
"Nikmatilah, Sienna. Mendesahlah. Jika tidak bisa mendesah dengan benar, maka sebut namaku sampai tenggorokanmu terasa sangat kering, Sienna. Mattheus, itu namaku. Ucapkanlah sampai bibirmu lelah di bawah tubuhku." Mattheus berhenti mencium leher gadis itu, kemudian membisikkan kalimat tersebut tepat di telinga Sienna.Â
"Aku akan menyuruh mereka berhenti, tetapi tepati janjimu dulu," ucap Mattheus.
"Iya, saya akan menepati janji saya!" balas Sienna. Gadis itu tidak mau menjadi egois, ia memang ingin menyelamatkan hidupnya, tetapi percuma jika selamat karena harus mengorbankan keluarganya yang telah lama menjaganya selama ini.Â
Mattheus kemudian membuka pintu ruangan tersebut dengan diikut dengan Sienna di belakangnya. Mereka sampai di lokasi, betapa terkejutnya Sienna ketika melihat adik perempuannya itu sudah pingsan dengan kondisi tubuh terikat.Â
Mattheus dengan mudahnya menghentikan aksi penyiksaan itu, kemudian membiarkan keluarga Sienna terlepas dari ikatannya. Sienna kemudian berlari cepat lalu memeluk adik perempuannya itu yang sudah lemas tidak bertenaga.Â
"Ayo ke markas!" perintah Mattheus kepada para Tentara, mereka meninggalkan tempat kejadian.Â
* * *Â
Kondisi Anastasia sudah membaik, Mita dan Ayahnya juga sudah membaik. Kini Sienna benar-benar memiliki pikiran yang kosong karena memikirkan kejadian tadi, ia lagi-lagi gagal mengubah alurnya sesuai keinginannya. Gadis itu pada akhirnya tetap menjadi simpanan tentara VOC.Â
Sienna kemudian segera keluar dari rumah, lalu duduk di luar rumah, tatapannya kosong ke depan dengan pikirannya yang terus mengingat kejadian tadi. Tiba-tiba terdengar suara kucing yang mengeong keras, sehingga membuat gadis itu berjalan ke sumber suara.Â
Sienna kemudian dapat melihat dengan jelas seekor kucing yang terlihat sedang terluka. Gadis itu kemudian segera duduk di hadapan kucing tersebut, kemudian mengelus kucing tersebut dengan lembut.Â
"Kamu terluka, ya?" bisik Sienna dengan lembut.Â
"Apa kau tidak sibuk?" Saat sedang sibuk mengelus kucing, tiba-tiba saja Mattheus datang dengan membawa senapan api di tangannya.Â
Mattheus tersenyum tipis ketika melihat Sienna sedang sibuk mengelus seekor kucing. Gadis itu terlihat sangat menyukai kucing itu, Sienna menatap hewan itu dengan tatapan penuh cinta.Â
"Look at me, Sienna. Aku saat ini sedang berbicara denganmu, seharusnya kau menatapku." Mattheus tersenyum tipis sembari terus menatap ke arah Sienna.Â
"Saya akan mengobati kucing ini dulu, lalu kita boleh bicara. Saya takut kucing ini akan mati," sahut Sienna yang terus menatap kucing di hadapannya.Â
Mattheus terdiam kemudian menatap kabaya putih yang dikenakan oleh Sienna. Anehnya, walaupun memakai kebaya putih, kulit Sienna tetap terlihat sangat cerah, seolah warna putih yang akan merasa insecure dengan kulit mulus yang dimiliki oleh gadis itu.Â
"Mengapa kau masih enggan untuk menatapku? Akulah yang membantumu tadi, seharusnya kau bersikap lebih sopan padaku," ucap Mattheus.
"Membunuh sebagian warga Banda dan melakukan kekerasan yang tidak wajar. Katakan, mengapa saya harus bersikap lebih sopan dengan anda?" Kali ini Sienna berbicara dengan nada yang rendah.
"Karena aku bukan pria itu, Sion, ya, namanya? Walaupun seribu kebaikan telah kulakukan untukmu, kau tetap akan membenciku, berbeda dengan pria itu, kau bahkan melamarnya duluan sebelum dia melamarmu." Mattheus menatap rendah gadis di hadapannya.Â
"Jangan bandingkan diri Tuan dengan Sion, karena kalian berdua adalah orang yang berbeda. Saya tidak sudi Sion saya dibandingkan dengan seorang tentara VOC seperti Tuan. Level Tuan berbeda dengan Sion, bahkan hanya untuk melihat wajah Tuan saja, saya merasa jijik," sahut Sienna.Â
"Kalian berdua sebenarnya cocok, karena sama-sama miskin." Mattheus kemudian mengangkat senapannya, lalu mengarahkan ujung senapannya ke arah kucing yang sedang terluka itu.Â
Dor!
Dengan tanpa hati, Mattheus kemudian menembak kucing itu sampai mati tepat di hadapan Sienna. Gadis itu mendongak ke atas dan mendapati Mattheus yang sudah tersenyum puas karena aksi kejamnya.
"Kau menganggapku jahat, kau benar. Aku memang jahat," ucap Mattheus.Â
"Setelah kejadian ini, saya tidak akan menampakkan diri lagi di hadapan Tuan," ucap Sienna.Â
"Sangat datar. Menangislah seperti terakhir kali, hancurlah seperti sebelumnya. Aku adalah orang jahatnya di sini dan orang jahat ini suka ketika melihatmu terlihat sangat hancur," ucap Mattheus.Â
"Saya sudah selesai." Sienna berdiri dari duduknya kemudian berjalan mendekati Mattheus.Â
"Saya sangat membenci anda." Setelah berdiri di hadapan Mattheus, Sienna langsung mengucapkan kalimat itu.Â
"Orang yang kau benci ini telah menyelamatkan nyawa adikmu dan keluargamu, jadi bersikap lebih sopanlah padaku, karena gadis miskin sepertimu tidak akan bisa berbuat apa-apa selain menuruti keinginanku," ucap Mattheus.Â
Mattheus menurunkan senapannya, lalu perlahan mendekati gadis itu, kemudian tangan kanannya perlahan mengelus dan meremas rambut hitam gadis itu. Jari-jari pria itu bergerak liar, seolah-olah sangat menyukai kehalusan rambut Sienna.Â
"Datanglah ke kamarku malam ini, datanglah sebagai pelacurku bukan sebagai gadis pribumi yang angkuh. Ruangan tadi adalah tempat aku tinggal, kau bisa memasuki ruangan tadi dengan bebas," bisik Mattheus.Â
Mattheus kemudian pergi meninggalkan gadis itu seorang diri. Sienna meremas kuat kedua telapak tangannya. Gadis itu ingin rasanya segera kabur, tetapi ia ingin menyelamatkan keluarganya juga dari tentara VOC yang gila itu.Â
* * *Â
Sudah memasuki waktu tengah malam, jalanan sudah terlihat sangat sunyi, hampir tidak ada orang yang keluar dari rumah. Seorang gadis keluar dari rumah melalui pintu belakang. Gadis itu adalah Sienna, ia keluar menggunakan kebaya merah yang terlihat sedikit ketat sehingga membentuk lekukan tubuhnya.Â
Gadis itu berjalan dengan pandangan ke bawah, kini ia telah sampai di sebuah rumah yang terlihat sangat rapih, rumah tadi. Rasanya, Sienna tidak ingin masuk ke dalam sana, ia ingin kabur, tetapi saat ini Sion belum menemukan identitas aslinya, sehingga membuat Sienna tidak bisa bergantung pada Sion.Â
Sienna kemudian hendak berbalik pulang ke rumah, tetapi tiba-tiba saja pintu terbuka, seorang pria keluar dengan hanya menggunakan handuk sepinggang, pria itu membiarkan dada putihnya telanjang dan hanya menutupi bagian bawah tubuhnya. Pria yang hanya memakai handuk itu adalah Mattheus.Â
Mattheus bersandar di pintu sembari menatap ke arah Sienna.Â
"Kau sudah datang rupanya, masuklah," pinta Mattheus.Â
Sienna mengepalkan kedua telapak tangannya kemudian berjalan memasuki rumah tersebut dengan penuh rasa takut dalam dirinya. Gadis itu terus menundukkan kepalanya, ia enggan untuk menatap dada telanjang Mattheus. Sedangkan Mattheus seolah sengaja melonggarkan handuknya, ia sengaja agar handuknya jatuh lebih cepat.Â
Sienna duduk di salah satu kursi sofa dengan kepala menunduk. Mattheus duduk di hadapan gadis itu dengan senyuman tipis.Â
"Ceritakan tentang dirimu," ucap Mattheus sembari terus menatap kebaya merah ketat yang dikenakan oleh gadis itu.Â
"Tidak ada yang spesial." Sienna menatap wajah Mattheus, kedua mata biru itu terus menatap Sienna dengan tatapan memuja.Â
"Kau suka kapal dari kertas, ada banyak kertas di kamarku, kau bisa membuat kapal dari kertas dengan banyak. Kau ingin mencobanya, Sienna?" tanya Mattheus.Â
"Jangan buang-buang waktu, tolong! Saya tidak ingin terlalu berlama-lama di sini!" Sienna meremas kuat roknya.Â
"Masuklah ke kamar, Sienna. Aku akan menyusul," pinta Mattheus yang masih mempertahankan senyuman tipis di bibirnya.Â
Sienna berdiri dari duduknya kemudian memasuki kamar, ia duduk di pinggir ranjang dengan tatapan kosong ke depan, ia meremas kuat kain kasur, ia benci situasi seperti.Â
Setelah menunggu beberapa menit, Mattheus kembali masuk ke kamarnya dengan kondisi yang sama, masih memakai handuk. Mattheus kemudian duduk di pinggir ranjang lalu menatap wajah cantik gadis itu dari jarak yang dekat.Â
"Selama kegiatan ini berlangsung, saya ingin Tuan tidak mencium bibir saya, saya ingin menyimpan bibir saya untuk Sion nanti," ucap Sienna.Â
Mattheus tersenyum sinis kemudian menarik dagu gadis itu, sehingga membuat kedua mata mereka saling bertemu.Â
"Berkacalah lebih sering lagi, apa kau yakin pria itu masih mau menerimamu jika mengetahui fakta bahwa kau bukan gadis suci lagi?" bisik Mattheus.Â
"Lihat aku lebih sering lagi dan sentuh aku lebih banyak lagi, jika kau melakukannya, mungkin aku akan mempertimbangkan untuk merahasiakan kejadian ini dari semua orang terdekatmu," bisik Mattheus kemudian perlahan melepaskan kancing kebaya merah gadis itu.Â
Mattheus kemudian memaksa gadis itu untuk berbaring dengan tenang di atas kasur. Pria itu menindih tubuh Sienna, sehingga membuat dada gadis itu terasa sesak.Â
Mattheus dengan beraninya mengecup dan menghisap leher Sienna dengan gerakan yang sedikit kasar, sehingga membuat gadis itu menutup kedua matanya. Jari-jari pria itu tidak tinggal diam, jari-jarinya mulai meraba dada telanjang Sienna dengan gerakan yang sensual.Â
"To--tolong hentikan." Sienna takut, ia lelah, ia geli dan ia tidak nyaman dengan sentuhan Mattheus.Â
"Nikmatilah, Sienna. Mendesahlah. Jika tidak bisa mendesah dengan benar, maka sebut namaku sampai tenggorokanmu terasa sangat kering, Sienna. Mattheus, itu namaku. Ucapkanlah sampai bibirmu lelah di bawah tubuhku." Mattheus berhenti mencium leher gadis itu, kemudian membisikkan kalimat tersebut tepat di telinga Sienna.Â
Mattheus kemudian membuka paksa kedua paha Sienna, sehingga membuat gadis itu merasa sedikit kesakitan. Pria itu kemudian beralih mengecup dada Sienna.Â
"Mattheus, saya mohon, lakukan secara perlahan. Ini pertama kalinya saya melakukannya." Sienna meneteskan air mata, di saat seperti ini, ia merasa sangat bersalah pada Sion.Â
* * *Â
🇲🇨B E R S A M B U N G🇲🇨
Sabtu, 3 Mei 2025.
Â
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
