SUATU HARI NANTI -- BAB 2

28
7
Deskripsi

Danish bahkan sempat bilang ke pengacara Rina, "Saya siap dijuluki Ahmad Dhani KW dua, asal dia (Rina) menderita." Sebuah kalimat yang langsung membuat sang pengacara ingin mengirim Danish ke terapi… atau ke kebun binatang, whichever comes first. Seumur hidupnya menjadi pengacara, dia belum pernah bertemu lelaki menyebalkan seperti suami kliennya ini.

Namun sang pengacara kali ini belagak pilon.

“Mas Danish pasti masih cinta Mbak Rina kan? Makanya lain kali jangan cuma cinta yang dijaga, tetapi juga...

Danish bahkan sempat bilang ke pengacara Rina, "Saya siap dijuluki Ahmad Dhani KW dua, asal dia (Rina) menderita." Sebuah kalimat yang langsung membuat sang pengacara ingin mengirim Danish ke terapi… atau ke kebun binatang, whichever comes first. Seumur hidupnya menjadi pengacara, dia belum pernah bertemu lelaki menyebalkan seperti suami kliennya ini.

Namun sang pengacara kali ini belagak pilon.

“Mas Danish pasti masih cinta Mbak Rina kan? Makanya lain kali jangan cuma cinta yang dijaga, tetapi juga kehormatan Mas,” sindir sang pengacara elegan.

Gantian Danish yang tersinggung. Dia ingin membalas kalimat itu tetapi si pengacara sudah berlalu.

Bagi Danish, dia tetap korban. Menurutnya, tidak mungkin dia selingkuh tanpa alasan. Prinsip Danish seperti pribahasa “Kan ada asap, pasti ada api,”. Padahal dia lupa, asap juga bisa keluar dari microwave yang kebanyakan nyala—dan itu bukan salah siapa-siapa, cuma salah dia yang terlalu doyan jajan di luar.

Yang tidak disadari Danish, Rina adalah perempuan pintar. Dia makin pintar setelah menyingkirkan rasa cintanya dan menganti semua isi kepala dengan logika.  

Dia tidak marah. Tidak menangis lagi. Tidak pula meratapi mobil Toyota Fortuner milik Danish yang akhirnya jadi miliknya tapi sering menuntut ke bengkel sangking manjanya.

Rina sendiri sedang sibuk. Selama proses perceraian berlangsung, Rina memang tidak kemana-mana. Tapi dia mengirim surat lamaran kerja kemana-mana. Harapannya ada yang nyangkut sehingga dia bisa memulai hidup barunya yang tidak punya apa-apa. 

Dari lowongan penjaga toko kue sampai jadi staf pemasaran di perusahaan minyak. Pokoknya, siapa cepat dia dapat.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya SUATU HARI NANTI -- BAB 3
24
5
Namun matanya masih sempat memindai Pak Alvino dari atas sampai bawah. Kemeja putih yang ngepas, jas hitam, jam tangan mahal yang seharga uang sewa apartemen  10 tahun, dan senyum tipis penuh misteri.“Kamu ngelamar sebagai PA saya, alasannya kenapa?” tanya Pak Alvino, to the point, seolah-olah ini sidang skripsi.Rina menghela napas pelan, mencoba menenangkan gemuruh di dadanya.“Saya sedang mencari kerja, Pak. Makanya saya melamar,” jawab Rina jujur. Dalam hati: Ya masa saya ngelamar karena iseng, Pak? Gak ada yang hobi ngelamar kerja buat seru-seruan.Pak Alvino menatap tajam.“Kamu tahu tugas PA itu apa?” ulang Pak Alvino.Rina mengangguk cepat. “Tahu, Pak."Pak Alvino menaikkan sebelah alis. “Tahu PA saya sebelumnya paling kuat dua minggu?”Rina tercekat. “Dua minggu, Pak?” tanyanya dengan nada horor.“Yup. Dua minggu. Rekor paling lama satu bulan. Itu pun karena dia sempat cuti seminggu,” jawab Pak Alvino santai, seolah-olah itu prestasi perusahaan.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan