Villain Me Not | Prolog

22
23
Deskripsi

Aelris merinding saat netranya menjumpai sepasang iris abu kebiruan itu. Tak lama, tawa geli—hampir sinis—lolos dari selipan bibir pria di atasnya.

"Oh, Ael-ku Sayang," bisik rendah Loux, masih dengan raut yang membuat Aelris ingin menaboknya.

Sentuhannya teramat lembut. Telapak besar Loux di kulit polosnya begitu nyaman. Hingga ketika pria itu berhenti menjangkau setiap inci tubuhnya dan jatuh semakin lelap, rasanya ada sesuatu yang hilang.

Aelris menahan napas sejenak sebelum memindahkan tangan besar itu dari pinggulnya. Ia pun duduk di tepi ranjang, mulai menatap jubah kebesaran Loux yang tergantung di tonggak samping pintu.

Sekarang adalah waktu yang tepat. Ia tidak mau mengulur waktu lebih lama. Segera Aelris beranjak dari ranjang, menyeberangi ruangan serba hitam yang terasa hangat untuk meraih sesuatu dari sana.

Ia mulai merogoh ke balik saku jubah sang kaisar muda. Tangannya menarik keluar sebuah belati dengan mantap, lalu memindainya sejenak.

Jelas itu bukanlah belati yang bagus, salah satu yang tidak berguna karena sudah tumpul. Sebelum hari ini, tidak terpikir oleh Aelris menggunakan belati tumpul untuk mencabut nyawa seseorang.

Yang tumpul untuk kematian yang lebih kejam, pikirnya.

Aelris kembali menghampiri kaisar muda yang terlelap. Kakinya berjingkat sepanjang melintasi ruangan. Belati tumpul itu kini tersembunyi di balik punggungnya yang polos. Genggaman Aelris menguat seiring jarak mereka semakin tipis.

Sulur-sulur perak perlahan merangkak keluar dari kepalan Aelris, menyebar ke seluruh bagian bilahnya. Kini barang buangan itu terlihat jauh lebih bernilai.

Tepat Aelris sudah satu langkah lebih dekat, ia bersiap menaiki ranjang dan merangkak ke atas tubuh Loux. Pergerakan minim Aelris penuh kehati-hatian agar sang kaisar muda tidak akan sadar dari tidur lelapnya. Tidak sebelum belati ini berhasil mengoyak jantung yang berdegup tenang itu.

Satu inci lagi, tiba-tiba dunia Aelris serasa berputar hebat. Pinggangnya disentak kuat hingga terhempas ke alas yang empuk.

Sial! Seharusnya mereka tidak bertukar tempat seperti ini!

Aelris merinding saat netranya menjumpai sepasang iris abu kebiruan itu. Detik berikutnya, tawa meledek lolos dari bibir ranum pria di atasnya.

“Oh, Ael-ku Sayang,” bisik rendah Loux.

Suara seraknya cukup memengaruhi debar jantung Aelris. Ditambah raut tengil yang membuat Aelris ingin sekali menampar dan menciumnya di waktu yang sama.

Sayang sekali, itu tidak akan terjadi. Pergelangan tangannya kini terkunci erat oleh telapak besar Loux. Pria sialan ini benar-benar membatasi pergerakannya.

“Mereka cukup berani dan bodoh untuk mengirimmu kemari.”

Iris abu kebiruan Loux terlihat lebih gelap dan mematikan dari biasa. Aelris balas menyorotinya sebisa mungkin tanpa kelihatan gentar.

“Tetapi, Manis, apa mereka tidak tahu?”

Loux membawa tubuh mereka semakin rapat. Sialnya, Aelris langsung bisa merasakan kehangatan saat berada sedekat ini di bawah kungkungannya. Hingga kulit mereka kembali bersinggungan dan Aelris mulai menggeliat tidak nyaman.

Sialan, sialan, sialan!

Seolah-olah paham maksud dari geliatnya, Loux menyeringai tipis.

“Dengan memberimu padaku, berarti para anjing bodoh itu siap kehilangan satu berliannya, bukan?”[]


 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya ONCE UPON A SIN | EXTRA CHAPTER II
2
0
“Dein menyebalkan,” rutuknya pelan, “sudah selalu tidak menepati janji, hilang begitu saja. Jahat.”
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan