[SEASON TWO] Part 21: Marsha Mulai Memperkenalkan Noel ke Teman

1
0
Deskripsi

“Jika tanpa dirimu, aku hilang,…”

Noel menemukan cinta dalam menemukan sederatan kejadian ganjil. Sukar ia ceritakan ke siapapun. Kini ia dilanda kebingungan, apakah sosok Marsha itu nyata. Atau, itu hanya… 

…selama ini, dirinya tengah berfantasi, kah? 

“Marsha, jika Tuhan memberikan aku umur panjang, akan aku luangkan waktu seumur hidup aku hanya demi kamu. Kamu di mana, Marsha? Haruskah aku ke ujung dunia hanya demi menemukan kamu?”

*****

Novel Melody

Silahkan melakukan pra-pesan ke Amerta di 0813-8104-2008.

post-image-65d83d93a6ed7.jpg

Semuanya bermula karena sebuah aplikasi menulis. Lalu, ada seorang laki-laki yang sedang bermasalah dengan apa pun yang terjadi di alam mimpinya. Apa yang terjadi di sana, cukup mendistraksi perhatiannya. Sampai akhirnya, ia menjadi terobsesi dan terus menerus mencari keberadaan perempuan yang ia kenal di alam mimpi. Yang selanjutnya, kehidupannya berubah total. Banyak yang terjadi dalam hidupnya. Hingga akhirnya, ia menemukan sebuah aplikasi menulis di tengah-tengah peristiwa kurang menyenangkan yang ia alami. Ia segera memanfaatkan aplikasi tersebut demi mencapai setiap tujuan dan impiannya. Langkah pertama yang tebersit di kepalanya adalah mempublikasikan puisi-puisi buatannya ke dalam akunnya yang berada di aplikasi tersebut.

 

Teruntuk Marsha Cahaya Hati

Untuk Marsha,

sang cahaya hatiku

 

Marsha,

aku hanya mau bilang,

terima kasih atas jejak-jejak

yang kamu toreh dalam hidupku

 

Marsha,

aku pun hendak berkata,

"Maafkan aku!"

Mungkin saja aku di luar harapanmu

Maafkan pula aku yang sering menghilang

Pun, karena aku belum bisa memberikan kepastian

 

Marsha, Marsha,

asal kamu tahu

sampai sekarang pun

rasaku selalu sama

 

Betapa sulit membangun cinta

Betapa sulit merindukanmu

Betapa sulit untuk berhenti memikirkanmu

 

Marsha,

apa boleh serindu ini?

Memang boleh merindu

ke sosok yang masih di awang-awang?

 

Oh, Marsha,

terakhir kutulis,

aku cinta kamu

lalu aku menghilang

Dan, maafkanlah

Kala aku merindukanmu,

'ku merindukanmu selalu

 

Dari aku,

pengagum rahasiamu

 

Itulah puisi pertama yang laki-laki bernama Noel itu publikasikan. Dipublikasikan di jam yang sama dengan jam ia mengirimkan Marsha pesan digital. Masih subuh, ia sudah berkarya. Dari satu puisi, Noel sepertinya cukup percaya diri untuk mempublikasikan puisi-puisi ciptaannya yang lain di aplikasi menulis tersebut.

Siapa sangka Dewi Fortuna benar-benar di pihak Noel. Cepat sekali terendus ke hidung Marsha, tentang keberadaan akun Noel tersebut. Atau, mungkin ada benarnya mitos tersebut. Hati-hati jika kita sedang membicarakan seseorang. Barangkali, entah bagaimana caranya, apa yang kita bicarakan, cepat atau lambat, orang yang kita bicarakan akan mengetahuinya.

Selain Marsha yang akhirnya mengetahui, puisi-puisi ciptaan Noel mulai disukai oleh warganet, khususnya mereka yang sudah lama berkecimpung di aplikasi tersebut. Banyak yang memberikan tanda berupa jempol ke postingan Noel. Tak sedikit yang mengeritik apalagi mengejek. Sampai-sampai, entah apa yang menggerakkannya, Marsha ikut memberikan komentar di salah satu postingan Noel.

Komentar pertama Marsha berbunyi, "Kayak pernah baca di suatu tempat, deh. Tapi, puisi-puisi kamu bagus-bagus, loh."

Tidak langsung dibalas Noel. Sebab, untuk komentar pertama Noel, ia masih cukup syok dan tak percaya. Noel masih meragukan bahwa yang berkomentar itu memang perempuan bernama Marsha, yang ia kenal karena alam mimpi.

"Bagus banget puisinya. Ini kayak buat seseorang nggak, sih?"

Barulah setelah Marsha mengirimkan komentar keduanya di postingan Noel, Noel baru benar-benar menyadarinya.

Selanjutnya dibalas Noel (walau belum mau memberikan topengnya dulu ke Marsha), "Bukan buat siapa-siapa. Saya menuliskan ini buat siapa saja yang senang membaca puisi. Nanti, ke depannya, saya mau coba bikin puisi yang bukan tentang cinta. Gimana? Setuju, nggak?"

Malamnya Noel memutuskan untuk mengirimkan pesan setelah beberapa hari ia seperti sedang mendiamkan Marsha. Di pesan tersebut, Noel memberikan pengakuan. Kedoknya ia buka. Beginilah yang Noel tuliskan.

"Selamat malam, Marsha, cahaya hatiku!

Good night, My World!

Aku harap tidur kamu nyenyak malam ini. Ingat yang selalu aku bilang sebelumnya, seburuk apapun hari kamu barusan, kamu masih bisa bertahan hidup. Itu termasuk saat-saat di mana dunia tidak sebaik yang kamu harapkan. Aku tetap bangga dengan kamu.

Iya, Marsha, aku bangga padamu. Setiap momen kita berada di atas danau, selalu terbayang-bayang di pikiranku. Mungkin untuk selamanya akan terus teringat.

Marsha, Marsha. Manusia darimana kamu itu? Kenapa bisa sehebat dan sekeren itu? Memang boleh ada perempuan secantik kamu? Apa aku diperbolehkan untuk memuji kecantikanmu selalu?

Malam ini, Marsha, aku katakan, 'I love you so much!'

Terus berjuang, Cahaya Hati aku. Jangan menyerah begitu saja. Setahu aku, Marsha yang aku kenal di atas danau itu, dia itu Marsha yang cantik dan tegar. Selama petualangan aku di atas danau sembari mendayung perahu, mau bagaimana dia mengeluh ke aku, dia tetap saja selalu bilang, 'Semangat!' berkali-kali. Makanya aku mau Marsha yang di dunia nyata tetap semangat menjalani hari-harinya.

Boleh, kok, istirahat sebentar. Asal jangan menyerah. Tidak baik berhenti di tengah jalan.

Satu lagi, aku akan siap kapan pun mendengarkan semua keluh kesah kamu. Anggap saja aku itu rumah kamu, meskipun itu tidak seberapa bagus. Kurasa, mungkin itu cukup untuk sedikit menghibur kamu. Tetap semangat, Marsha. Aku masih tetap sayang dengan kamu.

Aku menghilang bukan berarti aku tidak serius dengan kamu. Justru karena aku serius ini, aku menghilang dulu dari kehidupan kamu. Aku ingin fokus ke kehidupan aku.

Anyway, I feel so lucky to have you. May I say it, Marsha? Seberuntung itu aku bisa kenal kamu. Mula-mula dari alam mimpi, kita mendayung bersama-sama, yang selanjutnya aku dan kamu bertemu di depan sebuah restoran Jepang. Seberuntung itu seorang Noel, Marsha.

Terima kasih sudah menghargai aku, Marsha. Terima kasih juga sudah meluangkan waktu untuk aku. Juga, terima kasih atas dua buah komentar aku di akun menulis aku itu. Iya, itu aku, Marsha, yang menuliskan puisi-puisi di akun tersebut. Senangkah bacanya?

Mari kita istirahat, Marsha. Semangat, Marsha. Kamulah inspirasi dari setiap puisi yang aku ciptakan selama ini."

***

Tapi buka dulu topengmu

Buka dulu topengmu

Biar ku lihat warnamu

Kan kulihat warnamu

Sebuah lagu yang pernah dipopulerkan oleh sebuah band lokal dari Bandung menghiasi obrolan makan siang antara Marsha dan Jessica. Sembari membicarakan tentang Noel (yang untuk kali pertama), sembari mereka makan hidangan-hidangan berbau Jepang yang mereka sudah pesan beberapa menit yang lalu.

"Terima kasih, Mas. Oh iya, masalah bakal hilang kalau kamu bahagia. Kamu di sana tetap bahagia, yah. Ayo, dong, selalu tersenyum. Biar makin ganteng. Eh, aku suka banget baca puisi-puisi kamu di sana. Aku sudah tahu, kok, itu pasti akun kamu. Teruslah berkarya. Alangkah lebih bagusnya lagi, jika itu selalu tentang aku."

Balasan Marsha untuk Noel tersebut, ditunjukkan Marsha kepada Jessica. Lalu Jessica menggeleng-gelengkan kepalanya saking tak percaya dengan setiap cerita Marsha. Dahi Jessica pun berkerut. Kenapa bisa-bisanya perempuan itu berteman dengan perempuan seaneh Marsha?

"Marsha, Marsha," Jessica memicingkan kedua mata ke arah Marsha. "tahu begitu gue nggak perlu comblangin ke Ian itu. T'rus, kenapa gitu nggak ada niat kasih nomor pribadi lu ke Noel? Dari setiap e-mail dari cowok yang namanya Noel itu, sedikit banget yang lu balas. Kenapa gitu, sih? Kalau udah yakin dan lu emang beneran naksir sama dia, ajak ngobrol lewat WhatsApp aja. Ajak ketemuan, dong. Kalau malu-malu, gue mau, kok, temenin. Nggak apa-apa, kok, gue nanti jadi kambing congek."

Marsha lalu nyengir dan memilih untuk memberikan jawaban seperti ini, "Gue mau nguji seberapa cinta dia sama gue. Cinta kan, katanya, harus diuji."

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Episode: Sylvie, si Hantu Bule Londo
1
0
Begitu aku bangun, si Abang Batak sudah tak ada di sekitar aku. Pintunya pun telah tertutup. Yang ada, aku malah ditemani oleh perempuan berdarah Belanda tersebut. Namanya Sylvie, dan ia tertawa cekikikan. ***Marshel - Generali0819-3282-7794
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan