Like We Just Met - BAB 5: Dari Kiara

Kiara Ajeng Nareswari - Sebagai orang yang insecure, hopeless romantic, dan langganan friendzone dari jaman sekolah, gue ngerasa seneng banget pas ada cowo yang bilang suka sama gue di tahun ketiga gue kuliah. Asumsi ‘lo kurang cantik’ dan ‘lo lebih asik dijadiin temen’ yang gue bentuk di kepala gue serta merta runtuh karena kehadiran cowo tersebut. Hubungan gue berjalan hampir 1 tahun kalo aja cowo itu nggak ngucapin sebuah kalimat yang ngebuat gue nampar dia dan langsung pergi jauh-jauh tepat di hari anniversary kita yang ke 1 tahun. Sejak saat itu sampai sekarang, gue berusaha untuk menjadi perempuan yang mandiri, yang lebih fokus sama diri sendiri, dan memutuskan untuk nggak lagi menjadikan siapapun sebagai pusat dunia gue.Derisatya Arkandra - Orang-orang di sekitar gua sering bilang kalo gua itu orangnya terlalu baik dan royal, apalagi sama perempuan, dan gua harus hati-hati dengan sifat itu. Gua nggak peduli dengan omongan mereka karena gua emang udah dibiasakan untuk menghargai dan memperlakukan perempuan sebagaimana gua menghargai dan memperlakukan sosok ibu serta kakak gua. Tapi sayangnya nggak semua orang bisa dengan benar nerima kebaikan yang kita kasih, kan? Hal itu baru terbukti di hidup gua ketika temen gua nunjukin chat yang isinya pacar gua lagi sayang-sayangan sama orang lain. Anjing. Udah duit diporotin, harga diri gua juga diinjek-injek. Tapi tenang aja, gua bukan tipe orang yang gampang nyerah karena keadaan. Hal-hal yang udah terjadi di hidup gua justru ngebuat gua mikir bahwa, ya, waktu itu emang orangnya aja yang nggak tepat. Sesimpel itu.