” sahut Brian yang membuat Natya mengigit bibir bawahnya karena merasa gugup akibat jawaban yang Brian berikan kepadanya. Kenapa Natya ragu?Apa yang membuatnya Ragu?
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan