Episode Pertama

0
0
Deskripsi

Episode pertama tentang pertemuan terakhir

Apakah semua berakhir baik?

Selamat menikmati 

Kritik dan saran diterima

*TING*

Bunyi notifikasi smartphone, gumamku dalam hati 

“Siapa yang chat? Perasaan nggak ada hal penting deh.”

            Kulihat simbol notifikasi yang ternyata logo Instagram bukan Whatsaap atau Line. Aku semakin bingung karena selama ini aku tidak pernah berkomunikasi melalui Instagram. Ternyata teman perempuan sewaktu SMA yang pernah menarik perhatianku yang bahkan terakhir aku berkomunikasi intens dengannya 2 tahun yang lalu dengan kesimpulan:

“Dia tidak tertarik denganku.”

            Cukup mengejutkan bahwa dia mendadak menghubungiku duluan karena seingatku dulu dia sibuk dengan kuliahnya hingga aku merasa tidak dipedulikan. Namun karena aku yang berkesimpulan sendiri aku tetap merasa bahwa berteman dengannya cukup asik karena bahasan kami cukup nyambung. Begini isi chat darinya yang cukup membuatku terheran-heran.

“Ton besok lu kosong nggak? Mau ngerjain skripsi bareng nggak kafe di DU?”

“Waduh gua lagi di kampung mama gua baru balik tiga hari lagi, gimana lu mau nggak kalau hari sabtu  aja?”

“Oke hari sabtu ya nanti kita berkabar lagi.”

“Siap.” 

            Chatnya selesai disini namun tidak dengan pikiranku yang masih bingung dan juga senang karena ada perempuan menarik yang mengajak untuk ketemuan yang bahkan kita baru bertemu berdua saja baru sekali.

*Keesokkan harinya*

            Setiap malam sejak dia mengajak bertemu aku selalu berpikir bagaimana cara terbaik untuk  memberitahu bahwa sebenarnya aku sudah lulus sidang skripsi, aku tidak bisa memberitahunya langsung karena aku takut dia membatalkan niatannya untuk bertermu.

“Yaudahlah liat aja besok.”, pasrahku terhadap pikiranku yang tidak terlalu penting.

            Hari ini aku dan mamaku harus pergi ke kota terdekat karena di kampung halaman mamaku tidak mempunyai bandara untuk menuju Tangerang dan sekalian mampir ke rumah Tante dan Om yang kebetulan tinggal di kota itu. Kami pergi menaiki travel pada sore hari dan tiba di rumah Tanteku pada malam hari. Saat aku sampai disana aku melihat foto keluarga Tanteku dan aku baru sadar bahwa sepupu perempuanku sangat mirip dengan Alexa, perempuan yang menarik perhatianku yang kebetulan beberapa hari lalu menghubungiku. Keesokan harinya aku dan mamaku pergi bersama sepupu laki-laki pergi ke rumah sakit untuk melakukan Antigen karena butuh hasil negatif Covid-19 untuk bisa baik pesawat sambil menunggu hasilnya kami pergi menuju rumah om kami untuk berbincang-bincang sebentar sekalian pamit pulang. Hari itu cukup membuatku semakin tegang karena sebentar lagi aku bisa bertemu dengan Alexa. Hasil test menunjukkan negatif berarti rencana bertemu kami tidak gagal, namun aku merasa ada yang janggal entah kenapa. 


 

 

            Akhirnya aku dan mamaku pergi menuju bandara pada waktu subuh karena jam keberangkatan kami pukul 7 pagi. Kami sudah di dalam pesawat dan seperti biasa maskapai ini selalu delay ya walaupun hanya 30 menit namun cukup mengesalkan karena tidak ada pemberitahuan kepada penumpang. Kami terbang dengan nyaman tanpa ada kendala ya walaupun sempat delay bersyukurnya aman sampai tujuan. Kami menunggu jam keberangkatan bus menuju Bandung dan sekalian bertemu dengan abangku bersama pacarnya yang kebetulan akan pergi menuju Kalimantan untuk bertemu keluarga dari pacarnya karena mereka berencana akan menikah pada tahun ini. Akhirnya kami berpisah dan jam keberangkatan bus pun sudah sebentar lagi, aku semakin semangat karena besok aku bisa bertemu dengan Alexa. Kami menempuh waktu 2 jam 30 menit perjalanan panjang dari subuh hingga siang hari sangat melelahkan akupun langsung menuju tempat tidur karena perjalanan yang panjang dan melelahkan. Aku bangun dari tidurku dan aku merasa bahwa badanku tidak nyaman sama sekali aku merasa pegal-pegal kurasa aku hanya kelelahan dan besok akan sembuh. 

*KEESOKKAN  HARINYA*

            Pagi hari datang dan ternyata badanku tidak sembuh bahkan semakin parah karena aku kehilangan suaraku secara mendadak 

“Ahhhh, sepertinya aku kena covid”, gumamku dalam hati.

            Semua rencana bertemu pasti gagal, ternyata ini perasaan janggal yang kurasakan sesaat sebelum naik ke pesawat. Akhirnya aku ambil smartphone dan menghubungi Alexa 

“Lex kayaknya gua kena covid deh, maaf ya hari ini batal.”

“Oke ton cepat sembuh ya, kita atur lagi aja habis lu sembuh.”

‘Hah? Dia tetep mau ketemuan sama gua kenapa nih’, gumamku dalam hati sambil tersenyum tipis.

“Oke siap makasih ya doanya, kalau dari info terupdate sih paling lama 14 hari lah setelah test jadi nanti gua kabarin lagi ya.”

“Oke ton.”

            Aku cukup lega karena Alexa tetap mau bertemu walaupun harus mengundurkan hari sampai aku sembuh dari sakitku. Aku tidak pernah Antigen karena tidak ada yang bisa mengantarku ke puskemas terdekat, tapi aku mengalami semua gejala penyakit yang sama persis dengan covid mulai dari sakit tenggorokkan, suara hilang, dan tidak bisa mencium aroma beruntung aku masih bisa mengecap rasa dengan lidahku. Aku bed rest kurang lebih 12 hari dan semua gejala menghilang lalu aku berencana untuk melakukan test agar aku merasa aman dan tidak menularkan penyakitku. Hasilnya negatif tanpa pikir panjang aku langsung menghubungi Alexa.

“Lex gua udah sembuh nih, besok lu bisa nggak?”

“Syukurlah sudah sembuh besok gua bisa kok, nama tempatnya nanti gua kirim ya sampai ketemu besok ya.”

“Mantap sampai ketemu besok.”

            Jawaban yang menyenangkan dan membuatku langsung membuat rencana untuk besok, aku berencana memberikan dia cokelat seperti 2 tahun lalu yang mungkin nanti aku ceritakan. *Aku memberikan cokelat karena kebetulan beberapa hari lalu adalah hari valentine*

*KEESOKKAN HARINYA*

            Hari yang kutunggu akhirnya datang juga entah kenapa aku sangat bersemangat padahal yang kutemui nanti itu orang yang kurasa tidak memedulikanku mungkin karena aku menganggap akhirnya aku mendapatkan teman baru yang mungkin bisa berkomunikasi intens entah membicarakan hal tak penting hingga hal yang mungkin bisa mengubah dunia. Oh iya kami bertemu pada pukul 13 agar tidak perlu membeli makan siang (aku sedang intermitent fasting yang jendela makannya mulai pukul 11) cukup minuman saja sambil berbincang. Aku lupa melihat jam karena sibuk berbincang dengan mama dan akhirnya aku terlambat pergi dan terburu-buru pergi hampir saja aku lupa membeli cokelat untuk ku berikan. Biasanya aku menuliskan surat kepada dia setiap aku memberikan hadiah karena aku lebih bisa mengungkapkan isi pikiranku melalu tulisan tapi kali ini aku tak menulisnya karena tidak ada yang mau aku sampaikan padanya. Aku pergi naik motor cuaca saat itu sangat panas bukan karena matahari yang terik namun karena mau hujan dan tentu saja aku berkeringat banyak dan beruntungnya aku membawa  body spray jadi aku tak takut untuk menyebarkan bau keringat dan matahari. Aku mengingat bahwa Alexa menyukai rasa matcha jadi aku membeli cokelat rasa itu dan cokelat rasa yoghurt karena rasanya sangat unik dan aku ingin mengenalkannya pada Alexa. Beruntungnya kondisi lalu lintas saat itu sangat lancar karena masih kondisi pasca covid-19 sudah sangat lama aku tidak keluar dan melihat suasana jalan di Kota Bandung aku kaget karena selancar itu karena biasanya sangat padat dengan kendaraan. Akhirnya aku sampai di Kafe dan hujan tidak lama turun dengan cukup deras.

“Wah pas banget nyampe mungkin hokiku tahun ini udah habis.”

            Aku menghubungi Alexa bertanya dia berada di sebelah mana dan dia menjawab bahwa dia di bagian yang indoor. Aku masuk ke tempat yang asing itu lalu aku melihat-lihat keadaan sekitar dan kulihat punggung yang familiar aku langsung masuk dan menyapanya.

“Oi Lex, sorry ya gua telat lama nggak nunggunya?”

“Ya di maafin, nggak kok paling 30 menit aja.”

“Baiklah.”

            Akhirnya kami bertemu aku disana hanya melihat dia mengerjakan tugasnya untuk memenuhi portofolio sebelum yudisium. Aku membawa tas supaya dikira aku mau mengerjakan skripsi yang sebenarnya aku sudah lulus bulan lalu.

“Lu nggak mau mesen ton?”

“Aduh gua nggak deh nggak terlalu suka kopi .”

“Ada yang nggak kopi kok.”

“Oh iya apa?”

“Cokelat strawberry enak loh recomended

“Nggak deh kapan–kapan aja.”

            

 

            Akhirnya Alexa menuju meja pemesanan di bangunan sebelah entah aku lupa dia memesan apa, mungkin itu coffee latte strawberry analisisku dari warna minuman yang dia bawa. Aku ragu kapan sebaiknya aku memberi tahu bahwa aku sebenarnya sudah lulus dan kesini hanya ingin keluar dari rumah saja karena aku terisolasi dari dunia luar cukup lama dan aku tidak terlalu suka keluar dari rumah. Waktu berlalu hanya lima menit namun terasa lama karena aku hanya memperhatikan dia sibuk dengan laptop miliknya, aku beranikan saja berbicara padanya.

“Lex sebenernya gua udah lulus dari November baru aja yudisium awal bulan kemarin.”

“Lah terus lu ngapain dong kesini? BTW selamat ya.”

“Gua cuma mau keluar rumah aja bosen 2 minggu di rumah terus, lu udah lulus juga kan?”

“Jadi nggak enak gua, iya gua juga udah lulus tugas ini cuma menuhin syarat kelulusan dengan portofolio aja.”

“Kalem aja gua kalau emang nggak mau keluar juga udah bilang dari kemarin Lex.”

“Ya soalnya gua sebelumnya ngajak yang lain sambil ngerjain tugas juga mereka.”

‘Ternyata aku tidak terlalu spesial’, gumamku dalam hati.

            Akhirnya kami melanjutkan berbincang tentang tugasnya yang kebetulan jurusan kuliahnya berhubungan dengan jurusan kuliahku ya walaupun aku melalui kuliahku dengan setengah hati. Waktu berjalan dengan cepat sudah pukul 16 saja padahal di awal tadi aku merasa waktu sangat lambat. 

“Ton kita nonton yuk”, ajak Alexa.

Dengan wajah terkejut aku menjawab, “Tiba – tiba banget dah, mau nonton apa?”

“Yang ada aja coba cek ton.”

            Aku mengecek jadwal dan film apa saja yang tersedia saat itu dan ada judul yang menarik dan juga familiar yaitu “The Batman” film super hero terbaru dari DC yang mana aku sangat penasaran karena diperankan oleh aktor baru, kebetulan juga aku tidak mengikuti trilogi film sebelumnya jadi aku ingin mengetahui bagaimana cerita film ini dibuat untuk menarik penonton digempuran film superhero dari Marvels Cinematic Universe.

“Nonton The Batman aja gimana?”

“Okedeh”

“Enaknya kita nonton dimana ya?”

“Paling deket dimana ya?”

“Ya BEC lex paling deket tapi 20 menit lagi mulai dan itu layar terakhir.”

“Yah terlalu mepet ada dimana lagi?”

“Ada nih di Paskal 23 tapi gua belum pernah kesana.”

“Yaudah kesana aja sekalian ngasih tau lu ada loh mall yang namanya Paskal 23.”

“Oke siap gua mesen yang pukul 7 ya.”

“Oke, berapa tuh harganya?”

“Ya kalau mau ganti jadi 5 juta.”

“Serius berapa biar langsung gua bayar.”

“Nggak usah dah, mending lu beli popcorn sama minum aja.”

“Oke deal.”

            Kami berbincang lagi tentang kesibukkan masing-masing dari kami bahkan rencana kedepan mau melakukan apa sambil menunggu pukul 6. Aku lupa bahwa aku membawa cokelat untuk dia ya semoga saja tidak meleleh di dalam tasku. Sudah tinggal satu jam menuju jam tayang Alexa langsung membereskan laptopnya dan menghabiskan minumannya, sedangkan aku hanya memakai jaket saja dan siap berangkat saat itu juga.

“Kita naik motor siapa nih?”, tanya gua spontan.

“Masing-masing aja ton, takut hilang kalau dititip.”

“Ada satpam loh di depan tinggal nitip aja nggak usah takut.”

“Oke deh, tapi kalau hilang ganti ya”

“Iya lex siap ganti, jangan lupa ambil jas ujan lo takutnya hujan.”

            Akhirnya kami menuju ke parkiran dan Alexa mengambil jas hujan dari motornya dan kumasukkan ke dalam bagasi motorku. 

“Pak, nitip ya motor ini nanti balik lagi kok.” Ucapku ke satpam disana sambil memberi uang parkir.

“Lex kan gua nggak tau ada mall yang namanya Paskal 23, tolong arahin ya pake Google Maps.”

“Aduh ton gua nggak bisa baca map.”

“Astaga, yaudah deh gua hafalin dulu.”

            Aku langsung buka Google Maps ku ketik Paskal 23 dan ternyata itu berada di daerah yang familiar buatku jadi aku langsung tutup smartphone dan langsung tancap gas menuju Paskal 23. Kami terjebak di perempatan karena lampu merah dan aku melihat setitik air pada kaca helmku.

 

 

 

 

“Waduh gerimis lagi moga-moga nggak hujan.”

“Ya kalau hujan juga tinggal minggir ton, telat juga nggak apa-apa.”

“Gua sih nggak pernah telat nonton nyebelin aja gitu mau nonton tapi telat padahal udah tau jam tayangnya.”

“Bawel, tuh udah ijo maju sana biar nggak telat.”

            Padahal kami masih memiliki waktu 45 menit aku hanya ingin berbincang saja dengannya sekaligus memberi pendapatku jika aku tidak suka telat menonton di bioskop. Perjalanan langsung lancar dan sudah dekat ke tujuan aku bingung harus parkir dimana, karena Alexa sudah pernah ke sana aku pun langsung bertanya.

“Lex ini parkirnya dimana ya?”

“Diluar aja Ton biar cepet.”

“Kalau hujan helm basah repot banget Lex.”

“Yaudah tuh ada tanda parkir ikutin aja nanti langsung ke basement

“Oke siap bos laksankan.”

            Akhirnya kami sudah masuk ke area parkir basement dengan cukup repot karena aku sempat salah arah dan kami langsung menuju ke dalam mall.

“Masih ada 30 menit Lex ngapain dulu ya?”

“Ya kita keliling aja dulu di lantai atas toh selantai sama bioskopnya.”

“Oke siap.”

            Kami keliling masuk dan keluar toko dari toko mainan dimana Alexa mencari mainan superhero dari Marvel lalu kami masuk toko Miniso ya disana tempat dimana kita bisa melihat barang-barang aneh dan murah. Lalu Alexa menuju daerah kasir melihat perintilan kecil yang kebetulan ada pin Marvel.

“Kayak kenal nggak sama pin ini?”

“Ya Ironman sama Spiderman.”

“Liat nih tas gua.” Menunjukkan tasnya kepadaku dan ada pin yang sama dengan yang dijual.

“Oh lu pernah beli toh mana gua perhatiin.”

“Astaga ini hadiah dari lu kali 2 tahun lalu, masa nggak inget sih.”

“Oalah bener juga, ahhahah.”

(Tentu saja aku ingat semuanya semua barang yang aku belikan untuk Alexa.)

“Gua ngasih tempat baju kotor juga kan?”

“Iya betul.”

“Gua ngasih apalagi sih lupa.”

“Tuh penutup mata Bear Bears yang Panda”

“Semuanya lu pake kan Lex?”

“Iyalah kebetulan berguna jadi pake aja.”

“Kalau nanti rusak beli sendiri ya hahaha.”

“Iyalah gua punya duit juga kali.”

            Kami lanjut ke Gramedia dimana toko buku yang sangat besar, dulu aku sering kesana karena aku selalu membeli komik One Piece ataupun Naruto sampai akhirnya bisa membaca melalui online dan berhenti kesana untuk beli komik. Tapi disana aku melihat-lihat buku best seller dan banyak sekali buku fiksi fantasi dan salah satunya Percy Jackson yang aku baru tahu ternyata salah satu film favoritku adalah hasil adaptasi dari buku. Akhirnya tinggal 10 menit lagi dan kami langsung menuju bioskop dan Alexa langsung membeli popcorn dan minuman.

“Mau rasa apa nih popcorn-nya ton?”

“Sekarang sih gua pengen yang manis ya minumnya gua kola aja udah lama nggak minum kola.”

“Oke, ini yang jumbo atau reguler aja?”

“Reguler aja takut nggak habis nanti.”

“Oke.”

            Kami akhirnya menunggu di dalam karena memang tersedia area menunggu agar langsung masuk studio tanpa ada pengecekkan tiket lagi.

“Lex lu ngikutin Batman nggak?”

“Nggak lagi.”

“Sama dong, berarti ini film Batman pertama lu?”

“Iya soalnya selama ini gua nonton superhero dari Marvels doang.”

“Oalah lu nggak nonton Wonder Woman sama Aquaman dong?”

“Nggak lagi, lu nonton emangnya?”

“Nonton tapi nggak di bioskop sih nontonnya di HBO tapi untuk Batman ini film pertama, lu nonton Joker yang terbaru belum?”

“Oalah, belum lagi kata temen-temen gua seru.”

“Ya jauh lebih seru di banding Spiderman: No Way Home.”

“Hah? Menurut lu Spiderman nggak seru?”

“Ya nggak jelas tujuan filmnya mau ngapain kaya mau ngasih tau kalau dunia Marvels itu banyak universenya,  mana scene bibi May mati nggak ada sedih-sedihnya lagi jadi hilang emosi untuk meluapkan kekesalan ke Green Goblin.”

“Tapi seru ah menurut gua enjoyable nontonnya walaupun agak aneh sih, eh itu pintu studio kita udah di buka, mau langsung masuk nggak?”

“Gas masuk.”

            Kami masuk ke dalam studio  dan kebetulan aku membeli tiket yang posisinya berada di sayap kiri karena posisi tengah penuh dan hanya tersisa barisan depan saja.

“Lex lu tau siapa aktor yang jadi Batman nggak?”

“Nggak gua cuma tau kalau ada film Batman, emang lu tau?”

“Tau gua kebetulan nontonin orang yang ngomongin aktornya tuh Robert Pattinson.”

“Yang main di film Twilight?”

“Ya betul sekali, semoga aja cocok sih soalnya badan dia kekecilan untuk jadi Batman.”

“Kalau dia bagus sih aktingnya jadi harusnya bagus ya.”

“Ya semoga aja setidaknya tidak mengecewakan.”

            Filmpun dimulai yang kuingat film ini sangat gelap padahal di dalam studio sudah gelap juga. Tempo filmnya sangat lambat karena ini film pertama dari trilogi baru perkenalan tentang Batman dengan masa lalunya. Antagonis yang muncul karena tindakan dari sang tokoh utama dan supportingnya bukan seperti orang sudah tahu bahwa dia adalah penjahat bahkan dari sebelum film tayang. Ya walaupun semua orang yang mengikuti Batman pasti tahu bahwa Penguin dan Two Face adalah penjahat besar dari serial dari Batman dan juga universe DC.

“Lex lu tau nggak kalau Penguin ini salah satu musuh besar Batman?”

“Nggak lagi.”

            Percakapan yang sangat singkat dalam sela-sela film karena ini film yang sangat lambat jika aku tak berbincang atau makan mungkin aku sudah tertidur. Aku mengambil popcorn yang kami taruh diantara kami aku melihat Alexa terus memegang popcorn itu.

“Lex taro aja popcornya di kursi lu pegel kali megang gituan 3 jam.”

“Takutnya lu kejauhan ngambilnya.”

“Perhatian abis lu, nggak jauh juga kan kita sebelahan.”

            Akhirnya Alexa menaruh popcorn tepat di sampingnya yang dekat denganku. Aku selalu mengambil popcorn setelah dia mengambil supaya tangan kami tidak bertemu seperti di film-film romansa. Ya sebenarnya aku mau saja sih jika itu terjadi tidak sengaja namun aku sudah terlalu memikirkannya agar tak terlihat modus karena terakhir aku ke bioskop dengan perempuan aku sedang pacaran dan yang kuingat aku fokus dengan pacarku bukan filmnya. Film terus berlanjut ya tetap gelap dan lambat tapi ceritanya cukup menarik karena membangun sikap dari karakternya, Aku melihat jam di smartphone dan kupikit tinggal setengah jam lagi untuk film ini selesai namun ku rasa belum ada klimaks dari filmnya dan aku berpikir masa iya ini endingnya jelek.

 

“Sisa berapa lama lagi ton ni film?”

“Setengah jam.”

“Hah? Bukannya lu bilang ni film 3 jam ya?”

“Bener nih liat.” (menunjukkan jam di smartphone)

“Lu mabok ya? Kita mulai jam 7 sekarang jam 8.30 itu masih satu setengah jam lagi.”

“Wanjir asli gua mabok kegelapan nih asli bingung bangett.”

“Emang sih ni film bosenin keluar aja gitu ya?”

“Nggak jangan buang-buang duit nikmatin aja toh emang masih fase perkenalan.”

“Yaudah deh.”

            Kami lanjut menonton sampai akhirnya aku merasa filmnya sudah mencapai klimaks karena ketegangan dan tindakan dari tokoh utama yang mulai berintensitas tinggi. Akhirnya film selesai dengan baik dan memang terasa akan ada lanjutannya nanti. Kuharap aku bisa menonton lanjutannya dengan Alexa lagi ya khayalan yang sangat sulit terjadi. Akhirnya kami keluar dari studio karena aku sudah menahan buang air kecil jadi aku langsung menuju toilet.

“Gua ke Toilet ya Lex.”

“Gua juga mau ke toilet.”

            Aku ke toilet buang air kecil, cuci tangan lalu keluar dan menunggu Alexa keluar dari toilet. Cukup lama aku menunggu aku main smartphone dan melihat Alexa mengunggah foto minuman dan popcorn di Instastories tanpa tag akunku, ya aku memang tidak peduli juga. Akhirnya Alexa keluar dari toilet dan memberitahu bahwa dia lama karena banyak banget orang dan ngantri, padahal aku tak bertanya tumben banget dia ngasih info sebelum ditanya.

            Aku melihat Alexa sangat sibuk dengan smartphone-nya sesaat keluar dari toilet kupikir ada masalah karena ada perubahan ekspresi yang seolah menunjukkan yang dia baca cukup melelahkan. Seperti biasa aku tak akan menanyakan apa yang terjadi karena aku tidak mau ikut campur pada masalah orang jika dia tidak mau berbicara terlebih dahulu. Alexa menghela nafas cukup panjang dan dia pun memulai bicara atas apa yang terjadi.

“Sebel banget gue, adik gue tiba-tiba minta beliin kopi lagi.”

“Oalah, suruh aja dia beli sendiri aja”

“Nggak deh mending gua beli aja nanti toh kita bakal balik ke kafe lagi kan, kalau nyuruh dia nanti malah makin menyebalkan.”

“Wow, bijak sekali anda.”

“Yaudah ayo balik ke kafe udah malem banget takutnya tutup.”

“Kafenya tutup lama kalau malam minggu gini.”

            

            Akhirnya kami berjalan menuju parkiran motor setelah sampai di motor aku menyiapkan uang parkir dan tiket agar nanti langsung tinggal bayar kebiasaan yang aku miliki setelah aku bisa mengendarai motor. Untungnya tidak hujan jadi kami tidak perlu menggunakan jas hujan yang cukup merepotkan. Tidak lupa aku melihat maps untuk mengetahui arah ke kafe karena Alexa masih tidak percaya diri untuk melihat maps. Kami berangkat dengan lancar tanpa ada hambatan kemacetan dan hujan ya tentu tidak macet karena sudah malam sekali dan banyak orang mungkin sudah berada dalam tempat tujuannya. Akhirnya kami sampai di kafe dan Alexa langsung turun dan memesan kopi untuk adiknya aku mengeluarkan jas hujan Alexa dari bagasi motorku dan mengeluarkan cokelat yang sudah kusiapkan. Aku melihat Alexa menuju ke arah parkiran dan akhirnya kuberikan cokelat dan jas hujan miliknya.

“Lex nih jas ujan lu.”

“Oh iya, makasih ya.”

“Oh ini ada hadiah dari gue, nih.”

“Apaan nih kantong plastik (melihat dalam kantong plastik), ada peringatan apa nih?”

“Belum lama ini kan valentine jadi ya gua kasih cokelat, lu suka rasa green tea kan?”

“Makasih ya cokelatnya, matcha bukan green tea.”

“Sama ajalah disitu juga ada cokelat rasa matcha sama cokelat yoghurt rasanya unik banget gua sih suka ya nggak tau kalau lu ya.”

“Semoga aja sesuai selera gua ya, sekali lagi makasih ya.”

“Iya sama-sama, gua langsung balik ya.”

“Nggak mau nunggu di dalem dulu?”

“Nggak deh udah malem banget, lu nanti hati-hati ya di jalan.”

“Oke.”

            Aku langsung pergi dengan motor menuju rumah, di perjalanan aku sangat penasaran dengan raut wajahnya yang seperti memelas saat dia menyuruhku menunggu bersama dia apa yang ada di benaknya. Aku langsung pergi karena aku merasa sangat kelelahan padahal tidak ada kegiatan fisik mungkin ini yang didiskusikan orang-orang di internet tentang seorang yang introvert adalah orang yang energinya akan terkuras jika berada di dalam banyak orang di sekitarnya. Aku pulang dengan penuh pertanyaan tapi pada akhirnya aku melupakan semuanya karena sepertinya itu hanya imajinasiku saja. Aku langsung menghubungi Alexa sesaat aku sampai di rumah aku cuma memastikan dia sampai di rumahnya dengan selamat mungkin bentuk perhatian bagi sebagian orang namun bagiku itu hanya hal lumrah saja. Aku mengucapkan terima kasih padanya karena aku akhirnya keluar rumah dan melakukan tindakan yang sangat random dimana aku biasanya tidak terlalu suka hal spontan tanpa perencanaan. Tapi aku ingin mencobanya dan ternyata cukup menyenangkan jika dilakukan sekali-kali namun sangat melelahkan karena tidak bisa mempersiapkan mental untuk bertemu dengan banyak orang random di berbagai tempat. 

            Kurasa dia masih tidak ada perasaan denganku karena aku mencoba berinteraksi dengannya selama yang aku bisa dan pada akhirnya hasilnya sama dan keyakinanku tentang dia yang tidak tertarik denganku benar. Aku mungkin sudah memberikan segala hal yang bisa aku berikan padanya namun ternyata aku tidak mendapatkan hasil yang sesuai karena perasaannya tidak bisa ada yang mengganggu kecualinya dirinya sendiri. 

            Aku merasa belum saatnya aku melakukan hubungan percintaan karena lebih baik aku fokus pada mencari kerja dan karir yang akan aku lakukan. Terima kasih atas waktu yang sudah kamu berikan semoga kamu bahagia akan segala pilihanmu mungkin hanya aku yang merasa waktu yang kita habiskan itu menyenangkan dan memorable tapi itu memang kenangan yang bisa menjadi pembelajaranku bahwa tidak semua usahamu itu menghasilkan hal baik mungkin hanya memberi pembelajaran saja agar kamu tidak terlalu sakit jika gagal lagi nanti dan kuat dalam menjalankan hidup.

 

Bandung, 2024 

Karya dari: N.Anderson

Ditulis oleh: N.Anderson

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
Slice Of Life
Selanjutnya Pengorbanan dan Harapan
0
0
Hanya pikiran sendiri tak perlu diambil hatiMaaf jika ini menyerangmuTerima kasih jika ini membantumuSebarkan jika memang membantuTerima kasih telah membacaSaran dan Kritik mungkin akan didengarkan
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan