Chapter 45: Dipuji saat Jam Pelajaran Fisika

1
0
Deskripsi

Sebuah bola besi dengan massa 5 kg diletakkan di ketinggian 10 meter dari permukaan tanah. Berapakah energi potensial gravitasi yang dimiliki bola besi tersebut? 

(g = 9,8 m/s²)

***

Allianz

👉 untuk Tangerang, bisa hubungi Fani di 08111817121

👉 untuk Surabaya, bisa hubungi Gloria di 0818858944

post-image-66949049c276c.jpg

Seperti biasa, selalu saja Mareta yang disuruh untuk mencatatkan materi di papan tulis, lalu murid-murid lainnya mencatat apa yang Mareta tulis di dalam buku catatan masing-masing. Itu pun termasuk aku sendiri. 

Dalam satuan internasional (SI), satuan dari energi adalah joule. Selain itu, untuk menyatakan energi dalam bentuk kalor (panas) digunakan kalori dan kWh untuk menyatakan energi listrik.

Tak heran mengapa Mareta sering dipilih untuk mencatat materi di papan tulis, selain jabatannya sebagai sekretaris kelas. Tulisan tangan Mareta memang indah, entah yang ditulis di papan tulis maupun di buku tulisnya. Iya, dulu aku pernah kedapatan memeriksa pekerjaan rumah Mareta. Itu saat mata pelajaran Sejarah. Tak jauh berbeda memang, antara tulisan tangannya di papan tulis dan yang tertera di lembar jawaban. Aku sering iri dengan teman-teman yang memiliki tulisan tangan indah. Selain Mareta, ada Yuli, Fani, Patricia, hingga Erick. 

Meskipun Erick itu laki-laki dan lebih macho dari aku, aku heran kenapa Erick bisa memiliki tulisan tangan yang indah. Padahal rata-rata teman laki-laki aku, sejak SD hingga sekarang, jarang sekali yang memiliki tulisan tangan menawan. Teman laki-laki terakhir yang memiliki tulisan tangan indah adalah Sodo yang sudah tidak satu sekolah lagi dengan aku. Saat itu, aku selalu mengagumi keindahan tulisan tangan Sodo. 

1. Energi potensial

Energi potensial adalah suatu energi yang tersimpan pada sebuah benda atau sesuatu karena posisi atau kedudukannya. Energi potensial terbagi lagi menjadi beberapa macam, yaitu energi potensial gravitasi, energi potensial pegas (elastis), dan energi potensial listrik, dan masih banyak lagi. 

Ambil contoh, seperti ini. Kita ingin menjatuhkan sebuah benda dengan ketinggian tertentu. Semakin tinggi kedudukan benda tersebut dari tanah, maka semakin besar pula energi potensialnya. 

Rumus Energi Potensial: Ep = m × g × h

Keterangan:

m = Massa benda (kg)
g = Gravitasi (N/kg)
h = Ketinggian letak benda dari bumi (m)

“Sampai sini, ada pertanyaan?” tanya Bu Bertha di sela-sela Mareta menuliskan materi. 

Sekonyong-konyong Mareta berhenti mencatatkan materi di papan tulis. Ia komat-kamit berbicara kepada Bu Bertha, “Saya boleh duduk?”

Bu Bertha mengangguk. Ganti beliau bangkit dari bangku. Sebelumnya beliau mengambil sebatang kapur dan menuliskan sebuahsebuah contoh kasus. 

Sementara Mareta duduk di bangkunya yang tak jauh dari meja guru. Ia mengambil tisu basah dari dalam tas. Dibersihkannya tangannya yang kotor karena debu kapur. Omong-omong, aku baru sadar Mareta ini lumayan cantik, meskipun dia mengenakan kacamata minus dan berambut pendek. Terutama di bagian rambut pendeknya. Untuk kali pertama, ada seorang perempuan berambut pendek sebahu yang membuat aku tercengang. Tercengang saja, loh. Aku belum yakin memang jatuh cinta dengan Mareta. 

Pandangan aku kembali teralih ke arah papan tulis. Aku memperhatikan apa yang Bu Bertha tulis. Memang sebuah contoh kasus. 

Sebuah bola besi dengan massa 5 kg diletakkan di ketinggian 10 meter dari permukaan tanah. Berapakah energi potensial gravitasi yang dimiliki bola besi tersebut? 

(g = 9,8 m/s²)

Bu Bertha berhenti menulis dan membalikkan tubuhnya. Ia berkata dengan nyaring, “Apa ada yang bisa menjawab soal ini? Ibu hitung sebagai bahan nilai kalian di rapor.”

Tak ada respon dari murid-murid kelas 1-1. Seperti biasa, jika ada seorang guru memberikan soal di papan tulis, tak ada dari aku dan teman-temanku yang memiliki inisiatif untuk menjawab terlebih dahulu. Selalu saja pihak guru yang memilih salah seorang dari murid-murid kelas 1-1 untuk menjawabnya. Kemarin-kemarin saja, saat pelajaran Matematika, Pak Efendi pun sama seperti Bu Bertha. 

Dasar apes. Kenapa aku yang harus dipilih olehBu Bertha? 

Aku sontak berdiri dari bangku. Bergegas menuju ke arah meja guru untuk menerima kapur. Aku menghela nafas. Semoga aku masih ingat rumus Energi Potensial dan cara mempraktikkan rumus tersebut. Tak langsung aku jawab. Aku baca terlebih dahulu soalnya baik-baik. Lalu, saat sekiranya sudah tahu cara menjawabnya, jemari aku lincah menuliskan jawaban atas soal ini. 

Diketahui: 

Massa = 5 kilogram 

Tinggi = 10 meter

g = 9,8 m/s2

Ditanya: Energi potensial? 

Jawaban:

Energi potensial gravitasi (EP) dihitung dengan rumus EP = mgh.

EP = 5 kg × 9,8 m/s² × 10 m

Ep = 490 Joule.

Aku menyelesaikan soal tersebut dengan dada berdebar-debar. Semoga saja tidak salah. Kulihat ekspresi Bu Bertha yang masih membaca jawabanku. Selanjutnya, Bu Bertha menuliskan sesuatu di dekat apa yang aku tulis. Itu sebuah tanda centang. Aku menarik nafas lega. 

“Di ulangan umum nanti,” sahut Bu Bertha. “Ibu tak heran kalau kamu dapat nilai 100. Calon juara kelas.”

Bu Bertha memberikan aplaus berupa tepuk tangan. Teman-teman yang lainnya pun ikut memberikan tepuk tangan. Mendadak wajahku berubah menjadi merah muda. Dengan tersipu-sipu aku kembali ke arah bangku. Santo lalu menyelamati aku. 

“Ajarin gue Fisika, dong, Noel,” ujar Santo nyengir. “Jago banget sih, Fisika-nya.”

Halah, padahal aku rasa itu kebetulan. Soal tadi tidak susah-susah amat. Masih dasar. Jika dikembangkan lagi, belum tentu aku bisa menjawab. Alhasil, aku rasa bukan kapasitas aku untuk mengajari Santo pelajaran Fisika. Lebih baik Santo minta diajari Sandi Malau. Otak teman laki-laki aku yang berwajah mirip dengan Sadam di Petualangan Sherina itu lebih encer dari aku terkait hitung-hitungan. 

“Minta ajarin Sandi, Seviane, atau Patricia aja,” kataku pelan. “Mereka lebih jago dari aku soal hitung-hitungan. Aku masih payah banget. Yang tadi cuma kebetulan. Seriusan, To.”

“Ah, Noel,” kata Santo terkekeh. “Bisanya cuma merendah aja. Kemarin-kemarin aja, nilai Matematika lu lebih tinggi dari gue. Gue cuma dapet ponten tiga puluh. Lu dapet lima puluh enam.”

Aku balas terkekeh-kekeh sembari menggelengkan kepala. Astaga, Santo, nilai 56 itu angka merah juga. Sementara Sandi Malau bisa mendapatkan nilai 87. Yang paling tinggi adalah Patricia, yang mendapatkan nilai 97.

Bel sekolah berbunyi. Pertanda pergantian pelajaran. Jam pelajaran Matematika sudah berakhir. Gantinya adalah jam pelajaran Geografi. Gurunya masih tetap sama. Masih tetap diajar oleh Bu Yunita, yang menurut aku, guru paling muda dari antara seluruh guru yang mengajar di SMP Marius. Apalagi Bu Yunita sendiri mengaku ia kelahiran 1978. Baru lulus dari FKIP, yang merupakan singkatan dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dengan penjurusan ilmu Geografi.

Bu Yunita masuk, sementara Bu Bertha keluar. Tanpa tedeng aling-aling, Bu Yunita segera menagih murid-murid kelas 1-1 untuk segera mengumpulkan PR Geografi, yaitu membuat peta Indonesia dengan menggunakan kertas kalkir. Lagi-lagi Erick yang diminta untuk mengumpulkan tugas membuat peta Indonesia tersebut. Erick segera berdiri dan mengumpulkan peta dari kertas kalkir tersebut. 

post-image-6695dae7aff3d.png

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Chapter 46: Apa Tulisan Tangan Aku Seburuk Itu?
1
0
"Eh, yang gue dengar, orang-orang dengan tulisan tangan kayak Noel ini katanya jenius. Contohnya kayak Albert Einstein.”***Aryana KarawaciSanto 0899-8941-337
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan