
"Kayaknya setiap hari gue butuh ciuman lo."
Jevan kembali mendaratkan ciuman singkat di bibir Kinara hingga membuat kekasihnya itu tak bisa lagi berkata-kata.
"Gue mau buang semua rokok gue karena ternyata ada yang lebih baik dari itu," ucap Jevan dengan tangan yang mengusap bibir bawah kekasihnya.
Jantung Kinara benar-benar akan copot karena ulah Jevan sekarang. Rasanya dia mau pingsan saja.
"Lebih baik ciuman dari pada ngerokok kan?" kata Jevan sambil mengangkat sebelah alisnya.
03
Ada satu hal yang selalu gagal dalam hidup Daffa.
Cinta.
Pria itu selalu gagal dalam hal percintaan. Dari sekian banyaknya wanita yang mendekat Daffa malah mencintai seseorang yang bahkan tidak melihat kehadirannya.
Kenapa harus begitu?
Kenapa dia tidak menyukai wanita yang juga menyukai dirinya?
Setelah mencintai dan berusaha keras merebut hati sang pujaan semuanya malah terancam gagal dengan kehadiran pria yang gadisnya sukai.
Dan sekali lagi Daffa gagal dalam hal percintaan.
"Udahlah Daf enggak usah sedih gitu lo," tegur Bryan pada Daffa yang sedari tadi hanya diam.
Pria itu melihat story di akun instagram Kinara yang di sana tertera jelas nama Jevan juga mirror selfie keduanya.
"Gue enggak akan kayak gini kalau aja cowok yang sama Kinara bukan Jevan!" kata Daffa geram.
"Lo tau Jevan gimana Daf nanti juga ditinggalin sama dia," ucap Bryan.
"Karena itu Bryan! Gue tau dia enggak tulus, masalahnya Kinara cinta sama Jevan dan gue enggak mau Jevan nyakitin dia," ungkap Daffa yang membuat Bryan menatapnya dengan senyuman.
"Sayang banget Daf?" tanya Bryan.
Daffa menghela nafasnya pelan dan mengangguk sebagai jawaban. Dia memang amat sangat menyayangi Kinara, meskipun gadis itu tidak pernah melihat ke arahnya.
Tidak peduli Daffa yang selalu ada setiap kali dibutuhkan hati Kinara tidak pernah berpindah untuknya.
Dan mungkin tidak akan pernah.
"Kenapa lo bisa sesayang itu? Kayaknya gue baru pertama kali lihat lo kayak gini ke cewek," kata Bryan sambil tertawa pelan.
Daffa tersenyum tipis ketika mendengarnya.
"Because she deserves it Bry."
Jawaban singkat itu berhasil membuat Bryan berdecak kagum. Ini beneran kali pertama Daffa jatuh cinta dengan seorang wanita.
Perasaan pria itu terlihat sangat tulus sekarang. Bahkan dia setakut itu jika Jevan menyakiti gadis yang dicintainya.
"Mungkin lo bakal ngetawain gue kalau dengar ini, tapi gue benar-benar jatuh cinta sejak pertama kali gue ketemu sama dia di fakultas," ungkap Daffa.
"Enggak Daf. Lo tau enggak ada yang harus di tertawakan untuk itu kan? Itu normal, suka dan jatuh cinta pada pandangan pertama itu normal dan semua orang pasti pernah ngerasain Daf," ucap Bryan.
Daffa mengangguk singkat sebagai tanggapan. Kemudian dia menenggak habis cocacola miliknya.
Memikirkan Jevan dan Kinara yang mungkin akan berpacaran membuat hati Daffa nyeri sendiri.
Jujur saja dia belum siap melihat Kinara menjalin kasih dengan teman baiknya sendiri.
"Gue juga tau Jevan enggak bakal serius, tapi gue rasa Kinara juga cukup tau Jevan gimana," kata Bryan yang membuat Daffa menatapnya.
Dia melihat Bryan menyunggingkan seulas senyum tipis.
"Kalau Kinara nerima Jevan itu artinya dia udah cukup siap untuk ditinggalin secara tiba-tiba," tambah Bryan.
Benar kan?
Daffa juga sudah pernah memberitahu tentang Jevan dan jika Kinara masih tetap menerima pria itu artinya dia sudah siap dengan segala konsekuensinya.
Tapi, tetap saja Daffa tidak bisa diam saja jika Jevan menyakiti gadis itu.
Dia tidak akan menerimanya.
••••
Mata indah Kinara menatap Jevan yang berdiri sambil menatap keluar jendela dengan senyuman yang menghiasi wajahnya. Katakan saja dia gila karena tidak memberikan sedikitpun penolakan ketika Jevan menciumnya dengan gila hingga dia hampir kehabisan nafas.
Tubuh Jevan benar-benar terlihat kekar. Bahunya lebar sekali sangat pas kalau untuk bersandar.
Ah belum lagi matanya. Tatapan tajam milik pria itu membuat Kinara tidak bisa berkutik ketika berada di dekatnya.
Bahkan sekarang Kinara masih tidak percaya kalau Jevan adalah kekasihnya.
Saat dirinya tengah asik memandangi wajah Jevan tiba-tiba saja dia berbalik menghadapnya. Hal itu membuat Kinara langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Kemudian Kinara berjalan menuju dapur untuk mengambil minum dan untuk menjaga jarak dari Jevan.
"Jevan mau minum enggak?" tanya Kinara dari arah dapur.
Bukan memberikan jawaban Jevan malah menyusulnya ke dapur. Dia tersenyum sambil menatap Kinara dari arah samping.
"Gue cuman ada air putih." kata Kinara sambil memberikan satu gelas air putih kepada Jevan.
"Gue enggak haus sebenernya, tapi thanks." ucap Jevan.
Jevan mengambil alih gelas itu dari tangan Kinara dan meminumnya hingga habis dalam waktu singkat. Kegiatan meminumnya itu tidak lepas dari pandangan Kinara yang terus menatap ke arahnya.
Sadar bahwa Kinara menatap ke arah jakunnya yang naik turun ketika dia sedang minum membuat Jevan langsung tersenyum.
Dengan tidak sopannya Jevan menyentuh tangan gadis itu dan membuatnya tersentak. Kemudian Jevan membawa tangan lembut Kinara untuk menyentuh jakunnya.
Mata Kinara membulat. Jantungnya langsung bekerja dua kali lebih cepat dari biasanya.
"Pegang aja jangan cuman diliatin." Kekeh Jevan.
Kinara terdiam sejenak. Kemudian dia menarik tangannya dengan wajah yang sudah sangat memerah.
"Lo salting terus," tutur Jevan.
Kinara sudah akan menyangkal, tapi pria itu sudah kembali bicara.
"Karena suka sama gue makanya salting ya? Dulu waktu lo pacaran sama mantan-mantan lo atas dasar suka gak?" tanya Jevan lagi.
"Kepo banget," ucap Kinara.
Jevan kembali tertawa lalu meletakkan gelas yang ada dalam genggamannya ke atas meja.
"Apa yang lo suka dari gue? Karena gue ganteng ya? Apa karena lo kira gue baik?" tanya Jevan sambil melipat kedua tangannya di dada dan menatap Kinara dengan penuh rasa ingin tau.
Kinara terdiam sejenak, terlihat sedang berpikir.
"Hm keduanya," kata Kinara jujur.
Suara tawa Jevan kembali terdengar. Kemudian pria itu mengajaknya untuk duduk kembali di ruang tengah.
"Lo udah lama tinggal di apart ini?" tanya Jevan.
"Dari gue sma berarti kurang lebih lima tahun," jawab Kinara.
"Gue cowok yang pertama kali kesini atau yang kesekian kalinya?" tanya Jevan.
"Dua."
"Dua? Siapa yang pertama? Penasaran." tanya Jevan sambil menatap Kinara dengan penuh rasa ingin tau.
"My ex."
Jevan mengangguk singkat lalu secara tiba-tiba tangannya terulur untuk membawa helaian rambut Kinara ke belakang telinganya hingga membuat wanita itu tersentak kaget.
"Lo bilang gaya pacaran lo memang enggak sehat, tapi lo enggak pernah sampai having sex kan? Terus cuman sampai mana pacaran enggak sehat yang lo jalanin selama ini?" tanya Jevan.
Entah kenapa kali ini Jevan merasa penasaran dengan Kinara.
"Just kiss."
"Kiss? Cuman sebatas itu? Sebatas ciuman dan lo bilang gaya pacaran lo enggak sehat?" tanya Jevan dengan raut wajah terkejut.
"Ya memang kan?" ungkap Kinara dengan alis bertaut.
Jevan langsung tertawa mendengarnya, dia merasa lucu dengan apa yang Kinara baru saja katakan.
"Iya."
Kinara yang melihat Jevan mengatakan itu sambil tertawa langsung merasa kesal.
"Enggak usah ketawa," tegur Kinara.
"Oke sorry babe," ucap Jevan yang langsung membuat Kinara terdiam.
Jantung Kinara berdegup dengan semakin kencang hanya karena Jevan memanggilnya begitu, tapi dia berusaha untuk terlihat biasa.
"Sekarang giliran gue yang tanya," kata Kinara.
"Mau tanya apa sayang?" tanya Jevan.
"Lo sering tidur sama cewek ya?" tanya Kinara.
"Kenapa penasaran banget sih?" kekeh Jevan.
"Ya... Ya mau tau aja sebagai pacar lo," ucap Kinara dengan gugup.
Jevan tertawa pelan, tapi tetap memberikan jawaban.
"Cuman dua kali itu juga karena gue enggak sadar lagi mabok," jawab Jevan jujur.
"Bohong ya?" tanya Kinara tak yakin.
"Untuk apa juga gue bohong," kata Jevan sambil mengangkat bahunya acuh.
Melihat Kinara yang hanya diam dan menatapnya dengan wajah sedih membuat Jevan kembali berbicara.
"Kenapa? Itu udah lama kejadiannya Kinara gue juga enggak bakal kayak gitu lagi," kata Jevan meyakinkan.
Setelah mendengar itu Kinara tersenyum tipis sebagai tanggapan. Kemudian Kinara berniat untuk pergi, tapi baru saja berdiri Jevan sudah menarik tangannya dan membuat dia jatuh ke dalam pangkuan pria itu.
Nafas Kinara tertahan untuk beberapa saat apalagi ketika Jevan mendekatkan wajahnya hingga Kinara dapat merasakan hembusan nafas pria itu di lehernya.
"Lo deket sama Daffa?" tanya Jevan sambil membawa rambut Kinara kebelakang telinga.
"Iya udah dari awal masuk kuliah," jawab Kinara dengan jujur.
Jevan tak memberikan tanggapan lagi. Kini pria itu malah sibuk mengendus wangi tubuh Kinara hingga membuat kekasihnya itu tersentak.
Dia berusaha untuk turun dari pangkuan Jevan, tapi pria itu malah menariknya untuk semakin dekat.
"Daffa pernah bilang apa tentang gue? Pernah cerita ke lo enggak gue gimana? Lo pernah kepoin gue ke dia enggak?" tanya Jevan.
"Daffa enggak bilang apapun dan gue enggak pernah kepoin lo," jawab Kinara.
"Lo pake parfum apa sih? Wangi banget," kata Jevan jujur.
Pria itu membawa Kinara semakin mendekat dan mendusal di leher gadis itu.
Beberapa saat kemudian Jevan berniat mendaratkan ciuman di leher jenjang Kinara. Namun, ponsel disaku celananya berdering hingga beberapa kali.
Hal itu membuat Jevan mengumpat kesal. Dia mengeluarkan ponselnya dari saku celana dengan satu tangan yang tetap berada di pinggang Kinara.
"Kenapa Daf?" tanya Jevan dengan suara beratnya.
Mata Kinara kini menatap Jevan yang terlihat serius ketika sedang menelpon dan tanpa sadar dia tersenyum.
"Sekarang? Ada siapa aja?" tanya Jevan.
Sambil bicara di telpon Jevan ikut menatap Kinara lalu memainkan rambut kekasihnya itu dengan satu tangannya.
"Iya iya gue ke sana sama cewek gue," kata Jevan dengan senyuman di wajahnya ketika menatap Kinara.
Entah dorongan dari mana tangan Kinara tiba-tiba menyentuh rahang pria itu dan mengusapnya membuat Jevan memejamkan matanya untuk sejenak.
"Kinara.. Kinara Rayhana," kata Jevan.
Mendengar namanya disebut Kinara menatap pria itu dengan tanda tanya.
"Ngapain juga gue bohong... Iya Daf gue ke sana kalau cewek gue mau nanti gue bawa," kata Jevan.
Jevan mematikan sambungan telponnya lalu meletakkan benda itu di sampingnya.
"Mau ikut?" tanya Jevan.
"Kemana?"
"Ke tongkrongan ada Daffa sama Bryan terus temen gue juga," kata Jevan.
"Cewek?" tanya Kinara.
Jevan hanya bergumam pelan sebagai jawaban.
"Mau enggak? Kalau mau lo siap-siap," tanya Jevan.
"Mau."
"Yaudah ganti baju dulu sana," titah Jevan.
Kinara mengangguk patuh. Kemudian dia turun dari pangkuan pria itu dan pergi ke dalam kamar untuk mengganti pakaiannya.
Sedangkan itu Jevan kembali membuka ponselnya dan melihat banyak pesan yang Daffa kirimkan untuknya dengan seringaian di wajahnya.
Daffa :
Jev jangan gila
Jangan ngelakuin apapun ke Kinara
Lo enggak pernah niat pacaran Jev untuk apa sekarang lo pacarin dia?
Jev
Jev anjing bales chat gue
Jev
Jevan hanya membacanya saja dan memilih untuk tidak memberikan balasan. Matanya malah tertarik melihat ponsel milik Kinara yang ada di meja.
Jevan mengambil benda itu dan menghidupkannya. Berhubung Kinara tidak menguncinya, jadi Jevan melihat-lihat ponsel wanita itu.
Saat membuka aplikasi chat Jevan melihat ada banyak sekali pesan dari pria yang kebanyakan tidak Kinara balas.
"Banyak juga yang suka," gumam Jevan.
Merasa kalau Kinara tidak menyimpan nomor ponselnya Jevan berniat memasukkan nomornya, tapi ternyata nomor itu sudah ada di kontak Kinara membuat Jevan tersenyum.
"Udah,"
Suara itu membuat Jevan mendongak dan melihat Kinara yang sudah keluar dari kamarnya dengan memakai kemeja juga celana jeans panjang.
"Baru sampe padahal, tapi enggak papa gue juga bosan kalo di apart sendirian," kata Kinara sambil tersenyum.
Jevan tak memberikan tanggapan, dia bangun dan memasukkan ponselnya ke saku celana lalu menyerahkan juga ponsel kekasihnya.
Tangan pria itu kini merangkul pinggang Kinara dan keduanya bersama-sama kembali keluar dari apartemen.
Ah kalau diingat sebenarnya ini merupakan harapan Kinara dulu.
Menjadi kekasih Jevan Abinaka.
•••••
Kinara merinding juga geli ketika Jevan secara tiba-tiba menyandarkan kepala di bahunya bahkan hidung pria itu kini sudah menyentuh lehernya. Perbuatannya itu membuat teman-teman Jevan melihat ke arah mereka berdua.
Berbeda dengan Kinara yang merasa malu dan canggung, di sampingnya Jevan terlihat biasa saja. Kepala pria itu masih asik bersandar di bahunya dan dia malah sibuk memainkan ponselnya.
Kinara tidak sadar bahwa Daffa terus memandang ke arahnya dengan raut wajah yang sulit untuk diartikan. Ekspresi wajah itu malah disadari oleh Jevan yang langsungnya tersenyum puas.
"Jev anjir tau tempat kenapa kalo mau pacaran, " keluh Bryan yang membuat Jevan tertawa pelan.
"Biarin Bry namanya juga baru resmi," kata Ratu.
Perkataan yang keluar dari bibir wanita itu membuat Kinara langsung menatap ke arahnya. Bukan apa, tapi dia melihat jika wanita itu tidak menyukai kehadirannya.
Saat mengatakan itu saja dia terlihat sangat ketus dan jujur saja Kinara agak terkejut ketika melihat wanita itu hanya sendirian ditengah beberapa teman Jevan yang semuanya pria.
Tapi, mungkin salah satu kekasihnya ada disini.
Karena merasa tidak enak Kinara tersenyum canggung. Kemudian dia menyenggol lengan Jevan dan meminta pria itu untuk menjauhkan wajahnya.
Sayangnya bukan menjauh Jevan malah memeluk Kinara dan semakin menempel padanya.
"Pergi aja lah lo Jev," usir Bryan.
Jevan tertawa pelan. Dia kembali melirik ke arah Daffa yang sejak tadi mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Ini menyenangkan.
Kinara benar-benar merasa canggung. Apalagi setelah dia menyadari tatapan tajam Daffa mulai mengarah ke arahnya.
"Jev gue mau ke kamar mandi," kata Kinara beralasan.
Kali ini Jevan menjauhkan tubuhnya dan menatap mata Kinara.
"Jangan lama," kata Jevan.
Kinara mengangguk dan bergegas pergi ke kamar mandi meninggalkan tempat yang sekarang berubah menjadi mencekam dengan tatapan tajam Daffa juga senyuman sinis Jevan.
"Katanya enggak suka lo Jev," kata Bryan.
"Memang enggak." Jevan mengatakan hal yang membuat Daffa merasa semakin kesal.
"Kalo enggak suka ya enggak usah dipacarin," kata Daffa.
"Terus lo pacarin dia untuk apa Jev?" tanya Ratu.
"Untuk seneng-seneng," kata Jevan tanpa dosa.
"Anjing lo Jev," maki Daffa yang tak terima bahwa Jevan hanya main-main saja pada wanita yang sudah lama dia suka.
Bukan tersinggung karena makian temannya Jevan malah tertawa dan mengambil satu batang rokok yang ada di meja lalu menghidupkannya.
"Serius amat Daf hidup lo kayak enggak pernah liat gue main-main sama cewek aja," kata Jevan.
"Kalo lo enggak suka lebih baik putusin Jev," kata Daffa.
Jevan menghisap rokok yang ada dalam genggamannya dan menatap Daffa dengan wajah menyebalkannya.
"Terus kalo gue putusin mau lo pacarin gitu? Kenapa sih suka lo sama cewek gue Daf?" tanya Jevan sambil menekankan kata cewek gue.
Belum sempat Daffa memberikan jawaban Kinara sosok Kinara sudah terlihat berjalan mendekat membuat pria itu memilih untuk diam saja.
Daffa menyukai Kinara, tapi wanita itu menyukai Jevan.
Sayangnya Kinara mungkin menutup mata dan memilih untuk menjalin hubungan dengan Jevan Abinaka yang jelas-jelas tidak memiliki perasaan apapun padanya.
'Gue enggak pernah ada niatan untuk nikah, kata itu enggak akan pernah ada dalam kamus hidup gue.'
Jevan tidak pernah ingin memiliki pasangan hidup, dia hanya ingin bersenang-senang dan Kinara menutup diri dari kenyataan itu.
Dia enggan sadar jika Kinara adalah salah satu tempat Jevan untuk bersenang-senang.
•••••
Kinara keluar lo!! (4)
Nayara :
Anjir Kinara jadian sama Jevan!
Pengkhianat lo Ra enggak bilang-bilang
Laura:
HAH?
SERIUS???????
Teressa :
Eh serius lo Nay?
Nayara:
Iya anjir
Lo liat instagram story Jevan
Itu jelas-jelas Kinara orang di tag sama dia
Teressa :
Anjir Kinara
Kurang ajar lo Ra enggak jujur sama kitaa
Lo anggap apa kita ini Raaaa????
Laura:
Sumpah?
Kinara gila lo ya kabar sefantastis ini enggak lo kasih tau
Kinara :
Sorry guys
Enggak gitu bukan enggak mau bilang
Nanti aja deh gue cerita kalo ketemu
Mager gue mau ngetik panjang
Nayara :
Apa gunanya fitur voice note sayang?
Cerita sekarang!!!!
Kinara :
Nanti aja masih ada Jevan di apart gue
Laura :
HAH?
GILA LO RA MAEN BAWA KE APART AJA
Teressa :
Anjir sadar Raaa
Kinara :
Dia cuman ambil barang yang ketinggalan bentar lagi juga pulang
Sebelumnya memang sempet mampir ke apart
Gue masih waras yaaa!!!
Enggak bakal gue sejauh itu!!
Nayara :
Bagus, tapi buktiin ya Ra
Orang kalo udah cinta suka bego soalnya
Jangan sampe lo gitu juga
Kinara baru akan membalas pesan yang Nayara kirimkan untuknya, tapi suara Jevan terdengar dan membuat dia mengurungkan niatnya.
Pria itu sudah ingin pulang, jadi Kinara langsung menghampirinya. Begitu dia muncul Jevan langsung memeluknya dan hal itu membuat Kinara tersenyum.
Setelah merasa cukup Jevan menjauhkan tubuhnya dan memberikan ciuman singkat di bibir Kinara.
"Gue suka lip yang lo pakai rasanya manis,"
Jevan mengacak pelan rambut Kinara sebelum akhirnya keluar dari apartemennya dan meninggalkan wanita itu tersenyum dengan wajah memerah karena ulahnya.
Sayangnya Kinara tidak tau bahwa ketika Jevan keluar dari apartemennya Jevan sudah menghubungi seseorang melalui ponselnya.
"Gue ke rumah, beneran enggak ada siapa-siapa kan di sana?"
Sial! Jevan memang sebrengsek itu harusnya dia dihindari bukan di dekati.
04
Ratu Kaluna, wanita itu selalu ada bersama dengan Jevan dan teman-temannya.
Bukan hanya dengan Jevan, tapi Ratu dekat dengan semuanya. Namun, dia lebih suka dan lebih sering menghabiskan waktunya bersama dengan Jevan.
Kenapa? Karena Ratu sendiri yang menyerahkan dirinya pada Jevan.
Bukan Jevan yang menggodanya, tapi Ratu yang melakukannya. Dia yang akan mencium pria itu lebih dulu dan dia yang selalu mengundang Jevan untuk datang ke rumahnya.
Seperti sekarang misalnya. Suara mobil yang sangat dia kenali terdengar di pekarangan rumahnya dan Ratu tidak perlu menebak siapa yang datang.
Karena jawabannya pasti Jevan.
Sebelum Jevan sempat mengetuk pintu rumah Ratu sudah lebih dulu membukakan untuknya. Tanpa menunggu waktu lagi wanita itu langsung menyatukan bibir mereka selama beberapa detik.
Perbuatannya itu membuat Jevan tersenyum. Begitu Ratu menjauhkan wajahnya dia masuk ke dalam rumah wanita itu.
"Setelah nganterin Kinara pulang, lo langsung kesini?" tanya Ratu penasaran.
Jevan mengangguk singkat sebagai jawaban. Pria itu duduk di sofa yang langsung membuat Ratu mendekat lalu duduk di pangkuannya.
"Cewek lo enggak bisa kasih apa yang gue kasih ke lo ya Jev?" tanya Ratu yang membuat Jevan tertawa.
Wanita yang kini duduk di pangkuannya itu hanya memakai kaos putih oversize juga hot pants yang menutupi tubuhnya.
Belum sempat Jevan bicara dan memberikan jawaban Ratu sudah kembali mendekatkan wajahnya. Wanita itu menyatukan lagi bibir mereka membuat Jevan tersenyum kala Ratu mulai menggerakkan bibirnya.
Dia mencium Jevan dengan tidak sabaran. Kedua tangannya mulai bergerak mengusap tubuh Jevan lalu membuka satu per satu kancing kemeja yang pria itu kenakan.
Ketika bersama dengan Jevan tidak ada lagi rasa malu dalam diri Ratu. Wanita itu akan menyentuh Jevan lebih dulu dan menggodanya hingga Jevan mau menyentuhnya.
Seperti sekarang Jevan akhirnya mulai menyentuh wanita itu. Satu tangannya menyusup masuk ke dalam kaos oversize yang Ratu kenakan.
Jevan menyentuh kulit mulus itu dengan tangannya. Hal itu membuat Ratu tersenyum dan menghentikan ciumannya.
"Kenapa enggak minta sama pacar lo Jev?" tanya Ratu dengan senyuman manisnya.
Jevan tertawa pelan lalu memberikan jawaban yang membuat wanita itu ikut tertawa.
"Baru pacaran masa langsung minta," kekeh Jevan.
"Gaya lo anjir biasanya cewek enggak kenal juga lo bawa ke kamar," ujar Ratu masih diiringi dengan suara tawanya.
"Yang ini beda Tu," katanya.
Jevan tersenyum miring lalu dia menarik pelan dagu Ratu seraya menyentuh bibir wanita itu dengan jari telunjuknya.
"Yang ini just kiss and cuddle kalo sama lo bisa semua," goda Jevan.
"Gila."
"Baru tau? Gue gila, tapi lo suka kan?" tanya Jevan sambil tersenyum sinis.
"Anjing."
Makian itu malah membuat Jevan tertawa bukannya tersinggung.
"Kalo dia tau gimana Jev?" tanya Ratu.
Jevan hanya mengangkat bahunya acuh. Bukan memberikan jawaban satu tangan Jevan malah mengusap paha Ratu dengan penuh kelembutan.
"Gimana ya reaksi cewek lo kalau tau kelakuan bejat lo ke gue Jev?" tanya Ratu.
Jevan masih tak memberikan jawaban apapun. Dia malah mendekatkan wajahnya ke leher jenjang Ratu dan meninggalkan beberapa kecupan di sana.
Hal itu membuat Ratu melenguh pelan. Tangannya mencengkram kuat kemeja yang Jevan kenakan.
"Gue enggak peduli soal dia Ratu," bisik Jevan.
Ratu tersenyum. Suara lenguhannya kembali terdengar ketika Jevan menggigit pelan telinganya dengan tangan yang mulai menyusup masuk ke dalam bajunya.
"Kalau dia tau itu bukan masalah besar buat gue karena gue juga enggak serius sama dia," kata Jevan dengan santainya.
Kedua orang itu saling melemparkan senyuman satu sama lain.
"Enggak ada dia masih ada lo kan?"
Jevan tersenyum. Satu tangannya semakin naik ke atas yang malah membuat senyuman Ratu mengembang semakin lebar.
Keduanya memang sudah benar-benar gila.
•••••
"Cerita ke kita sekarang!"
Kedatangan Kinara langsung disambut dengan pertanyaan oleh teman-temannya. Mereka benar-benar penasaran tentang bagaimana Kinara bisa berpacaran dengan Jevan.
Lebih dari itu mereka juga bingung karena mereka kira Kinara tidak akan benar-benar berpacaran dengan pria seperti Jevan Abinaka.
Sedangkan itu Kinara sendiri masih diam. Dia tidak tau harus memberikan jawaban apa kepada teman-temannya.
Karena alasan dia dan Jevan bisa berpacaran itu sedikit aneh juga tidak masuk akal.
Memang ada orang yang berpacaran karena dicium hingga bibirnya nyaris bengkak?
Oh jelas saja ada.
Kinara orangnya.
Sampai sekarang Kinara masih diam sambil menatap ketiga temannya secara bergantian. Hal itu membuat ketiga temannya jengkel bukan main.
"Kinara anjir jangan diem aja lo," kata Laura kesal.
Kinara malah menyengir lebar dan membuat ketiga temannya itu gemas sendiri.
"Bingung anjir gimana ceritanya," kata Kinara sambil menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal.
"Cerita aja terserah mau mulai dari mana," ujar Teressa.
Kinara menghela nafasnya pelan sebelum benar-benar memberikan jawaban. Setelah cukup lama terdiam akhirnya Kinara mulai bercerita dengan suara yang terdengar pelan.
Wajahnya memerah hingga ke telinga dan selama Kinara bercerita ketiga temannya hanya bisa menatapnya dengan tidak percaya.
"Gilaaa!"
"Gila Ra sumpah harusnya jangan mau, gimana kalo lo cuman sekedar pelampiasan nafsunya aja?" seru Teressa yang tidak bisa menyembunyikan kekesalannya.
Kinara meringis pelan. Dia merasa bingung harus bereaksi seperti apa.
Tatapan teman-temannya itu menyeramkan. Mereka seperti ingin memukul Kinara saja.
"Tapi, mungkin Jevan enggak sebrengsek itu mungkin aja dia bakal berubah," kata Kinara tak yakin.
Ketiga temannya itu hanya bisa menghela nafasnya pelan.
"Gue enggak bisa larang lo deh karena lo udah dewasa dan pastinya lo tau konsekuensi apa yang bakal lo hadapin ketika pacaran sama Jevan," ucap Teressa dengan senyuman tipis di wajahnya.
"I know Sa."
"Tapi, kalau dia nyakitin lo gue yang bakal maju duluan buat nonjok muka sok kegantengannya itu," geram Teressa.
Perkataan itu membuat Kinara tertawa. Begitu juga dengan yang lainnya.
Jelas saja Teressa selalu menjadi pelindung mereka dalam urusan apapun.
"Sesuka apapun lo sama Jevan jangan sampe bego ya Ra?" Laura mengingatkan teman baiknya itu.
Dia tau bahwa Jevan jauh dari kata baik, jadi dia tidak mau pria itu merusak teman baiknya.
Tapi, sayangnya Kinara akan berubah menjadi sangat bodoh ketika jatuh cinta.
•••••
Seorang wanita dengan balutan dress pendek di atas lutut sudah duduk di pangkuan Jevan sambil memeluk pria itu menggunakan kedua tangannya. Perbuatannya itu sama sekali tidak membuat Jevan terusik atau merasa tidak nyaman.
Jevan terlihat santai dengan minuman beralkohol miliknya. Dia juga membiarkan tangan wanita itu menyentuh tubuhnya.
"Jev mending lo putusin Kinara kalau lo masih mau deket sama semua cewek," kata Daffa geram.
Wajah Daffa memerah karena menahan amarah. Rasanya dia ingin memukul wajah Jevan berkali-kali karena masih saja menempel dengan wanita-wanita seksi padahal sudah memiliki kekasih.
"Daf ini urusan gue sama dia, jangan ikut campur," kata Jevan sambil tersenyum.
"Jelas gue harus ikut campur Jev! Lo nyakitin Kinara tau gak?!" seru Daffa dengan wajah memerah karena menahan amarah.
"Tapi, dia seneng pacaran sama gue Daf," elak Jevan.
"Iya karena dia enggak tau kelakuan lo," kata Daffa sambil menunjuk wajah pria itu.
Jevan tertawa pelan mendengarnya.
"Gue udah ke apart dia Daf tunggu aja gue tidur sama dia ya? Nanti kalau udah baru gue tinggalin setelah itu kalau lo mau ambil aja," kata Jevan.
Jevan yang memang sengaja memancing amarah Daffa tertawa ketika pria itu mengumpat cukup kuat.
"Anjing!"
Sebelum Daffa sempat berdiri dan memukul wajah Jevan bahunya sudah ditarik oleh Bryan. Hal itu bukan karena Bryan membela salah satu dari keduanya. Dia melakukan hal itu karena tau jika keduanya sudah bertengkar maka akan sulit untuk dipisahkan dan lagi Bryan juga tau kalau Jevan memang sengaja memancing emosi Daffa.
Jika sudah bertengkar mereka tidak akan berhenti untuk saling memukul jika salah satu diantara mereka belum ada yang kehilangan kesadaran.
Bryan tau karena hal seperti itu sudah terjadi dua kali, jadi sebisa mungkin Bryan menghindari pertengkaran diantara kedua temannya.
"Sampe lo ngelakuin itu habis lo sama gue Jev," ancam Daffa.
Sebelum pergi Daffa menendang kursi cukup kuat yang hanya ditanggapi Jevan dengan santai.
"Jangan gitu lah Jev," tegur Bryan.
Jevan tak mau memberikan tanggapan apapun.
"Masih dendam lo sama Daffa?" tanya Bryan.
"Menurut lo aja gimana," kata Jevan.
Bryan tak mau banyak berkomentar dia hanya diam sambil menatap Jevan dengan lelah ketika pria itu mencium pipi wanita yang ada di pangkuannya sambil berbisik pelan. Mata Bryan jelas melihat Jevan yang memberikan sesuatu sebelum wanita itu beranjak pergi dari pangkuannya dan berjalan menjauh dari mereka.
"Jangan jadiin Kinara pelampiasan Jev," tegur Bryan
"Biar dia juga tau gimana rasanya orang yang dia suka tidur sama sahabat baiknya sendiri Bry," kata Jevan.
"Posisinya mereka sama-sama mau Jev, jangan gitu Kinara enggak tau masalah diantara kalian berdua, jadi jangan seret dia," kata Bryan dengan penuh keseriusan.
"Makanya gue pacarin Kinara biar nanti posisinya gue sama dia juga ngelakuin itu karena sama-sama mau," ujar Jevan sambil tertawa pelan.
Bryan benar-benar lelah memiliki teman seperti Jevan dan Daffa yang sama-sama tak mau mengalah juga pendendam.
"Terserah deh Jev." Bryan sudah malas menasehati.
Tapi, Bryan berharap suatu saat nanti Jevan akan bertemu dengan wanita yang membuatnya tunduk.
Dia berharap akan ada seorang wanita yang membuat Jevan menangis karena ditinggalkan.
Kalau hal seperti itu sampai terjadi Bryan akan menjadi orang yang tertawa paling keras.
•••••
"Kak Jevan kemana sih?"
Reva terlihat cemas karena Kakaknya tak kunjung pulang padahal waktu sudah menunjukkan pukul dua malam. Sejak tadi Reva tak bisa tidur, dia terus terbangun untuk memastikan Kakaknya sudah pulang atau belum.
Sayangnya hingga jam segini Jevan tak kunjung pulang atau sekedar membalas pesannya.
Karena sudah cukup panik Reva menghubungi salah satu teman Kakaknya. Bukan Daffa, tapi Bryan soalnya Reva tau kalau Daffa itu lebih sering pulang lebih cepat.
Reva menunggu panggilannya diangkat dan tak butuh waktu lama suara Bryan terdengar bersamaan dengan suara bising yang memekakkan telinga.
"Kak Bryan?"
Telinga Reva menangkap suara bising musik yang mulai menghilang. Hal itu karena Bryan berjalan keluar agar bisa mendengar suara Reva dengan jelas.
'Iya Va, kenapa?'
"Kak Jevan masih di sana? Aku khawatir dia enggak balas chat aku soalnya," keluh Reva.
'Jevan? Ada kok masih asik minum, enggak usah ditungguin Va aman dia sama gue.'
"Huh bukannya balas chat aku malah asik minum," gerutu Reva.
'Lo sendirian?'
"Iya hehe aku dari tadi kebangun terus," adu Reva pada Bryan.
'Tunggu bentar deh gue suruh Jevan pulang dulu.'
"Enggak papa Kak aku biasa sendirian kok tadi aku khawatir karena Kak Jevan enggak balas chat aku aja," kata Reva.
'Enggak papa suruh pulang aja, memang Jevan suka enggak ngotak adeknya ditinggal terus.'
"Haha enggak papa Kak," ucap Reva sambil tertawa.
'Tunggu aja Va nanti dia pulang, gue pukul palanya kalau dia enggak mau pulang.'
"Makasih Kak." Reva tersenyum ketika mengatakannya.
Tak lama dia mematikan sambungan teleponnya. Beberapa menit kemudian Reva mendapat balasan pesan dari Kakaknya.
Kak Jevan :
gue otw pulang
tidur sana
Reva kembali tersenyum. Kalau sudah begini dia jadi merasa tenang.
Huh Bryan memang selalu bisa diandalkan.
05
Jevan membuka pintu kamar adik perempuannya secara perlahan untuk melihat apakah adiknya itu sudah tidur atau belum.
Dan ternyata belum.
Gadis itu sudah berbaring di atas kasurnya, tapi matanya tak kunjung tertutup, dia masih terjaga dan belum tertidur juga.
Melihatnya membuat Jevan langsung tersenyum dan berjalan mendekat. Kedatangannya membuat Reva tersenyum senang hingga berusaha untuk bangun.
"Gue udah bilang kan jangan nunggu gue pulang," kata Jevan dengan penuh kelembutan.
Reva hanya tersenyum. Saat Kakak laki-lakinya itu duduk di atas kasurnya dia segera mendekat dan memeluknya.
Pelukan yang Reva berikan membuat Jevan tersenyum dan balas merangkulnya. Tidak lupa Jevan juga mengusap kepala adiknya itu dengan penuh kasih sayang.
"Kenapa? Lo mikirin apa sampai enggak bisa tidur?" tanya Jevan.
"Enggak mikirin apa-apa Kak," jawab Reva dengan jujur.
"Yaudah sekarang tidur, jangan kecapean Reva!" kata Jevan mengingatkan.
"Iya."
Reva masih terus memeluknya. Hal itu membuat dada Jevan terasa sedikit sesak.
Entahlah ketika sedang berdua bersama dengan Reva dia selalu merasa cemas dan takut.
Jevan sangat takut ditinggalkan oleh adik satu-satunya.
"Kak kalau aku bilang aku..."
"Jangan! Jangan bilang kalau lo capek dan enggak mau minum obat atau kemoterapi." Jevan langsung memotong ucapan adik perempuannya itu.
"Kak..."
"Please.."
Jevan menunduk dan menatap adiknya dengan penuh permohonan. Hal itu membuat Reva langsung mengeratkan pelukannya.
Kalau boleh jujur dia sudah sangat lelah. Reva sangat ingin terbebas dari obat, rumah sakit dan dokter.
Tak lama Reva merasakan ada usapan pelan di pipinya.
"Gue bisa kehilangan apapun, tapi jangan lo," kata Jevan pelan.
Mata Reva terpejam. Kedua tangannya mengepal cukup kuat di belakang tubuh Kakaknya.
"Aku sayang banget sama Kakak."
Pelukan Reva benar-benar erat sekarang. Gadis itu seolah tak mau melepaskan pelukannya.
Dia benar-benar menyayangi Jevan terlepas dari semua perkataan kasarnya.
Karena disaat orang tuanya meninggalkan dirinya hanya Kakak laki-lakinya itu yang datang dan merawatnya.
Hanya Jevan saja.
•••••
"Kinara Rayhana."
Jevan menyebut nama itu sambil menatap layar ponselnya. Di sana ada foto yang kekasihnya upload di akun sosial medianya.
"Cantik juga cewek gue," kata Jevan.
Ada beberapa komentar yang dia baca di postingan itu dan ada banyak sekali komentar yang secara terang-terangan menggoda Kinara.
"Banyak banget cowok yang naksir dia kayaknya," ucap Jevan dengan raut wajah yang berubah kesal.
Kemudian Jevan kembali melihat postingan lain yang ada di akun sosial media kekasihnya. Berkali-kali Jevan berdecak kesal ketika membaca komentar yang memenuhi semua postingan Kinara.
Dan sembilan puluh persen para pria yang berkomentar di sana.
"Shit!"
Jevan tidak bisa menahan umpatannya ketika melihat salah satu postingan dengan ratusan komentar. Foto itu adalah foto Kinara dengan pakaian terbuka yang membuat postingan itu di penuhi dengan komentar para lelaki.

Dan ada satu postingan lagi yang membuat Jevan menahan nafasnya selama beberapa detik.
Damn!

Jevan tak bisa berkata-kata lagi ketika melihat dua foto itu. Mendadak jantungnya berdegup dengan tidak karuan.
Tapi, wajahnya berubah dalam waktu singkat ketika melihat salah satu komentar yang dari akun bernama Darka.
Balikan yuk ra
Jevan mendengus kesal. Dia membuka akun media sosial milik pria itu dan melihatnya.
"Cakepan gue."
Dengan wajah sebalnya Jevan mengeluarkan akun media sosial itu dan beralih membuka aplikasi chat di ponselnya. Dia mencari nomor Kinara di sana dan langsung menghubunginya.
Sambil menunggu panggilan itu diangkat Jevan mengetuk jari telunjuknya ke meja dan menunggu hingga akhirnya suara wanita itu terdengar dan kembali membuatnya tersenyum.
'Hm kenapa? Ganggu banget sih lagi tidur juga.'
"Selamat pagi sayang."
Bukan sapaan balik Jevan malah mendengar suara grasak grusuk selama beberapa saat hingga akhirnya suara Kinara kembali terdengar.
'Jevan?'
"Iya ini Jevan, baru bangun? Ini udah jam sembilan dan lo baru bangun," kekeh Jevan.
'Gue baru tidur jam dua, kenapa Jev?'
"Seorang pacar butuh alasan untuk nelpon ya? Dan kenapa lo masih manggil gue dengan kata Jev?" tanya Jevan.
'Ya enggak sih, tapi ini kan masih pagi dan memangnya gue harus manggil lo dengan sebutan apa?'
"You can call me sayang or baby apapun itu," kata Jevan dengan santainya.
Padahal perkataan itu membuat Kinara menggigit bantalnya agar tidak mengeluarkan suara teriakan.
"Ada kuliah jam berapa?" tanya Jevan ketika Kinara tak kunjung memberikan tanggapan.
'Siang.'
"Gue jemput," kata Jevan.
Jevan belum sempat mendengar tanggapan Kinara karena pintu kamarnya tiba-tiba terbuka.
Dan gadis manis dengan senyuman menyambutnya dari balik pintu. Sudah jelas itu Reva yang sekarang mendorong kursi rodanya untuk masuk ke dalam kamar.
"Kak Jevan ayo makan," ajak Reva.
"Gue jemput sebentar lagi, jangan lupa sarapan sayang."
Setelah mengatakan itu Jevan langsung mematikan sambungan telponnya dan berjalan menghampiri adik perempuannya.
Jevan tersenyum lalu mengusap kepala Reva dengan sayang. Hal itu membuat Reva ikut tersenyum, dia sangat senang jika Jevan bersikap manis padanya.
"Lagi telpon siapa tadi?" tanya Reva penasaran.
"Temen."
Reva tak banyak bertanya. Dia hanya mengangguk tanda mengerti. Kemudian Jevan mendorong kursi rodanya dan membawa dia pergi ke ruang makan.
Di sana ada seorang wanita paruh baya yang tengah menata meja makan.
"Selamat pagi Den ini sarapannya sudah Bibi siapkan," katanya dengan ramah.
Jevan tersenyum tipis. Bersama dengan Reva dia akan memakan sarapannya.
"Saya langsung pulang ya Den? Saya sudah bereskan dan rapihkan semuanya," kata Bi Santi pada majikannya.
"Iya terimakasih banyak Bi," ucap Jevan sambil menatap wanita paruh baya itu sekilas.
Setelah itu Jevan segera mengambilkan sarapan untuk adik perempuannya. Dia mengambilkan dengan porsi yang sangat banyak hingga membuat wajah Reva berubah cemberut.
"Tuh makan yang banyak."
Suara tawa Jevan terdengar dengan sangat jelas ketika melihat wajah kesal adiknya.
Reva tetap makan meskipun dengan wajah penuh kekesalan miliknya.
"Besok check up ke Dokter jangan nunggu di paksa Kakak dulu baru mau berangkat," kata Jevan.
"Iya Kak."
"Obatnya diminum terus," ucap Jevan mengingatkan.
"Iya Kakakku sayang," kata Reva dengan patuh.
Jevan tersenyum sambil menatap Reva dengan penuh kasih sayang. Dapat dia lihat tubuh adiknya yang semakin lama semakin terlihat kurus.
Dia tau jika Reva lelah dengan segala jenis pengobatan yang tak kunjung menyembuhkannya.
Jevan tau, tapi Jevan ingin egois satu kali ini saja. Kehilangan Reva adalah hal yang akan menghancurkan hidupnya dalam sekejap.
Karena hanya Reva satu-satunya keluarga yang Jevan miliki.
•••••
Melihat sosok Jevan ketika membuka pintu membuat Kinara tersenyum senang. Dia langsung melompat ke dalam pelukan Jevan hingga pria itu tertawa sambil membalas pelukannya.
Jevan masuk ke dalam bersama dengan kekasihnya. Kemudian keduanya duduk di sofa dengan Kinara yang kini berada di pangkuannya.
Senyum manis Kinara mengembang dengan sempurna hingga membuat Jevan terpaku selama beberapa detik. Wanita itu terlihat berkali-kali lipat lebih cantik dengan senyum manisnya.
Bahkan tanpa disadari Jevan mengusap juga mencubit pelan pipi kekasihnya itu.
"Masih lama kuliahnya." Kinara mengatakannya sambil melirik jam yang menggantung di dinding.
"Hm enggak papa berduaan dulu sama lo," kata Jevan sambil tertawa.
Kinara tersenyum lalu tanpa rasa canggung dia mendekat dan memeluk tubuh Jevan dengan sayang. Kepalanya bersandar di dada bidang pria itu dan membuat Jevan refleks mengusap kepalanya.
"Mantan pacar lo ada berapa banyak?" tanya Jevan penasaran.
Pertanyaan itu membuat Kinara melepaskan pelukannya dan menatap wajah sang kekasih.
"Enggak tau, tapi enggak sebanyak lo sih," jawab Kinara.
"Gue enggak punya mantan karena gue enggak pernah pacaran," kata Jevan sambil tertawa.
"You just fuck them ya?" tanya Kinara yang membuat tawa Jevan terhenti seketika.
Melihat Jevan yang tidak menanggapi ucapannya itu membuat Kinara terdiam, tapi matanya membulat dengan sempurna ketika sebuah ciuman mendarat di bibirnya.
Hanya beberapa detik, tapi Jevan mengulangi hal itu sebanyak tiga kali.
"Salah satu alasan lo putus sama mantan lo kenapa?" tanya Jevan lagi.
"Hm karena dia selingkuh dan ada juga karena gue bosan, jadi kita putus," jawab Kinara dengan jujur.
"Kalau sama cowok yang namanya Darka putusnya kenapa?" tanya Jevan yang membuat Kinara menatapnya dengan raut wajah terkejut.
"Kok lo tau Darka?" tanya Kinara.
"Dih gue nanya malah nanya balik, jawab dulu." Jevan enggan memberitahu dari mana dia tau nama itu.
"Putus sama Darka karena enggak kuat ldr," kata Kinara akhirnya.
Jevan menatapnya dengan alis bertaut dan Kinara kembali menjelaskan.
"Dia mantan gue sebelum gue pindah kesini dan setelah gue pindah kita putus," kata Kinara memperjelas.
Kali ini Jevan mengangguk faham. Dia menatap lagi kekasihnya itu untuk waktu yang cukup lama.
"Dia sama gue gantengan siapa?" tanya Jevan tiba-tiba.
"Sama-sama ganteng, tapi bedanya Darka itu baik..."
"Terus gue enggak?" potong Jevan dengan raut wajah kesalnya.
Kinara refleks tertawa ketika melihat wajah kesal pria itu.
"Bukan gitu, lo juga baik, tapi Darka tuh beneran baik banget sama gue dia pernah nyusulin gue ke sini dari bali cuman untuk ngerayain ulang tahun gue padahal..."
Jevan berdecak kesal lalu membungkam perkataan wanita itu dengan ciumannya.
Hal itu membuat mata Kinara membulat dengan sempurna. Dia ingin mendorong tubuh Jevan menjauh, tapi yang pria itu lakukan malah menariknya mendekat.
Bibirnya yang semula hanya menempel perlahan Jevan gerakkan dengan perlahan. Mata pria itu terpejam dengan sempurna dan satu tangannya mengusap tengkuknya.
Dan Kinara hanya bisa pasrah.
Kini dia benar-benar hanya diam ketika ciuman Jevan semakin menuntutnya. Bahkan Kinara membuka bibirnya untuk memberikan akses bagi pria itu memperdalam ciumannya.
Kedua tangan Jevan kini berada di pinggangnya. Dia menarik tubuh Kinara agar semakin mendekat padanya.
Hingga keduanya benar-benar berhenti ketika Kinara memukul pelan dada Jevan. Saat pria itu menjauhkan wajahnya Kinara mengusap pelan bibir Jevan yang membuat pria itu menatap matanya.
"Sweet."
Jevan mengatakannya sambil tersenyum. Tangannya meraih tangan Kinara yang berada di depan wajahnya.
Dia menggenggam tangan itu lalu menciumnya tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah Kinara yang sekarang sudah memerah dengan sempurna.
Kinara tidak tau kenapa Jevan melakukannya, tapi dia benar-benar nyaris jantungan.
"Kayaknya setiap hari gue butuh ciuman lo."
Jevan kembali mendaratkan ciuman singkat di bibir Kinara hingga membuat kekasihnya itu tak bisa lagi berkata-kata.
"Gue mau buang semua rokok gue karena ternyata ada yang lebih baik dari itu," ucap Jevan dengan tangan yang mengusap bibir bawah kekasihnya.
Jantung Kinara benar-benar akan copot karena ulah Jevan sekarang. Rasanya dia mau pingsan saja.
"Lebih baik ciuman dari pada ngerokok kan?" kata Jevan sambil mengangkat sebelah alisnya.
Kinara masih tak menjawab. Dia benar-benar jantungan karena Jevan sekarang.
Kalau Kinara tidak muncul lagi berarti dia sudah pingsan.
"Kenapa diam aja hm?" tanya Jevan.
Pria itu mengusap pelan pipinya yang malah semakin membuat Kinara tak bisa berkutik.
"Mau ciuman lagi ya?" kata Jevan bercanda.
Kinara memukul pelan lengan Jevan yang malah membuatnya tertawa lalu menarik tubuhnya ke dalam pelukannya.
"Oh iya mau tanya, tadi suara siapa pas kita lagi telponan?" tanya Kinara penasaran.
"Adik perempuan gue," jawab Jevan dengan jujur.
"Lo punya adik perempuan?" kata Kinara dengan raut wajah terkejutnya.
"Punya, namanya Reva masih delapan belas tahun." Jevan memperjelas hal itu.
Kinara langsung melepaskan pelukannya. Dia menatap Jevan dengan sangat antusias.
"Pasti cantik ya?"
Jika Jevan saja setampan ini pasti adik perempuannya juga sangat cantik.
"Cantik kayak lo," kata Jevan dengan jujur.
Jawaban yang pria itu berikan membuat Kinara langsung diam dengan pipi memerah.
"Memang gue cantik?" tanya Kinara.
"Enggak lo jelek," kata Jevan asal.
Sudah tau cantik pakai tanya segala dan jawaban yang Jevan berikan itu membuat Kinara langsung cemberut.
"Cantik, ngambekan amat dibilang jelek," kata Jevan sambil mencubit pipinya dengan gemas.
Dalam waktu singkat raut wajah Kinara kembali berubah. Wanita itu terlihat sangat senang sekarang.
"Lebih ganteng gue atau Daffa?" tanya Jevan.
"Hah?"
"Gue atau Daffa?" tanya Jevan lagi.
"Lo berdua sama-sama ganteng, tapi karena gue suka sama lo ya jadi gantengan lo," kata Kinara sambil tersenyum.
Jevan tersenyum senang ketika mendengarnya. Dia memainkan rambut Kinara dengan satu tangannya.
"Lo sadar enggak sih kalau lo secantik ini Ra?" tanya Jevan tiba-tiba.
Pertanyaan itu membuat Kinara terdiam. Dia menatap Jevan yang masih memainkan rambutnya.
Ini yang dimainkan rambutnya, tapi yang berantakan hatinya.
"Maksud gue banyak cewek cantik, tapi lo beda," kata Jevan yang membuat Kinara merasa bingung.
Jevan kembali tersenyum dan mendekatkan wajahnya.
"Bahkan kata cantik aja enggak cukup untuk menggambarkan lo Ra," jelas Jevan.
Jevan si playboy mulai beraksi memporak-porandakan hati Kinara yang lemah.
Mungkin setelah ini kalian harus banyak bersabar karena Kinara akan menunjukkan kebodohannya.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
