
kisah manis tentang si pewaris sah Ryuzaki, Akira.
Noted : Sekuel Mrs 30
pembaca tersayang yang sebelumnya sudah baca perkenalan cerita ini.
aku minta maaf banget karena untuk kisah Akira, akan ada perubahan alur cerita dan karakter.
kenapa? karena setelah aku pikir-pikir, aku agak enggak sreg sama alur cerita sebelumnya.
hehehe
jadi ini versi terbarunya.
kisah ini akan berbeda dengan kisah Papanya, karena ada unsur religi.
btw, aku kangen karakter Ainun hehehe jadi aku bongkar ulang kisah Akira.
……
Bab Satu
“ONICHAAAN!!!”
Akira yang baru saja menyimpan sepedanya, tersenyum lebar kepada kedua adik kembarnya yang berlari ke arahnya. “Kalian bawa apa itu?” tanya Akira pada Akeno dan Akio yang membawa sesuatu di tangan mereka.
Akeno yang memiliki tahi lalat di bawah bibir kanan menunjukkan telapak tangannya. “Ini, aku nemuin di dekat sekolah!!”
Akira meringis melihat kodok hijau kecil di tangan Akeno. “Ken, simpan jangan di bawa ke rumah! Nanti Bunda marah.” Tegur Akira sambil mengambil kodok kecil itu dan menyimpannya di depan pagar rumah.
“Onichan, kenapa di buang sih? Kan kasihan nanti kodoknya enggak bisa makan!” kesal Akio cemberut.
Akira menarik tangan Akeno atau biasa di panggil Ken, dan membawa anak itu ke keran yang berada di halaman rumah lalu mencuci tangan Ken. “Memangnya sudah bilang ke Bunda? Ini sudah ke berapa kali kalian bawa hewan ke dalam rumah. bukannya Bunda enggak ijinin, tapi kalian itu tanggung jawabnya di awalnya saja, nanti beberapa hari kemudian cuek. Minggu kemarin saja, Kio bawa hamster ke rumah, Ken beli kumbang di pasar kaget dan enggak nyampe 3 hari semuanya mati karena kalian enggak kasih makan minum.”
“Tapi yang sekarang serius kok, Oni!!!” ucap Ken keras.
Akira rasanya ingin mencubit kedua adiknya yang masih chubby dan selalu bikin ulah. Sekarang saja, seragam merah putih keduanya kotor sekali. Entah apa yang mereka lakukan di sekolah, setiap hari selalu saja ada ulahnya. Kalau tidak seragam kotor, sepatu hilang, membawa hewan yang mereka temukan di sawah atau kebun, pantas saja Bunda dan Ayah sudah lelah menangani si kembar ini.
“Nego dulu sama Papa sana,” tantang Akira.
“Yah, enggak mau ah kalau sama Papa mah!” ucap Kio.
Ken mengangguk setuju. “Kalau sama Papa banyak aturannya, terus harus bikin surat perjanjian!”
Akira terkekeh. “Ayo masuk, Onichan sudah lapar sekali. Oh iya Bunda mana?”
“Bunda masih kerja di dalam kamar, tapi Bunda udah masakin sayur sop sama tahu kecap!!” seru Ken menarik tangan Kakak kesayangannya.
“Aduh... kalian ini!! Nanny cariin ternyata di sini. Ayo Tuan Ken, Tuan Kio, mandi dulu. Air hangatnya sudah siap.” ucap Nanny Dessy kepada si kembar.
“Sana mandi dulu, Onichan juga mau mandi. Entar kita main PS setelahnya.”
“Asyik!!!”
Akira tersenyum melihat Ken dan Kio yang berlari bersama Nanny Dessy yang mengejarnya. Nanny Dessy sebelumnya mengasuh dirinya, dan kini setelah dirinya dewasa, Nanny memilih mengasuh adiknya daripada pulang ke kampung halamannya.
Akira merasa lega dengan keputusan Nanny, karena jujur saja, Nanny selalu ada bersamanya bahkan sejak ia lahir. Rasanya sedih jika Nanny harus kembali ke kampung halamannya.
Akira masuk ke dalam kamarnya dan menyimpan tasnya ke rak gantung. Ia juga melepas seragamnya dan menggantungnya. Sebelum mandi, Akira mengecek ponselnya dan melihat beberapa chat yang masuk dari grup sekolahnya dan sahabatnya, Sophia.
Sophia adalah sahabat kecilnya sejak ia tinggal di Lembang. Mereka satu sekolah sejak SD hingga kelas 3 SMA, dan anehnya juga mereka satu kelas hingga kebersamaan mereka sudah dikenal oleh orang-orang di lingkungannya.
Sudah hampir 11 tahun mereka tinggal di sini. Setelah Bunda dan Papa meresmikan pernikahan, Papa memboyong keluarganya untuk tinggal di Lembang. Dan setelah 2 tahun, akhirnya Bunda hamil si kembar.
Akira bersyukur dengan keputusan Papa untuk pindah ke sini. Hampir semua penduduk sini tidak mengetahui identitas mereka, karena mereka jarang menonton TV. Apalagi profesi penduduk kebanyakan petani, pedagang pasar dan buruh pabrik. \
Kalaupun mereka pernah melihat Papa, tapi mereka tidak menyadari jika CEO yang seri wara wiri di TV adalah Papanya. Karena penampilan Papa ketika di rumah sangatlah berbeda. Apalagi Bunda juga tidak pernah di sorot TV. Setiap acara penghargaan webtoon atau konferensi pers film yang diadaptasi Bunda, Bunda lebih memilih kedua asisten kesayangannya yang mewakilkan.
Sejak dulu Bunda tidak suka kamera, tidak suka menjadi pusat perhatian dan bekerja karena Bunda suka menggambar. Kata Bunda, jika dirinya terkenal Bunda akan sulit jajan di warung, main ke pasar dan mengajar dirinya dan si kembar makan jagung bakar di pinggir jalan.
Karena itu, Papa membeli rumah yang ukurannya jauh dari rumah utama di kota. Rumah yang mereka tempati hanya berukuran 90 m dengan 2 lantai dan 4 kamar yang terdiri kamar Papa dan Bunda di lantai bawah dan dirinya, serta di lantai 2 kamar si kembar serta Nanny Dessy.
Akira bahagia dengan kehidupannya sekarang. Setiap minggu pagi, bersama-sama mereka akan berbelanja bahan makanan di pasar dan mampir ke pasar kaget untuk naik kuda atau memancing ikan di kolam balon. Sabtu malam mereka akan makan di angkringan memakai motor. Dirinya membawa Ken dan kadang Sophia ikut, serta Papa membawa Bunda dan Kio di tengah.
Drrrt.... Drrrrrt...
Akira tersenyum melihat foto dirinya bersama Sophia, ia mengangkat panggilan sahabat kesayangannya itu.
“Halo?”
“Ayo ke tempat biasa! Bawa si kembar juga ya.” Seru Sophia bersemangat.
“Sekarang? Sekarang banget nih?”
“Nanti deh habis ashar, oke?”
“Oke.” Jawab Akira dan Sophia segera menutup teleponnya membuat Akira terkekeh.
Sehabis mandi dan berganti baju rumah, Akira keluar kamar. Pria itu tersenyum lebar melihat Bundanya berada di meja makan bersama si kembar yang berisik.
“Bun, nanti kalau bikin sop wortelnya di bentukin kayak kelinci atuh!” seru Ken.
“Jangan kelinci ih! Mending bentukin kayak kodok yang tadi.”
“Emang Bunda bisa bentukin wortel kayak kodok Bun?”
Bunda yang masih terlihat masih muda padahal usianya sudah di atas 40 hanya menatap kedua putranya dengan datar. Meski nampak judes, namun Akira tahu jika Bunda begitu menyayangi mereka.
“Ya Bunda? Ya?” desak Kio.
Bunda mengelus rambut Kio. “Makannya di habisin dulu, baru nanti Bunda kasih jawabannya.” Bunda menatap Akira yang baru bergabung di meja makan. “Makan dulu, Bunda udah bikinin tahu kecap pedas kesukaan kamu.”
Akira mengambil piring yang sudah di isi nasi oleh Bunda, dan memasukkan lauk pauk. “Kore wa totemo oishīdesu! (Ini enak Banget!)”
“Masakan Bunda kan emang paling enak, ya enggak Kio?”
Kio mengangguk.
“Kalau memang masakan Bunda paling enak, berarti kalau Bunda nanti masak balakutak, kalian makan kan?”
Akira, Kio dan Ken menatap ngeri kepada Bunda. Mereka paling tidak suka makanan berbau hanyir dan bertinta hitam itu. “SHITAKUNAI!!!” seru para lelaki kompak.
Akira

Si kembar Akeno dan Akio

Bunda Ghendis


Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
