The Sexiest Man's Virgin 10

3
0
Deskripsi

Hot scene alert! 21+

"Mau sampai mana?"  

Aku duduk diantara selangkangannya, tapi tidak memberatkan tubuhku padanya. "Aku berjanji tidak akan mengambil keperawananmu; hanya ingin memuaskanmu. Apa kau tidak percaya padaku?"
    
Yang benar saja, Chasen? Kau juga tidak percaya pada dirimu sendiri saat Thor-mu yang sudah menjadi palu seutuhnya... harus dipakai memalu apa coba?

10. Mata Tidak Berbohong

CHASEn

"WOW, AKU BELUM pernah melihat pria seksi membaca buku," ujar suara lembut yang membuatku menoleh. 
    
Aku melepas kacamata bacaku. Aku masih tidak percaya dia bisa berada di sini, di kamarku, di hadapanku hanya dengan handuk yang menutupi tubuh mulusnya. Bagaimana jika kaki yang jenjang itu memeluk pinggulku saat... "Ini naskah."
    
"Tetap saja kece," senyumnya, menelusuri tubuhku yang bertelanjang dada dan menggigit bibir bawahnya. "Mana T-shirt untukku?"

"Ini." Aku menepuk ranjang di sampingku, menatapnya dengan intens. "Ambil sendiri."
    
Brooklyn tersenyum geli. "Kau pikir aku takut?" 
    
Aku cuma memajukan bibirku. Saat tangannya menyentuh T-shirt, kuambil T-shirt-nya, kutaruh di dadaku.
  
Brooklyn terbahak, naik ke ranjang dan mencoba mengambil T-shirt sambil memegangi handuk di dadanya. 
    
Aku terkekeh geli dan menaruh T-shirt-ku di dalam selimut, tepat di atas Thor.
    
Tangannya masuk ke dalam selimut, sekilas meraba Thor, terkekeh, membuatku mengerang. "Dapat!"
    
Saat itu juga aku menarik tubuhnya hingga terjatuh di ranjang. Dia berteriak lalu terkikik. Aku tertawa dan menindihnya.
    
Brooklyn terdiam seketika, napasnya menghangatkan wajahku. "Apa?"
    
"Apa di sini aku saja yang berharap?"
    
"Nggak, aku juga... tapi kau tahu, kita jarak jauh dan aku..." dia menggigit bibir bawahnya, "akan memberikan v-card-ku pada orang yang kucin... suamiku. Menurutmu kita harus bagaimana?"
    
Jadi aku harus membuat dia mencintaiku dulu, baru kami bisa intim?   

Atau... aku harus jadi suaminya dulu?
    
Aku menghirup napas dalam-dalam, lalu mengecup keningnya. "Berpakaianlah. Aku mandi dulu."
    
Matanya berkedip. "Kau bingung kita mau dibawa ke mana? Aku tahu, lelaki bakalan cari dari lubang lain kalau nggak dikasih. Kau mau aku bagaimana? Aku juga mempertaruhkan hatiku di sini!"
   
Aku menangkup kedua pipinya. "Kau pikir hanya kau yang punya hati, eh?"
    
"Kau tidak menjawab apa pun!" 
    
"Aku sedang berpikir," jawabku kalem.
    
"Sana!" Brooklyn mendorongku; aku menahannya, malahan menyambar bibirnya yang lembut dan memagutnya. Awalnya dia menolaknya, tapi saat aku mengisap dan menggigiti bibir bawahnya, dia menyerah. Membalasku dengan sama panasnya. 
    
Saat lidahku masuk ke dalam mulutnya, tangannya membelai pipi dan meremas bahuku. Tanganku lebih liar, melepas handuk dan meremas pelan buah dadanya hingga desahannya memenuhi ruangan.   

Bibirku turun menciumi sudut bibir, rahang, leher dan berlama-lama menghirup, menjilat, dan mengisap di situ. Dia mengucapkan kata-kata tidak beraturan. Merde, tubuhnya yang berbau sabun aquamarine-ku malahan membuatku makin terangsang.
    
Ketika jariku memilin putingnya, Brooklyn meremas rambutku. "Thor..." erangnya pelan. 
    
Aku menengadah, tapi bibirku menjentik ke puncaknya membuat dia kembali mengerang. "Yeah, Pumpkin."
    
"Mau sampai mana?"  

Aku duduk diantara selangkangannya, tapi tidak memberatkan tubuhku padanya. "Aku berjanji tidak akan mengambil keperawananmu; hanya ingin memuaskanmu. Apa kau tidak percaya padaku?"
    
Yang benar saja, Chasen? Kau juga tidak percaya pada dirimu sendiri saat Thor-mu yang sudah menjadi palu seutuhnya... harus dipakai memalu apa coba?
    
"Kita kan, lagi masa pendekatan. Aku juga melakukan hal ini dengan Stephan setelah 3 bulan masa pa--"
    
"Putain! Jangan bawa-bawa si Bajingan itu saat kita--"   

"Sori, aku nggak bermaksud--"
    
"Hush..." aku memandangi bentuk tubuh dewinya yang membuatku panas dingin. Bahkan pussy-nya saja begitu mulus dan basah karena terangsang padaku. "Jadi sudah nih, nggak mau diteruskan?" Kubelai perutnya.
    
"Thor... mmh..." desahnya.
    
Tubuhku mundur sedikit, melebarkan pahanya, jariku turun ke pussy-nya dan membelainya perlahan. "Mau aku berhenti?"
    
Brooklyn menjawabnya dengan desahan, matanya terpejam, giginya menggigit bibir bawahnya, membuatku menyeringai.
    
Aku menunduk dan menciumi paha dalamnya. Dia merintih dan mata kami bertatapan. Kalau sampai dia bilang ingin berhenti, tolonglah aku, mandi air dingin pun tidak akan mempan lagi....
    
Aku butuh mandi air kutub.
    
"Gimana?" tanyaku sekali lagi.
    
"Asal aku juga memuaskanmu?"
    
"Oh yeah, Pumpkin." Aku tersenyum dengan lebarnya.
    
"Apa Thor-mu seperti yang kau katakan?" Brooklyn tersenyum geli.
    
Aku menyeringai, langsung menurunkan boxer-ku. Dia terkesiap. "Katakan...?"
    
"Punya Stephan..." Brooklyn menutup mulut dengan kedua tangannya. 
    
"Katakan saja, pasti punya si Bajingan itu lebih kecil, kan?"
    
Brooklyn menggeleng. "Mulutku saja cuma cukup untuk membalut kepalanya."
    
Aku merutuk, kesal dengan pengakuannya, tapi kenapa aku mendengar tawa di ruangan? "Kau menggodaku, hmm?" 
    
Brooklyn duduk dan mengecup dadaku, membuatku bergetar. "Rileks, kejantananmu bak palu Thor."   

Aku terbahak dan mengerang saat dia menjilat putingku. "Ini... hal ini..." aku memejamkan mata keenakan.  

"Hal apa?"
    
"Hal ini, aku pernah memimpikannya... saat sebelum konser Lana malah."
    
Brooklyn tersenyum di dadaku. "Aku senang kau berkata seperti itu." Dia mengecup dan menghirup leher, dada, juga perut eight pack-ku hasil dari kalistenik dan angkat beban dua kali dalam seminggu. "Feromonmu... aku syuka. Sekarang, bobo."
    
Aku menurutinya. "Aku dulu, atau kau... atau bareng-bareng?"
    
"Bareng-bareng...?" Brooklyn melepas boxer-ku.
    
"Posisi 69?" cengirku.
    
Rahangnya menegang. "Mendengar kau pernah melakukan posisi itu dengan orang lain membuatku kesal, tahu."
    
"Pumpkin," aku menariknya dan menciumi pelipisnya, "aku nggak bisa merubah masa laluku."
    
"Kalau dibalik, gimana?"
    
"Aku mengerti. Sampai sekarang saja aku masih ingin meninju TV saat wajah mantanmu muncul di salah satu iklan."   

Brooklyn tersenyum geli, membelai dadaku. "Konyol."   

"Ini mimpi, kau impianku, sempurna di mataku. Aku... merde..." aku menggeleng-geleng. 
    
"Apa... katakan saja?"   

"Maman--ibu pasti marah kalau aku mengatakannya bukan di tempat yang pantas dan romantis...."  

Senyuman menghiasi wajahnya. "Kau mau--"
    
"Hush!" Kukecup bibirnya. "Seharusnya aku mengatakannya dengan pantas, setidaknya mengajakmu ke restoran mewah--"
    
"Romantis menurut setiap orang berbeda-beda. Menurutku di ranjang dan telanjang bersamamu sudah romantis."
    
"Tapi--"
    
"Katakan saja, aku memaksa." Brooklyn menyanggakan kepala dengan tangannya.
    
Dadaku berdentam tak keruan. Aku berdeham berkali-kali sampai dia terkikik. "Umm, aku tahu ini terlalu cepat, tapi aku nggak bisa menahannya lagi. Pumpkin, maukah kau menjadi pacarku?"
    
Matanya menari jail. "Kupikir-pikir dulu, ya." 
    
"Serius?"
    
"Yep."
    
Jariku turun ke pussy-nya, memutarnya perlahan. "Yakin?"   

"Aku perlu berpikir," desahnya. "Ahh... itu enak banget."
    
"Duduk di atas wajahku, tanganmu berpegangan di kepala ranjang."
    
"Apaaa?" cicitnya.
   
"Kau dengar, kan?" Alisku naik sebelah. "Nggak berani?"
    
"Berani... tapi aku malu."
    
Aku terkekeh, geli akan kepolosannya. "Aku jamin cuma 5 detik malunya."
    
Matanya berkilauan, pipinya merona. "Okaay, aku naik sekarang." Brooklyn duduk. Aku menarik bantal di bawah kepalaku agar tidak terlalu tinggi.   

"Kenapa diam saja? Ayo!"
    
"Iya mau, cuma...."
    
Aku terbahak. "Pumpkin, kau belum pernah di-oral sama sekali, ya?"
    
Pipinya semerah ceri. "Apa kelihatan?"
    
Aku mengangguk, duduk. "Sampai mana?
    
"Tangannya bermain di kewanitaanku. Itu juga tanpa penetrasi jari."
    
"Aku suka mendengarnya. Kenapa kau mau denganku?"
    
Brooklyn terdiam sejenak. "Mata. Orang-orang di sekitarku bilang, mata kita tidak berbohong saat bertatapan. Aku suka saat kau menatapku... seperti kau benar-benar menyukaiku seutuhnya."
    
"Aku memandangmu bukan sebagai model, atau orang terkenal... tapi seorang gadis yang sangat menarik setengah mati, sampai menatapmu saja terasa sakit di sini." Aku menepuk dadaku.
    
"Itu benar-benar indah. Thor, kenapa..." Brooklyn tersenyum, matanya berkaca-kaca, "kenapa kau menyukaiku?"
      
"Aku suka suara tawamu, gaya berbicaramu yang manis dan manja, gerak-gerikmu yang menggemaskan, pokoknya..." aku mendesah, "aku merasa bahagia, nyaman saat bersamamu. Namun aku mencoba menghalaunya, pergi kencan dengan beberapa gadis... tapi tetap saja, rasa suka dan sayangku padamu semakin menjadi. Bahkan otakku seperti terbakar saat mengingatmu karena kutahu kau tidak punya perasaan yang sama padaku."
    
Seluruh wajah Brooklyn tersenyum. "Aku pikir jarak dan waktu bisa membuatku melupakanmu, tapi perasaan ini bertahan lama, dan aku lelah menghindari rasa ini; rasa yang tidak pernah kurasakan pada siapa pun," dia mengecupi seluruh wajahku, "ya...!"
    
"Ya, apa?" Aku terdiam sejenak, jantungku hampir copot seketika. "Kau menerimaku untuk jadi pacarmu?"
   

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya The Sexiest Man's Virgin 11, 12
2
0
Hot Sweat 21+Chapter 11 & 12Chasen tertawa kecil. Nanti kuceritakan saat kita tidak telanjang dan Thor-ku setengah menegang.      Aku terbahak sejadi-jadinya. Kupikir kau lupa.  Di mimpimu, Ma Belle--cantikku. Sekarang, kau yang bobo.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan