Warmindo Kita Spesial TTM #CeritadanRasaIndomie

7
2
Deskripsi

Teman Tapi Married membuat seorang Arief berubah perlahan menjadi sosok laki-laki dewasa dan bertanggung jawab. Dia mulai berusaha mencari uang sendiri meski dirinya masih muda dan kuliah demi istrinya yang tidak lain teman mainnya sendiri.

Ikuti kisah spesial #CeritadanRasaIndomie mereka yuk. Mereka mau pre-opening usaha mereka bersama lho. 

Khusus part ini terbuka dan bisa dibaca oleh siapapun juga 😊

Happy Reading ❤️

"Rief, Beres-beresnya gimana kalau ntar sore atau malam aja?"

"Kenapa, Nu?"

"Besok gue ada acara. Nyokap minta disetirin ke Bandung."

"Ohh ya udah, boleh. Atau sekarang aja kali ya."

"Oke juga tuh. Kalau gitu gue kabarin Ocha." Seru Wisnu. "Ngomong-ngomong lu ajak Reina kek sekali-kali, diumpetin mulu mentang-mentang udah hak milik."

"Apa sih lu?! Lu mau hubungi Ocha kan? Sekalian aja bilang ke Ocha bawa bini gue."

"Ohh si Reina lagi sama si Ocha?"

"Iya, kangen katanya. Tadi gue anterin ke tempat Ocha."

"Oke kalau gitu gue kontak Ocha dulu."

"Siip."

***

"Ngapain kita ke sini?" Tanya Reina sesampainya di sebuah ruko mungil. Tampak seperti tempat untuk nongkrong. Tapi terlihat belum beroperasional, maka dari itu Reina mengernyitkan kening.

"Arief nggak cerita?" Tanya Wisnu.

"Cerita apa?" Reina balik bertanya.

"Cerita kalau kita mau buka warmindo."

"Warmindo?"

"Itu lho tempat makan khusus sajian Indomie dengan konsep kekinian." Papar Wisnu. "Lu gimana sih, Rief?! Bini nggak dikasih tahu tapi dicantumin dalam akta pemegang saham."

"Gaya lu, pemegang saham." Timpuk Arief.

"Uhh apa sih aku nggak ngerti." Protes Reina.

"Jadi gini. Gue, Ocha, Arief dan lu itu mau jadi pengusaha kecil-kecilan. Kita mau buka Warmindo di sini."

"Hah?!"

"Asli baru tahu?" Tanya Wisnu.

"Iya." Jawab Reina singkat.

"Iya istri mah terima beres, yang penting uang belanja aman kan biasanya juga?!" Seloroh Arief.

"Hahaha obrolan si Arief sama Reina mah udah soal suami sama istri aja, bawa-bawa uang belanja pula." Ujar Wisnu.

"Namanya juga udah sah." Seloroh Ocha. "Ehh jadinya gimana nih?"

"Iya kita taruh meja sama kursi di sini. Rak display mienya di sana." Ujar Wisnu.

"Pemilihan toppingnya, nulis sendiri apa kita sediain potongan kertas berisi nama topping?" Tanya Ocha.

"Sediain potongan kertas yang udah pakai nama aja, kan rak display nya dikasih free sama Pak Husen. Nih." Arief menunjuk rak display untuk topping. "Manfaatin aja yang udah ada. Print pake kertas foto, laminating biar kuat dan anti air jadi bisa digunakan beberapa kali, hemat biaya."

"Prinsip ekonomi Arief keluar." Seloroh Reina.

"Apa sih?!" Seru Arief sembari merangkul Reina mesra.

"Bisa nggak, nggak usah rangkulan gitu bikin ngiri aja. Nggak fokus gue." Protes Wisnu.

"Lebay." Timpuk Arief.

"Kalau mangkuk taruh di mana?" Tanya Ocha.

"Udah di situ." Tunjuk Wisnu.

"Jadi nanti pembeli masuk, ambil mangkuk, pilih rasa mie, pilih topping terus ke kasir?" Ocha memastikan.

"Yups." Sahut Wisnu.

"Terus mereka minum apa?" Tanya Reina.

"Minum airlah, Rein." Sahut Wisnu sekenanya.

"Salah... salah.... ralat. Maksud gue yang mau minum pesennya gimana?"

"Iya bener. Pesen di kasir atau gimana ya?" Ocha menimpali.

"Tadinya gue sih mau simpen lemari pendingin minumannya setelah rak pilihan topping. Jadi sebelum ke kasir, mereka ambil minuman. Baru mereka bayar ke kasir."

"Jadi minuman kemasan doang ya?"

"Iya. Sementara minuman kemasan sama nanti ada es krim juga. Diurus suami lu soal itu." Tutur Wisnu. “Oya secara Indomie kan ya variannya banyak. Jadi kita display nanti nggak banyak-banyak tiap rasanya. Cukup 3 bungkus tiap rasa jadi bisa nampilin semua rasa. Tapi harus selalu diperiksa yang jaga, kalau udah ada yang kosong langsung isi.”

“Oke.”

“Soalnya kalau nggak diakalin gitu, bingung. Space kita terbatas tapi varian Indomie banyak banget. Nggak ditampilkan semua berasa sayang. Kan pastinya tiap rasa punya pecintanya sendiri meski semua rasa enak.”

"Iya bener Indomie variannya selain banyak, enak-enak lagi." Seloroh Reina.

"Emang. Makanya pas Arief bilang pengen bikin tempat nongkrong yang murmer tapi menjangkau semua kalangan, gue sodorin konsep Warmindo ini. Mantap pilih Indomie karena Indomie kan selera kita semua."

"Bener banget." Seru Ocha.

"Lu suka rasa apa, Cha?" Tanya Reina tiba-tiba.

"Mie kocok Bandung."

"Kenapa?" Tanya Reina cepat.

"Kenapa yaa...?! Selain kuahnya wangi khas mie kocok, rasanya pas kalau buat gue. Lu suka rasa apa?"

"Mi goreng Aceh."

"Emang enak?"

"Enak. Mienya beda, gede, kenyal dan yang pasti bumbunya bikin nagih."

"Ini mereka jadi ngomongin makan, jangan-jangan mereka lapar, Rief." Ujar Wisnu.

"Kayaknya sih gitu." Sahut Arief.

"Nggaaaak." Seru keduanya kompak.

"Udah mending jajan dulu sana ke seberang. Tuh ada mini market. Ini uangnya." Arief mengeluarkan uang kertas berwarna merah jambu dari dompetnya.

"Beli apa?" Tanya Reina.

"Apa aja terserah."

"Kamu mau beli apa?"

"Beliin minum aja."

"Lu, Nu?"

"Kopi kalengan ya."

"Ok." Reina mengacungkan jempol. "Yuk, Cha."

"Ayo." Mereka berdua pun berlalu.

"Rief, berasa mimpi nggak sih nikah muda?" Tanya Wisnu sepeninggalnya Reina dan Ocha.

"Iya. Nggak nyangka gue jadi suami secepat ini, mana sama dia."

"Hihihi emang. Soalnya sebelum nikah kan lu sama siapa, dia sama siapa."

"Ho-oh."

"Tapi lu sayang kan sama dia?"

"Sayanglah, sayang banget malah. Makanya gue lagi usaha jadi suami yang baik buat dia. Cukupi semua kebutuhan dia."

"Pantesan lu kepikiran bikin usaha."

"Ya iyalah kalau gue nggak usaha, gue kasih makan apa anak orang?!"

"Bener ya, beda pikiran yang udah nikah mah." Wisnu mengangguk-anggukkan kepalanya. Arief tersenyum tipis.

“Rein, lu pasti seneng kan dibangunin usaha gini sama Arief?!” Ujar Ocha saat keduanya sampai di mini market.

"Jujur gue surprise. Soalnya selama ini Arief nggak cerita apa-apa. cukup terharu sih, kita bakal punya usaha bareng-bareng. Jadi berfaedah ya pertemanan kita. Nggak melulu ngurusin gaya atau main. Tapi ngurusin usaha."

"Yups bener banget." Mereka pun mengantre di depan kasir setelah mengambil beberapa minuman juga makanan ringan. Ada beberapa pembeli di depan mereka yang menunggu barang belanjaannya dihitung oleh kasir. Reina pun curi-curi pandang ke seberang, tempat Warmindo mereka berada. Tampak Arief dan Wisnu sedang bekerja keras merapikan tempat tersebut.

"Bentar...." Reina pamit, kembali ke rak popmie siap seduh.

***

"Haiiii.... Ini jajanannya. Ayo ngemil dulu. Biar tenaganya on lagi." Seru Ocha sembari menyimpan kantong belanjaan di atas meja.

"Nih." Reina menyodorkan dua popmie siap santap untuk Arief juga Wisnu.

"Makasih, Rein."

"Sama-sama."

"Makasih ya." Ucap Arief berbinar.

"Iya, sama-sama. Ayo dimakan."

"Gue makan di pojokan ahh, nggak kuat liat pasutri ini." Seloroh Wisnu sembari berlalu.

"Gue ikut, Nu." Seru Ocha.

"Apa sih kalian?!" Protes Reina.

"Rein, cobain." Arief siap menyuapi Reina. Reina hampir menolak tapi Arief sangat berharap suapannya diterima. Reina pun membuka mulutnya.

"Makasih ya, Rief."

"Makasih udah disuapin?"

"Bukan..... Ehh tapi salah satunya emang itu." Arief mengernyitkan kening. "Makasih buat semuanya, termasuk ini."

"Nggak usah terima kasih, udah kewajiban aku. Udah jadi tanggung jawab aku cari uang buat kamu." Ucap Arief sungguh-sungguh. "Ehh mau ngapain?" Tanya Arief melihat pergerakan Reina.

"Meluk."

"Eitsss di rumah aja, jangan di sini. Nggak enak." Bisik Arief.

"Nggak enak sama Wisnu, sama Ocha?"

"Bukan nggak enak sama mereka. Tapi nggak enak karena nggak bisa nambah."

"Hmmmm aku sudah tahu maksudnya apa." Ujar Reina, Arief pun terkekeh. Melihat itu, Wisnu dan Ocha hanya bisa saling lempar senyum, melihat dua sahabatnya bahagia.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Teman Tapi Married Additional Part 20
9
0
Auuuuwwww…. Reina mau ngapain???Ehh ada yang buka-bukaan juga di sini. Ini additional dari part 20 yang dipublish di Wattpad ya.  Happy Reading ❤️
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan