Sebelum Berpisah | Part 1

138
1
Deskripsi

Sebelum Berpisah | Part 1

Satu tahun hidup bersama, ternyata tak menjamin sepasang pasutri ini saling mengenal satu sama lain. Bahkan Agnita tetap bertekad untuk melakukan berbagai cara agar Sankara mau menandatangani gugatan cerainya.

Bagian Satu : Sebelum Berpisah

"Tak mengenal satu sama lain adalah hal yang lumrah bagi mereka yang serumah."

"Jadi sebelum berpisah, mari berkenalan."

***

"Sumpah gue gatau dia lagi kesambet atau gimana. Kayak kemarin tuh, bener-bener momen teraneh dalam kehidupan gue setelah menikah." Sembari menyantap makanannya, Agnita sibuk menceritakan tentang kejadian semalam kepada asisten pribadinya. "Like can you imagine? Seorang Raden Sankara Adi Admoejo ngajuin permintaan se-cheesy itu."

Sungguh bahkan sampai sekarang Agnita masih hilang akal akan permintaan Sankara malam tadi. Saat Agnita datang dengan surat gugatan cerai di tangannya, ia benar-benar tidak mempersiapkan dirinya untuk mendengar permintaan sekonyol itu.

"Lo hiperbola banget sih, Mbak. Lagian ga ada salahnya kali kalau Mas Sankara minta waktu tiga bulan, ya siapa tau aja dia pengen manfaatin tiga bulan itu buat bikin lo kesemsem sama dia," ujar Tian. Laki-laki berusia pertengahan dua puluh tahun itu sejak tadi terlihat anteng mendengar curhatan atasannya.

"Hell no! Gue tau Sankara kayak gimana, dia ga mungkin punya pemikiran ga bermutu kayak gitu. Gue malah curiga dia tuh lagi ngerencanain program atau apapun yang butuh simpati publik. Makanya dia mau make gue buat panggung sandiwaranya."

Oke, bohong kalau Agnita mengatakan bahwa ia tidak memikirkan sama sekali permintaan Sankara tersebut. Bahkan lebih dari itu, semalam Agnita hampir tidak tidur karena saking larut dalam pikirannya. Sungguh Agnita penasaran dengan alasan di balik permintaan tersebut. Dan sejauh ini ada dua alasan yang paling masuk akal bagi sosok Sankara untuk mengutarakan permintaan seperti itu. Pertama sebagai agenda politiknya, dimana dia sedang membutuhkan citra keluarga baik di mata publik.

"Ya itu juga bisa jadi sih, Mbak. Kalau berita cerai kalian kesebar kan bisa heboh banget. Apalagi doi orang pemerintahan, bakalan abis itu digoreng sana sini," ujar Tian. "Tapi ya, Mbak, kalau emang bener alasannya karena itu, dia kan bisa minta untuk diundur dulu. Terus juga bisa minta bantuan lo buat tampil jadi istri baik-baik depan publik. Kan ga harus minta beneran jadi pasangan suami istri."

Dan alasan kedua, "Ya udah kalau emang bukan karena itu, berarti fiks emang dia nih pengen ngerjain gue aja. Dia mau bales dendam karena gue waktu itu seenaknya ngajuin syarat kayak gitu. Dia mau ngasi liat ke gue kalau dia juga punya power buat bikin gue tunduk sama syaratnya."

"Itu mah asumsi lo aja, Mbak. Mana mungkin Mas Sankara sempat mikirin hal kayak gitu. Wong kepalanya udah keduluan penuh sama masalah rakyat yang ga ada abisnya," kata Tian tak setuju.

"Ya abisan, aneh banget tiba-tiba minta kayak gitu. Gimana gue ga mikir kemana-mana coba?"

"Ya dibanding itu, tetep anehan lo lah. Bayangin ga ada angin, ga ada hujan tiba-tiba lo dateng ke ruang kerja suami lo dan seenaknya langsung nyodorin surat gugatan cerai. Mana nyerahinnya lempeng banget lagi. Udah untung itu Mas Sankara ga nendang lo keluar, Mbak."

Agnita mendengus, "Lo tau sendiri dari awal gue ga berminat nikah sama dia. Karena kepepet makanya gue iyain. Terus sekarang pas gue nemu timing yang tepat buat cerai, ya kali gue sia-siain."

Timing yang dimaksud Agnita saat ini ialah dimana kedua orangtuanya tengah sibuk di China untuk pengembangan bisnisnya. Sementara Sankara juga telah berhasil duduk di barisan kabinet menjabat sebagai Menteri BUMN. Jadi Agnita pikir tidak akan ada masalah bagi kedua belah pihak untuk berpisah saat ini.

"Emang gatau terima kasih lo, Mbak. Udah dibantuin beresin skandal juga sama Mas Sankara," kata Tian.

"Dia bukan bantuin gue kali. Dia juga punya kepentingannya sendiri. Inget ya, pernikahan gue sama dia itu simbiosis mutualisme, kita sama-sama dapet keuntungan. Gue bisa bebas dari skandal bareng artis gue sendiri, dia juga bisa terbebas dari isu gay yang disebar di publik waktu itu," jelas Agnita.

"Emang aneh hidup lo, Mbak," celetuk Tian. "Tapi serius deh, gue kepo, itu doi beneran gay atau ngga?" 

Agnita mengangkat bahunya acuh.

"Dih, Mbak, bocor dikit lah. Janji ga bakalan gue sebar."

"Gue beneran gatau," jawab Agnita.

"Lah gimana? Itu kan laki lo sendiri, masa gatau?" 

"Ya kan, gue ga deket sama dia."

"Se-ngga deket apapun, namanya lo berdua udah married, ya kali ga pernah ngapa-ngapain," kata Tian.

Agnita hanya menggeleng seakan itu bukanlah hal yang besar.

"Anjir, seriusan, Mbak?" Tian kaget bukan main. Lelaki itu bahkan sampai tidak bisa mengontrol volume suaranya sehingga membuat beberapa orang di kafe tersebut menoleh ke arah mereka.

Agnita refleks memukul tangan asistennya itu. "Ck, jangan heboh kali," ujarnya kesal.

"Sori sori, gue kaget," ujar Tian. "Tapi seriusan lo berdua ga pernah begituan?" Kali ini ia menurunkan volume suaranya. 

"Gue dari awal udah nekanin buat pisah ranjang, pisah kamar, pisah semuanya. Gue yakin dia paham kalau itu berarti gue gamau disentuh seinci pun sama dia."

"Iya, tapi gue pikir lo berdua sempat ada momen kecolongan gitu. C'mon lah, ini yang tinggal bareng dia seorang Agnita Tanisha Putri Hirawan. Masa iya selama satu tahun bareng, dia ga pernah sekalipun napsu liat lo?"

Pertanyaan yang dilayangkan Tian membuat Agnita berpikir kembali. Benar saja, selama ini Sankara sama sekali tak pernah menunjukkan tanda-tanda ketertarikan terhadap dirinya. Bukan maksud Agnita menginginkannya, hanya saja setelah dipikirkan kembali hal itu jadi tak masuk akal.

Bagaimana mungkin seorang pria dewasa seperti Sankara sama sekali tidak pernah merasakan apa-apa saat berada di dekat Agnita? Mungkin jika itu adalah wanita lain, Agnita bisa paham. Tapi ayolah saat ini ia sedang membicarakan dirinya sendiri. Wanita yang sukses dengan karier yang cemerlang di usia muda, memiliki background keluarga yang tidak main-main, dan yang paling penting fisik wanita itu benar-benar menakjubkan.

Mewarisi darah Belanda dari keluarga sang ibu dan campuran Tionghoa-Indonesia dari keluarga sang ayah membuat Agnita memiliki paras wajah yang begitu mempesona. Belum lagi Agnita sangat menjaga pola makan dan jadwal olahraganya, sehingga membuat proporsi tubuh wanita itu bak gitar spanyol. 

Tentu dengan kualifikasi seperti itu, membuat Agnita bisa dengan mudah mendapatkan perhatian pria-pria di luar sana. Bahkan saking perfect-nya, perusahaan tempat dia bekerja saat ini sempat menyayangkan keputusan bulat wanita itu yang lebih memilih menjadi agen ketimbang talent di sana. Karena tentu jika Agnita menginginkannya, ia akan dengan sangat mudah menjadi bintang papan atas.

"Kalau pun dia ga napsu liat gue, gue yakin one hundred persen kesalahannya ada di dia, bukan di gue. Secara everything on me is just perfect," ucap Agnita dengan sangat percaya diri.

Walaupun kepercayaan diri Agnita selalu berhasil membuat Tian jengkel, namun kali ini laki-laki itu tidak bisa mengelaknya. Bahkan jika Agnita bukan atasan sekaligus teman masa kecilnya, Tian yakin dirinya akan tertarik untuk mendekati wanita itu. 

"Iya sih, walaupun tipe doi bukan cewek kayak lo, tapi tetep aja kalian berdua udah tinggal serumah selama setahun."

Kedua alis Agnita mengerut. Agnita bukan tipe Sankara? Memangnya serendah apa tipe pria aneh satu itu?

"Kesimpulannya dari gue sih, satu." Tian menegak minuman pesanannya sebelum kembali berkata, "Doi ga demen sama betina, alias beneran suka sama yang batangan juga," celetuk Tian tanpa dosa.

Nah, kalau ini baru make sense.

"Kalau beneran kayak gini sih, gawat ya, Mbak."

"Gawat apanya?"

"Ya, gawat. Berarti tujuan awal dia nikahin lo bukan buat nepis rumor itu dan bisa naik ke pemerintahan. Tapi ya karena dia mau nyembunyiin orientasi seksualnya, yang artinya dia dari awal emang ga punya rencana buat cerai sama lo, Mbak," jelas Tian panjang lebar.

"Shit," umpat Agnita. Omongan Tian barusan ada benarnya. Bisa saja memang sejak awal niat Sankara menikahinya bukan untuk sekedar menepis rumor, melainkan menyembunyikan fakta tentang orientasi seksualnya. Dan kepatuhan Sankara terhadap syarat yang Agnita ajukan selama ini bukanlah karena pria itu tahu batasan, tapi karena pria itu memang tidak memiliki ketertarikan terhadap seorang wanita.

Astaga memikirkannya saja membuat Agnita geram. Ia pikir selama ini Sankara tunduk dalam syaratnya. Nyatanya justru pria itu yang memanfaatkan Agnita.

"Terus berarti tujuan Mas Sankara ngajuin persyaratan kayak kemarin, ga lain ga bukan karena dia butuh bukti kuat lain buat nyatain kalau dia normal. Alias doi pengen ada keturunan buat pegangan kalau emang lo udah ga bisa dikendaliin lagi," tambah Tian.

"Kalau bener, sialan banget itu keturunan Admoejo!" Agnita mengumpat sembari meneguk air dingin di gelasnya.

"Gue bilang juga apa, Mbak. Hati-hati sama keluarga Admoejo, gerakan mereka tuh beneran ga bisa ditebak dan diprediksi. Tapi lo waktu itu malah bilang, semuanya under control."

Ya memang semuanya sejauh ini benar-benar under control, sampai pembicaraan malam tadi yang cukup mengagetkan.

Tapi tentu, yang namanya Agnita, dia tidak akan pernah bisa dikalahkan. Jika memang faktanya begitu, maka cukup dengan mengetahui hal itu, Agnita akan dengan mudah merubah mengatur strategi dan mengubah keadaan.

"Oke, keluarga Admoejo emang terkenal sama kelicikannya, tapi lo jangan lupa, ga ada sejarahnya keluarga Hirawan kalah di dalam arena tempur. Gue bakalan buat dia sendiri yang ngajuin gugatan ini," putus Agnita.

Jika memang syarat yang dia tawarkan selama ini dimanfaatkan oleh Sankara, maka Agnita tinggal memutar balikan semua itu. Dia akan membuat Sankara merasa terusik akan keberadaannya. Dia akan melakukan segala hal yang tidak pria itu sukai, termasuk menggodanya jika memang diperlukan.

[nonamerahmudaa]

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐Ÿฅฐ

Selanjutnya Sebelum Berpisah | Part 2
143
3
Sebelum Berpisah | Part 2Agnita menguji Sankara untuk mencari kebenaran orientasi seksual pria itu. Agnita menduga bahwa bisa saja alasan Sankara tidak ingin bercerai karena ingin menyembunyikan fakta bahwa dia punyuka sesama jenis.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan