Terlihat seorang perempuan berdiri di sebuah tepi jurang, tangannya menggenggam, tinggal selangkah lagi, ia akan terjun dan bisa dipastikan nyawanya tak akan tertolong lagi. Batu di bawah siap menangkapnya, lalu melemparkan tubuhnya ke arus sungai yang deras. Siapapun yang terjatuh tak akan bisa kembali lagi.
Langkahnya sudah bulat, ia berdiri sendirian di tengah senja yang mengantar mentari pergi, tangisnya tak terbendung lagi, pikirannya sudah kacau, masalah besar seakan tengah ia pikul sendirian....
1 file untuk di-download
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
100
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses
Kategori
Rjt
Selanjutnya
WATU PETHAK
2
0
“Nak, aku mau minta tolong, sebarkan sebuah cerita yang nantinya menjadi pengingat untuk semua...” ucap Bapak sambil menghisap rokok yang ia pegang. “Cerita apa Pak? tumben tiba-tiba Bapak minta ceritanya dibagikan? Tanpa saya minta lagi...” tanyaku yang penasaran. “Cerita dimana, Bapakmu dulu ada di sebuah persimpangan, harus memilih, memilih untuk bangkit perlahan dari keterpurukan, atau menuruti ego dan nafsu duniawi dalam mendapatkan kekayaan yang sesaat ini, mau Gung?” pinta Bapak, yang tentu saja sebagai anak saya tidak bisa menolak, toh ini adalah cerita pengalaman beliau, yang mungkin bisa diambil nilai positifnya, dan dijadikan pelajaran dalam menjalani hidup. Saya akan menceritakan sebuah cerita yang berkaitan dengan sebuah batu, batu berwarna putih yang pernah sekali Bapak tunjukan pada saya, Bapak menamai itu dengan sebutan “Watu Pethak”. Cerita ini sudah bisa dibaca gratis di twitter @nuugroagungBagi yang ingin memberikan apresiasi dan dukungan pada saya, silakan dukung saya di Karyakarsa.Untuk yang sudah mendukung, saya ucapkan banyak terima kasih, karena sudah membantu, dalam pengembangan karya yang saya buat. Sekali lagi saya ucapkan banyak terima kasih.Sehat selalu untuk teman semuanya.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan