
"Sebut namaku dengan kondisi tubuhmu yang tanpa busana, sentuh aku dengan gerakan terbaikmu," bisik Mattheus sembari menyeringai, inilah kesempatannya untuk memiliki gadis itu sepenuhnya.
Flashback On
Terlihat seorang anak perempuan sedang berlarian di pinggir sungai dengan membawa kapal kecil yang terbuat dari kertas di tangannya, ia berlari, membiarkan rambutnya terurai dengan bebas di udara.
"Sienna, jangan bermain jauh-jauh, ya!" teriak Mita yang terlihat sedang mencuci pakaiannya di pinggir sungai.
Saat itu beberapa tentara VOC sedang berjalan-jalan di pinggir sungai untuk mengenal lebih jauh lagi daerah Banda. Pandangan Mattheus teralihkan dengan Sienna yang terlihat sedang sibuk memainkan kapal kertasnya di udara.
Saat tentara yang lain sibuk memandangi daerah Banda, pandangan Mattheus tidak bisa lepas dari Sienna yang terlihat sangat indah di bawah sinar matahari. Saat angin berhembus sangat kencang, rambut Sienna ikut tertiup angin, sehingga membuat wajah cantik gadis itu semakin terlihat jelas.
Mattheus terdiam cukup lama kemudian memilih untuk berjalan mendekati gadis itu. Tiba-tiba kapal kertas milik Sienna terjatuh dan sedikit terbawa angin, sehingga membuat kapal kertas itu terjatuh tepat di ujung sepatu Mattheus.
Sienna membungkuk kemudian mengambil kapal kertasnya, ia lalu mendongak ke atas dan mendapati ada seorang tentara VOC dengan seragam lengkapnya sedang berdiri di hadapannya.
Mattheus memiringkan sedikit kepalanya ke samping sembari menatap gadis itu. Sienna tersenyum tipis kemudian berdiri tegak.
"Maafkan saya," ucap Sienna.
Sienna menundukkan kepalanya karena merasa sedikit malu akan perbuatannya.
Sialnya Mattheus tidak mampu berpaling dari wajah cantik anak perempuan itu. Walaupun pria itu tahu bahwa umur mereka terlalu jauh, tetapi sungguh Mattheus tidak akan menduga bahwa ia akan tertarik dengan seorang anak kecil. Sangat cantik hingga rasanya pria itu ingin memilikinya. Pria itu yang berumur 20 tahun malah jatuh cinta dengan gadis berusia 13 tahun.
Mattheus terus menatap kebaya yang digunakan oleh gadis itu, kebaya itu terlihat sangat indah jika dipakai oleh Sienna, seolah pakaian khas Bali itu sudah benar-benar melekat pada gadis itu.
Flashback Off
Sejak dulu Mattheus rasanya ingin merasakan momen ini, yaitu memeluk Sienna. Seperti yang terjadi sekarang ini.
"Lepaskan saya!" perintah Sienna.
"Aku memang ingin melepaskanmu." Mattheus kemudian membawa tubuh gadis itu ke pinggir sungai, kemudian membiarkan tubuh gadis itu duduk di atas rerumputan.
"Jika saya pulang ke rumah tanpa membawa pakaian, maka besok saya harus memakai apa?!" bentak Sienna.
"Jangan kira saya tidak berani dengan Tuan, saya sudah tegaskan di awal bahwa saya tidak takut mati!" ucap Sienna.
Sienna menatap kedua mata pria itu dengan tatapan tajam dan penuh kebencian. Walaupun tidak mendapatkan tatapan cinta, setidaknya Mattheus akan terus diingat oleh gadis itu karena tingkah nakalnya, itu juga tidak masalah bagi Mattheus.
Sienna kemudian mengambil selendang yang ada di sampingnya lalu membungkus dirinya sendiri menggunakan selendang itu, ia takut pria itu akan melecehkannya lagi.
"Anggap saja tadi adalah kecelakaan, lupakan kejadian ini, karena saya tidak mau berurusan dengan orang kotor seperti anda." Sienna kemudian berdiri dari duduknya, ia lalu berjalan meninggalkan pria itu seorang diri.
Sienna berjalan pulang ke rumah, sesampainya di rumah, betapa terkejutnya ia ketika melihat beberapa tentara VOC memasuki rumahnya secara bersamaan. Gadis itu kemudian buru-buru masuk ke dalam rumahnya dengan kondisi tubuhnya yang masih dalam keadaan basah.
"Akh, sakit!" Anastasia mengeluh kesakitan ketika dua orang tentara mulai menyeret tubuh Anastasia secara paksa.
"Apa yang kalian lakukan?!" bentak Sienna.
"Awas!" Salah satu tentara kemudian mendorong tubuh Sienna secara kasar agar segera menyingkir dari jalannya. Tubuh Sienna seketika terjatuh.
"Kami akan membunuh adikmu dan ibumu, sementara ayahmu akan kami pekerjakan untuk mengambil buah pala lebih banyak lagi. Aku kasihan padamu, jadi aku sengaja mengucapkan ini padamu," ucap salah satu tentara para Sienna.
“Beberapa wanita kami perlakukan seperti ini juga, jadi jangan merasa hanya kau dan keluargamu yang mengalami hal ini. Kalian terdeteksi telah berani melawan perintah pemimpin kami, jadi kami akan mengambil tindakan ini agar kalian tidak berani macam-macam lagi.”
"Siapa yang memerintahkan kalian?!" tanya Sienna.
"Pemimpin kami, Mattheus."
Para tentara itu kemudian menyeret paksa ayah, ibu dan adik Sienna bagaikan menyeret hewan. Tentara itu membawa mereka ke tengah lapangan lalu diikat pada batang kayu yang berdiri membentuk salip. Mita, Anastasia dan ayah Sienna diikat di masing-masing kayu berbentuk salip, lalu membiarkan orang-orang Banda menyaksikan itu.
Salah satu tentara kemudian berdiri di tengah-tengah lapangan.
"Inilah akibatnya jika kalian berani melawan kami!" Pria itu kemudian mengambil cambuk lalu berjalan menuju Anastasia.
Ctash!
Pipi Anastasia dicambuk dengan keras. Sienna menyaksikan semua itu, ia sedang duduk di atas tanah yang kotor, hanya ia yang tidak diikat di sana. Anastasia menangis karena rasa sakitnya. Gadis berusia sepuluh tahun itu harus menahan pedihnya rasa cambukan.
Bukan hanya satu cambukan saja, tetapi hampir puluhan cambukan berhasil melukai tubuh Anastasia. Sienna sampai menangisi keadaan adik perempuannya. Sienna tidak dapat berbuat apa-apa karena mereka semua memegang senjata.
"Kakak." Anastasia berucap lemah sembari menoleh ke arah Sienna. Anastasia terus menangis sembari menatap Sienna dengan tatapan penuh harapan.
Anastasia memang bukan adik kandung Sienna, karena Sienna bukan berasal dari dunia itu, tetapi Anastasia dan Sienna sudah menghabiskan waktu selama lima tahun bersama-sama. Sienna tidak bisa melihat adik perempuannya itu tersiksa lebih jauh lagi.
Sienna kemudian berdiri dari duduknya, perlahan ia berjalan ke tengah lapangan, ia mendekati adik perempuannya itu. Sienna tidak perduli dengan tentara VOC yang mulai menodongkan pistol ke arahnya.
"Kau ingin mati juga, ya?!" Tentara VOC yang bernama Cornelis itu kemudian hendak menembak kepala Sienna.
"Lihat baik-baik, aku akan menembak kepala gadis ini juga!" teriak Cornelis.
"Percuma hidup jika harus mengorbankan keluarga sendiri," balas Sienna. Gadis itu terus berjalan kemudian dengan berani mencoba untuk melepaskan tali yang mengikat tubuh Anastasia.
"Keluargamu disiksa karena ulahmu sendiri! Jadi, jangan merasa paling pahlawan!" ucap Cornelis.
Cornelis kemudian hendak menembak kepala Sienna, tetapi tiba-tiba terdengar suara tembakan dari senjata seseorang. Cornelis gagal menembak kepala Sienna. Ternyata yang melepaskan pelurunya di langit itu adalah Mattheus. Pria itu datang dengan seragamnya yang sudah basah.
"Dia berani melawan kami! Sudah menjadi keharusan bagi kami untuk memusnahkan orang-orang yang melawan!" ucap Cornelis.
Sienna menangis kemudian berusaha untuk melepaskan tali yang mengikat tubuh Anastasia. Kedua tangan Sienna sampai terasa dingin dan gemetar karena melihat banyak luka di tubuh Anastasia.
"Dia harus dihukum!" ucap Cornelis.
"Aku yang akan memberinya hukuman," ucap Mattheus kemudian berjalan cepat. Pria itu lalu menarik paksa tangan Sienna.
"Lepaskan!" perintah Sienna ketika Mattheus terus menarik tangannya sehingga menjauh dari Anastasia.
Mattheus tidak memperdulikan perintah itu kemudian tetap menarik paksa tangan gadis itu. Pria itu membawa Sienna ke sebuah rumah yang terlihat sedikit rapi, jauh dari kerumunan orang tadi.
"Lepaskan saya!" perintah Sienna.
Mattheus dengan kasar mendorong tubuh gadis itu hingga masuk ke dalam suatu ruangan. Saat Sienna hendak keluar dari ruangan itu, tiba-tiba Mattheus kembali menghalangi jalan gadis itu untuk keluar dari ruangan tersebut.
Mattheus kemudian mencengkram kuat pergelangan tangan gadis itu. Gadis itu mendongak ke atas.
Mattheus terkejut ketika melihat gadis itu menangis dengan wajahnya yang mulai sangat pucat, bibir yang tadinya sedikit pink, kini berubah menjadi merah, dan rambut gadis itu yang tadinya sangat rapi, kini menjadi berantakan.
"Saya ingin menemui keluarga saya." Sienna berbicara sembari terisak, ia masih mengingat dengan jelas ada begitu banyak darah di tubuh Anastasia akibat cambukan.
Gadis itu menangis, ia hancur di hadapan Mattheus. Untuk pertama kalinya, Mattheus melihat sisi yang lain dari gadis pribumi itu. Sienna menangis di hadapannya, gadis itu menangis untuk Mattheus.
Sienna memiringkan kepalanya sedikit ke samping sembari terus menatap ke atas agar dapat melihat wajah pria itu.
“Tidakkah Tuan merasa kasihan?”
"Aku tidak bisa berbuat apa-apa, ini perintah dari ayahku," sahut Mattheus.
"Saya mohon, mereka adalah keluargaku yang selalu melindungiku. Saya mohon tolong saya, Mattheus." Sienna menundukkan kepalanya sembari terus menangis. Jika keluarga Sienna mati, maka rencananya yang sudah ia susun selama lima tahun akan menjadi tidak berguna.
Mattheus hanya tersenyum remeh. Gadis itu begitu angkuh tadi, sangat angkuh. Pria itu kemudian berjalan mendekati Sienna, jarak mereka kini sangat dekat.
"Tolong selamatkan dia," pinta Sienna yang mulai pasrah.
"Kau ingin aku menyelamatkannya?! tidak ada yang gratis, Sienna. Lepaskan pakaianmu di hadapanku, jika kau melakukannya, maka aku akan memenuhi keinginanmu, Sienna," bisik Mattheus dengan nada kasar. Pria itu juga menatap rendah Sienna.
"Sebut namaku dengan kondisi tubuhmu yang tanpa busana, sentuh aku dengan gerakan terbaikmu," bisik Mattheus sembari menyeringai, inilah kesempatannya untuk memiliki gadis itu sepenuhnya.
Mattheus kemudian dengan beraninya mulai menyentuh bibir bawah Sienna menggunakan ibu jarinya. Sienna mengepalkan kedua telapak tangannya, dadanya sesak, ia menutup kedua matanya, untuk sekali saja, setelah kejadian ini, ia berjanji akan pergi jauh dari Mattheus, mereka tidak akan bertemu lagi.
"Tolong suruh mereka berhenti," pinta Sienna dengan dadanya yang terasa sakit.
Mendengar kalimat itu membuat Mattheus tersenyum tipis dengan rasa senang dalam hatinya.
* * *
🎋B E R S A M B U N G
Rabu, 30 April 2025.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
