Kehancuran Kesultanan Banten

Konflik pemberondongan senjata di kota Paris pada tahun 2015, di mana penyerang menggunakan senapan “sejuta umat”, yaitu AK-47, guna menyarangkan timah panas pada tubuh warga Prancis yang tengah menikmati alunan musik rock menyisakan duka yang mendalam. Segera, simpati dan haru biru membanjir dari pelosok dunia, khususnya dunia maya, di mana publik mewarnai foto profil mereka dengan simbol Drapeau national de la France sebagai wujud simpati terhadap para korban sekaligus kegeraman terhadap tindakan tidak berperikemanusiaan ini.Meskipun identitas aktor intelektual di balik tragedi tersebut masih belum dapat dipastikan secara definitif oleh pihak yang berwenang, kelompok militan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) mengklaim sebagai pihak yang membidani pembantaian di enam sudut kota Paris. Sebagaimana dilansir beberapa media nasional dan internasional, motif penyerangan adalah revanchisme (balas dendam) atas foreign policy pemerintah Prancis dalam menangani prahara di Syria. Bisa saja, ISIS sebenarnya tidak bisa menyaingi superioritas militer Barat di Timur Tengah, jadi cara paling rasional bagi ISIS dan asosiasinya adalah dengan melancarkan serangan klandestine sporadis di jantung peradaban Barat di Benua Biru. Penulis: Hanafi WibowoEditor: Gilang AryoIlustrasi oleh Salman Al Farisi