Minggu Ketiga Trinitatis: KKR dan Pernikahan

1
0
Deskripsi

KKR merupakan singkatan dari kebaktian kebangunan rohani. Seperti ibadah-ibadah minggu biasanya di hari minggu. Perbedaannya adalah di akhir ibadah, setelah khotbah. 

***

Nugget Lele Si Kumis

Eleusa 0857-1078-1319

post-image-666e4c14d7c17.jpg

Beberapa hari yang lalu, Greyzia mendatangi sebuah ibadah KKR. 

KKR merupakan singkatan dari kebaktian kebangunan rohani. Seperti ibadah-ibadah minggu biasanya di hari minggu. Perbedaannya adalah di akhir ibadah, setelah khotbah. Rata-rata KKR memiliki satu sesi di mana setiap jemaat yang memiliki masalah, yang seringnya berhubungan dengan penyakit, disuruh datang ke depan mimbar. Di sana, setiap jemaat akan didoakan secara khusus oleh pendeta. 

Yang entah bagaimana ceritanya, yang selalu membuat Greyzia tercengang, setiap si pendeta menumpangkan tangan, jemaat itu sering mendadak ambruk dan berkata, penyakitnya seperti sudah jauh-jauh dari tubuhnya.

Ada alasannya mengapa, di hari kamis yang lalu, Greyzia mendatangi ibadah KKR tersebut. Ia terpaksa menemani Indira dan ibunya. Ibunya Indira mengidap kanker payudara. Meskipun payudaranya sudah diangkat, tetap saja sel-sel kanker masih betah bersemayam di tubuh ibunya Indira. Sampai-sampai rambut ibunya Indira rontok terus menerus, yang menyebabkan beliau harus menggunakan rambut palsu.

"Lu yakin bisa, Zia?" tanya Indira mengernyitkan dahi.

Selanjutnya Indira melihat-lihat ke arah sekitarnya. Ruang ibadah KKR mulai ramai, tapi pengunjung yang hadir belum begitu memenuhi ruangan. Ini untuk kali pertama Indira mendatangi ibadah KKR. Meskipun aktif di organisasi kerohanian, Indira masih memandang sebelah mata hal-hal seperti pelepasan, kesembuhan rohani, hingga eksorsisme. Baginya, hal-hal seperti itu tak ubahnya permainan sugesti pikiran. Si obyek tidak benar-benar sembuh dari penyakitnya. Mereka hanya merasa sembuh.

Namun, demi rasa sayangnya ke ibu kandung, setiap opini pribadi Indira terkait kesembuhan rohani disingkirkan jauh-jauh. Toh, Indira tidak mengeluarkan uang sebanyak yang ia dan anggota keluarga lainnya keluarkan demi pengobatan kanker ibunya. Indira sampai pusing tujuh keliling saat diperhadapkan dengan tagihan rumah sakit.

Greyzia tersenyum dan berkata, "Dicoba dulu saja. Dulu, adik aku, Jason pernah bermasalah sama paru-parunya. Papa aku sampai stres, karena penyakit Jason belum kunjung sembuh-sembuh. Sampai akhirnya, Papa ketemu satu ibadah KKR di forum internet. Dia tergerak buat bawa Jason ke sana. Dan, puji Tuhan, penyakit adik aku itu nggak pernah kumat lagi."

"Oh, gitu, yah," respon Indira mengangguk-anggukan kepalanya.

Sementara itu, Greyzia memperhatikan sebentar ibunya Indira yang duduk di salah satu kursi panjang kayu khas gereja. Ibunya Indira cukup lama memperhatikan guratan Perjamuan Kudus yang terukir di mimbar. Sayup-sayup ibunya Indira menyanyikan lagu rohani.

"Oh, Yerusalem, kota mulia

Hatiku rindu ke sana

Oh, Yerusalem, kota mulia

Hatiku rindu ke sana

Tak lama lagi,

Tuhanku datanglah

Bawa saya masuk sana

Tak lama lagi,

Tuhanku datanglah

Bawa saya masuk sana"

Entah mengapa Indira merasa agak bergidik. Ia sepertinya merasakan waktu ibunya tinggal sebentar lagi. Dengan kedua mata berkaca-kaca, Indira spontan memeluk ibu kandungnya dan berkata, "Ma, yang semangat, dong. Jangan kepikiran mati melulu. Aku belum siap ditinggal pergi Mama."

Bukannya terharu, ibunya Indira itu malah melotot dan mencubit lengan Indira. Beliau menyemprot Indira galak, "Apaan, sih, kamu, Indira? Apa tidak boleh Mama nyanyi lagu rohani? Kan, kamu tahu itu salah satu lagu rohani favorit Mama?!"

Greyzia terkekeh dan berkata, "Kata-kata dalam lagu itu, Tante, yang mungkin si Indira agak-agak takut. Dia belum siap Tante pergi, maaf Tante, menghadap Tuhan."

Ibunya Indira menghela nafas dan berkata, "Ah, Tante sebetulnya ikhlas-ikhlas saja pergi ke sana. Bukannya menyerah, yah, Greyzia, Tante cuma ikhlas dan menerima apa adanya. Kalau Tante benar-benar menyerah, mungkin Tante tidak akan pernah mau kalian ajak ke ibadah KKR. Sudah lama juga Tante tidak menghadiri ibadah KKR. Terakhir itu, waktu Indira mau lulus SMP."

Kini ganti ibunya Indira yang memeluk Indira. Dengan air mata yang mendadak sudah menetes, ibunya Indira melanjutkan kata-katanya, "Kamu masih ingat, Indira, waktu itu? Aduh, pusing Mama waktu itu. Nilai-nilai kamu dari kelas 7 sampai 9, bikin Mama ketar-ketir. Mama--waktu itu--takut kamu tidak lulus sekolah. Makanya Mama mau-mau saja diajak teman Mama ikut ibadah KKR. Itu demi kamu."

Ibunya Indira melepaskan pelukannya. Indira memilih untuk tidak menjawab. Temannya Greyzia itu menghela nafas, lalu mengelap air mata yang ia keluarkan dari dalam tas tangannya. Ia pun sekonyong-konyong teringat momen itu. Hanya saja ia memiliki pandangan berbeda dengan ibu kandungnya tersebut. Saat itu, ia berpandangan kelulusannya itu hal biasa. Tak ada campur tangan ilahi di balik kelulusan Indira dari SMP, yang menurut ibunya Indira, sangat luar biasa sekali. Kedahsyatannya itu karena menurut anggapan ibunya Indira, tak biasanya nilai-nilai dalam ijazah Indira di atas angka 69. Itu termasuk untuk Matematika, yang mana saat itu Indira mendapatkan nilai 72,23.

Saat itu, Indira bersikukuh berkata, "Ah, itu karena usahaku sendiri, Ma. Nggak ada kaitannya sama KKR yang Mama ikutin."

"Terserah kamu, lah," ujar ibunya Indira saat itu. "Lagian, itu kan pendapat Mama. Pamali, Indira, mengejek pendapat ibu kandung sendiri. Dan, terserah Mama juga kalau Mama mau memberikan persembahan ucapan syukur ke gereja penyelenggara KKR waktu itu."

Indira cukup terisak saat mengingat kejadian tersebut. Dadanya nyeri sekali. Ini namanya apa? Ia seperti menjilat lidah sendiri.

Ibunya Indira tersenyum dan meremas pelan telapak tangan anaknya tersebut. Beliau memeluk kembali anak keduanya tersebur. Dengan lirih, beliau berkata, "Mama senang sekali dengan perhatian kamu, Indira. Terima kasih banyak, yah. Kalau misalnya ibadah KKR ini tidak membawa dampak apa-apa, yah, seperti yang Mama bilang tadi, Mama ikhlas."

Sekarang malah Greyzia yang ingin menangis. Tergesa-gesa perempuan itu mengalihkan pandangan ke selebaran yang merupakan warta jemaat gereja penyelenggara KKR tersebut. Di salah satu halaman warta jemaat tersebut, tertulis hal-hal yang mengingatkan dirinya dengan kisah asmaranya dengan Firman Tambunan. Sebelum bertengkar, bukankah Greyzia dan Firman sempat memikirkan tentang pernikahan?

***

Cinta yang Didasarkan kepada sebuah Komitmen

oleh: Evangelis Garren Martin

Pernikahan yang sukacita itu bukan yang mengandung unsur kesenangan seksual. Yang tidak hanya itu. Pernikahan kedua mempelai diberkati apabila kita menjadi diri kita secara utuh. Persatuan yang mendalam dengan pasangan akan memberkati kita.

Pernikahan menolong suami dan istri bertumbuh bersama. Tidak mungkin terjadi pertumbuhan apabila tidak diikat dalam ikatan janji nikah kudus.

Bayangkan, sebuah relasi yang hanya terjadi dalam kesenangan. Suami atau istri mendadak saling meninggalkan ketika hidup menjadi berat.

Tim Keller, salah seorang pengkhotbah, pernah berpendapat seperti ini:

"Perrnikahan menolong kita bertumbuh secara emosi dan rohani. Pernikahan juga harus bisa saling mendukung satu sama lain. Maka, sukacita disediakan Tuhan bagi suami-istri yang tetap setia melewati suka maupun duka."

Kurang lebih begitulah apa yang dikatakan oleh Tim Keller tentang sebuah pernikahan.

Ketika kita berhubungan seks di luar pernikahan, maka kita sesungguhnya sudah menggantikan keintiman yang sejati dengan parodi. Padahal, seyogyanya, ketika kita menikah, maka kita membuat sebuah janji kudus yang sulit dilanggar satu sama lain. Sebab, sesungguhnya kita telah masuk ke dalam sebuah tahapan kepercayaan yang baru dan mendalam. Kita bebas dari rasa takut di depan pasangan kita. Kita sudah menyatu dengan pasangan kita. Kita meniadakan keberadaan diri kita sendiri. Intinya, kita benar-benar menyatu dengan pasangan, sehingga keberadaan kita ialah keberadaan pasangan kita.

Maka dari itu, sudah sepatutnya cinta kepada pasangan bukan bergantung dari chemistry, melainkan dari sebuah komitmen.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Episode 13: Gemetar Melihat Yang Seperti Ini
1
0
Yuk, berikan tips kakoin setelah membaca. Atau, donasi seikhlasnya ke BRI 708901018369532 atas nama Immanuel Lubis.***Silahkan order ke:IN's Online ShopInstagram:@_inonlineshop_Whatsapp:0877-9175-6320Dapatkan Clover Honey dengan harga khusus: https://www.hdione.com/orl/nuellubis
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan