
Setelah kejatuhan Kekaisaran Romawi Barat di abad ke lima, Kekaisaran Romawi Timur atau yang lebih sering disebut Byzantium harus memulai diplomasi kepada bangsa-bangsa yang membuat saudara mereka hancur. Untuk bisa melakukan ini dengan sangat efektif mereka harus menggunakan berbagai cara yang ada. Termasuk pembunuhan, ancaman, mata-mata, menyandera, blokade, taktik devide et impera dan sebagainya.
Nah untuk mengerti tentang diplomasi yang dijalankan kita harus melihat terlebih dahulu pandangan...
Dengan begitu mereka menyebut semua orang yang diluar Kekaisaran dengan sebutan orang barbar. Kebijakan luar negeri Kekaisaran Romawi Timur berputar diantara pemikiran ini. Jadi mereka harus tahu seluk beluk dan keunikan tiap bangsa. Karenanya ini adalah kewajiban supaya menjadi master dalam bidang diplomasi agar tujuan kebijakan luar negeri tercapai.
Kejadian unik yang pernah terjadi dalam sejarah diplomasi Byzantium adalah pada saat diplomat dari negara lain diundang untuk bertemu dengan Kaisar. Orang-orang Byzantium akan mengatur upacara dengan tujuan memukau sang diplomat. Kemudian diplomat tersebut akan diajak bertemu Kaisar di istana. Kaisar Byzantium akan duduk di tahta berlapis emas yang dikelilingi dengan berbagai macam benda berkilau. Di tahta Kaisar terdapat sistem hidrolik yang memungkinkan kursi tersebut terangkat sangat tinggi. Kejadian ini meninggalkan pengalaman yang tak terlupakan bagi sang diplomat yang berkunjung.
Diplomasi > Militer?
Sebagai penganut Agama Kristen, Kekaisaran Romawi Timur percaya bahwa diplomasi lebih baik daripada aksi militer yang berdarah-darah. Mereka juga beranggapan aksi militer membawa hasil yang tidak pasti dan menghabiskan banyak sumber daya yang bisa dipakai dalam hal lainnya. Ini membuat saya berpikir apakah kekuatan militer mereka melemah setelah kejatuhan Romawi Barat? Nampaknya tidak, mereka hanya memakai postur bertahan dan tidak melakukan ekspansi besar-besaran lagi. Tapi tentunya mereka jauh lebih lemah daripada Kekaisaran Romawi lama dalam segi militer.
Faktor-faktor inilah yang menyebabkan penggunaan diplomasi yang lebih efektif. Tapi ada juga yang mengatakan bahwa diplomasi tanpa kekuatan militer yang memadai itu hanya akan dianggap angin lewat oleh negara-negara di sekitarnya. Anggapan ini memang benar terutama disaat seperti itu, bisa dibilang bahwa militer hanya akan digunakan kalau saja diplomasi gagal. Nah dengan ini Kekaisaran akan memiliki waktu untuk menyiapkan militernya di konflik mendatang sementara diplomasi bekerja terlebih dahulu.
Poin saya ini adalah bahwa diplomasi itu sama dengan aksi militer pada saat itu. Kedua hal tersebut haruslah dipakai dengan seragam dan sinkron agar terciptanya kekuasaan yang tidak hanya kuat dalam perkataan semata melainkan juga pada saat diancam negara lain. Jadi anggapan bahwa diplomasi lebih baik daripada militer sendiri ini hanya separuhnya benar.
Lembaga khusus intelijen dan diplomasi
Skrinion Barbaron adalah sebuah lembaga resmi yang mengurus masalah intelijen bangsa luar. Mereka bekerja seperti layaknya MI6 dan CIA dimasa kini. Lembaga ini bertugas untuk mengumpulkan berbagai info tentang semua hal yang dilakukan negara-negara lain. Kegiatan lain yang dilakukan lembaga ini adalah menjalin hubungan politik, mendukung dan menjatuhkan suatu negara jika keadaan memungkinkan.
Lembaga ini juga mengirimkan diplomat ke berbagai negara. Mereka kemudian akan mengirimkan laporan mengenai tugas yang diberikan. Tergantung dari kesusahannya, tiap tugas yang diberikan bisa memakan beberapa waktu. Tujuan dari adanya diplomat yang terorganisir ini supaya Byzantium bisa mempunyai telinga dan bibir di semua tempat. Maka pengiriman suatu pesan bisa menjadi lebih cepat dan akurat. Ini memastikan keberhasilan diplomasi meningkat.
Tapi sumber intelijen Byzantium tak hanya berada dari diplomat yang dikirim. Mereka juga sering mengirim mata-mata berupa pedagang, pengemis, bangsawan dan lainnya. Nah sumber informasi akan dijamin lebih beragam dengan cara seperti ini. Sementara dana yang diperlukan hanya sedikit saja. Pada masa itu sistem intelijen Byzantium adalah salah satu yang paling maju, maka dari itu mereka mendapat keuntungan informasi dibanding negara-negara lain.
Mencegah Perang dengan 1001 cara
Hal yang sangat dibenci oleh kaum Bangsawan Byzantium adalah Perang. Perang membuat penguasa tanah yakni kaum Bangsawan mengeluarkan uang dan manusia. Berjalannya Perang sendiri sangat tidak pasti. Tak hanya itu, Perang membawa korban jiwa yang besar. Waktu yang dipakai orang-orang untuk berperang bisa dipakai bekerja dan membayar pajak. Ditambah dengan kepercayaan mereka jelas bahwa konsep Perang sangatlah tidak disukai kebanyakan orang. Jadi Byzantium selalu mencegah Perang dengan segala cara.
Jika saja Byzantium dapat mencegah Perang dengan uang maka mereka akan melakukannya. Taktik kotor seperti pembunuhan dan mengancam sandera juga lumrah dilakukan. Kalau dilihat-lihat apa yang dilakukan Kekaisaran Romawi Timur ini mirip seperti kebanyakan negara sekarang yang lebih memilih diplomasi dan menggunakan segala cara agar Perang dapat dicegah.
Manuver Geopolitik
Kalau kita berbicara tentang diplomasi hendaklah geopolitik ikut dibicarakan karena keduanya saling berhubungan. Dalam kasus Byzantium, wilayah mereka berada diantara dua benua. Jadi ancaman datang dari banyak tempat, belum lagi mereka harus berjuang dengan teman yang sedikit dan sumber daya terbatas. Maka dari itu Byzantium haruslah memanfaatkan sisi diplomasi sebaik mungkin agar dapat bertahan.
Salah satu cara terbaik yang dilakukan Byzantium adalah mengajak konversi ke Agama Kristen Orthodox. Contohnya adalah pada saat Basil II menikahkan adiknya ke Vladimir yang Agung dengan syarat ia dan semua bawahannya mau menganut Agama Kristen Orthodox. Vladimir pun setuju dan ia juga memberikan pasukan tambahan bagi Basil yang sangat ia perlukan. Ini adalah situasi win-win bagi kedua belah pihak terutama bagi Basil yang tak hanya mendapat teman baru ia juga mendapat dukungan lebih banyak lagi dari para pendeta.
Kesimpulan
Demi mempertahankan negara, para petinggi Byzantium kerap melakukan berbagai cara yang dianggap kotor, Tapi dengan cara inilah Byzantium dapat bertahan selama seribu tahun lebih. Beberapa konsep diplomasi ini masih bertahan sampai sekarang seperti lembaga yang mengurus kebijakan luar negeri. Hal ini juga membuktikan bahwa diplomasi lebih efektif dari Perang. Sedangkan aksi militer sendiri hanya menjadi rencana terakhir jika diplomasi gagal.
Kita juga diharuskan pragmatis dalam urusan bernegara dan memanfaatkan berbagai faktor yang ada seperti intelijen, geografi, budaya, agar tujuan bisa teraih. Apakah diplomasi Byzantium bisa menjadi contoh di masa sekarang? Bisa. Tapi jangan menjadikan diplomasi Byzantium sebagai acuan tanpa melihat konteks dimasa tersebut karena dunia telah berubah.
Daftar Pustaka
Chrysos, Evangelos K. (1992). "Byzantine diplomacy, A.D. 300-800: means and ends". In Shepard, Jonathan; Franklin, Simon (eds.). Byzantine Diplomacy: Papers from the Twenty-Fourth Spring Symposium of Byzantine Studies, Cambridge, March 1990.
Barker, J. W. (2009) “ Emperors, Embassies and Scholars: Diplomacy and the Transmission of Byzantine Humanism to Renaissance Italy.” In D. Angelov (Ed.), Church and Society in Late Byzantium, 158– 79. Kalamazoo: Medieval Institute Publications.
Constantine Porphyrogennetos: The Book of Ceremonies (2012) Translated by A. Moffatt and M. Tall. 2 vols. Canberra: Australian Association for Byzantine Studies.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
