DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUH

2
0
Deskripsi

Alisha merasa dijebak oleh Ibu tirinya. Dia harus menikah dengan pria lumpuh pilihan ibu tirinya, sebagai jaminan hutang keluarganya.

Tanpa mempedulikan perasaan Alisha, ibu tirinya seakan sengaja membuang Alisha dengan pria tersebut.

Bagaimana perjuangan Alisha untuk menjalani rumahtangganya? Simak kelanjutan ceritanya. Selamat membaca😊

🌷DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUH🌷1


Bab 1. SATU


"Ayah ... bangun, jangan tinggalin Alisha!"

Aku masih berteriak, memanggil Ayah
yang diam tak bergerak.

"Ini semua gara-gara kamu! Kalau sampai terjadi apa-apa dengan Ayahmu, maka rasakan akibatnya!"

Bu Rosma, ibu tiriku mengancam dengan tatapan tajam. Beberapa menit kemudian ambulans datang dan segera membawa ayah ke rumah sakit.

Aku ingin ikut mengantarkan Ayah, tapi Ibu melarangku. Tanpa menghiraukan teriakannya, segera kuambil kunci motor yang terletak di atas meja.

Masih mengenakan baju pengantin lengkap, segera kustarter motorku mengikuti ambulans yang membawa Ayah ke rumah sakit. Tak kuhiraukan tatapan heran dari sesama pengguna jalan ke arahku, yang terpenting bagiku Ayah harus bisa diselamatkan.

Beberapa menit kemudian, sampailah kami di rumah sakit. Seketika kesibukan terjadi di depanku. Ayah segera dilarikan ke ruang UGD untuk mendapatkan pertolongan.

"Dasar anak bodoh!"

Masih kudengar umpatan Ibu kepadaku, sesaat setelah pintu ruang UGD tertutup. Sakit sudah pasti, namun bagiku sudah biasa. Hatiku sudah kebal dengan segala sumpah serapahnya.


Mungkin memang seperti itulah tabiat ibu tiri pada umumnya. Tampak baik di depan ayahnya, namun berperilaku buruk terhadap anak dari suaminya.

Ah tapi tidak semua. Buktinya Ulfa, temanku sangat bahagia meski hidup bersama ibu tiri. Mereka hidup bahagia dan saling menyayangi.

Pagi ini, harusnya menjadi hari yang paling bahagia untukku. Aku akan lepas dari cengkeraman Ibu tiri yang jahat, namun aku salah. Ternyata Erik tak kalah jahatnya dari ibu, karena dia tega membatalkan pernikahan tanpa alasan yang jelas.

Mengetahui pernikahanku batal, ayah sangat shock hingga serangan jantungnya kambuh. Bu Rosma menyalahkanku atas apa yang terjadi terhadap ayah.

Sedangkan untuk menggelar pernikahan itu, ayah sudah menggelontorkan banyak dana. Tak hanya itu saja, ayah juga harus menanggung malu karena para tamu undangan sudah hadir, namun justru pengantin pria membatalkan pernikahan secara sepihak.

Erik memang jahat, aku tak bisa memaafkannya begitu saja. Apalagi dia sudah membuat ayahku menjadi sakit seperti ini.

***


Setelah dua minggu dirawat, hari ini ayah sudah boleh pulang. Ibu menjemput ayah bersama Rista adik tiriku yang masih SMA.

Sementara aku tak boleh ikut, menunggu di rumah sambil bersih-bersih untuk menyambut kepulangan ayah.

Hal seperti ini sudah biasa bagiku, setiap ada pekerjaan selalu aku yang dicari. Tapi kalau ada hadiah, tentu Rista yang diutamakan.

Sebenarnya aku sudah bosan hidup seperti ini terus menerus. Selalu dikungkung dan tak dihargai, padahal apa yang mereka dapatkan, ada hakku juga di sana.

Semenjak pulang dari rumah sakit, sikap ayah mulai berubah. Ayah yang biasanya tegas kini justru sebaliknya. Semua yang terjadi di rumah ini, harus sesuai keinginan ibu.


Sebulan setelah kejadian itu, Bu Rosma mengajak kami sekeluarga pergi. Katanya untuk menghadiri hajatan saudaranya yang ada di Bandung.

Tanpa rasa curiga, kuikuti saja permintaannya. Toh ayah juga ikut pergi bersama kami, jadi aman pikirku.

Perjalanan Jakarta-Bandung sekitar 3 jam, akhirnya kami sampai di tempat tujuan. Aku merasa heran, karena yang kami datangi bukan sebuah hajatan melainkan sebuah rumah biasa seperti yang kami tempati, hanya halamannya saja yang lebih luas.

"Bu, di mana hajatannya? Kenapa sepi sekali?" Tanyaku pada Ibu yang sudah berjalan di depan bersama Ayah.


"Jangan banyak tanya, nanti kamu tahu sendiri." Jawab Ibu singkat.


Aku semakin penasaran mendengar jawaban Ibu, karena sepertinya ada yang disembunyikan dariku.

Rupanya kedatangan kami sudah ditunggu oleh pemilik rumah. Seorang nenek usianya sekitar 60 tahun, telah siap menyambut kedatangan kami dengan senyum ramahnya.

"Ini yang namanya Alisha ya, cantik sekali kamu Nak?" Tanya Nenek itu sambil melihat ke arahku.

"Iya Nek." Jawabku malu-malu.

"Panggil saja Nek Halimah, senang bisa bertemu denganmu." Ucapnya sambil membelai puncak kepalaku.

Mendengar pujian Nenek Halimah, wajah Rista tampak tak suka. Gadis itu memang seperti itu, dia tak ingin ada orang lain yang memujiku.

Aku dan Rista memang tak ada hubungan darah. Aku anak dari pihak ayah, sementara Rista dari pihak Ibu. Sifat kamipun bagai langit dan bumi, bahkan dari penampilanpun jauh berbeda.

Aku lebih suka dengan pakaian tertutup, sementara Rista lebih suka dengan baju yang terbuka.

"Malam ini kalian menginap di sini dulu ya, karena acaranya akan diadakan besok pagi." Kata Nek Halimah membuyarkan lamunanku.


Kulihat Ayah dan Ibu hanya mengangguk setuju. Akupun tak masalah, hitung-hitung liburan gratis, pikirku.

***


Pagi harinya ketika membuka mata, samar-samar terdengar suara langkah kaki hilir mudik di depan kamarku. Aku yang penasaran akhirnya keluar dan memberanikan diri bertanya pada salah satu dari mereka.

"Ada acara apa sih Mbak di rumah ini, kok sepertinya sibuk sekali?"

"Akan ada pernikahan di rumah ini. Yasudah saya mau melanjutkan pekerjaan dulu." Jawab Mbak tadi sambil berlalu meninggalkanku.

Oh rupanya  hari ini ada yang mau menikah, tapi sudahlah itu bukan urusanku. Akupun kembali ke kamar untuk menunaikan Shalat Subuh.

Ketika baru saja melipat mukena, terdengar suara pintu kamarku diketuk. Setelah pintu terbuka, tampak Ibu berdiri dan langsung menyerobot masuk ke dalam kamarku.

"Ada apa Bu?" Tanyaku penasaran.

"Alisha, dengarkan Ibu baik-baik. Aku tahu sudah lama kamu ingin pergi jauh dari kehidupanku dan Rista. Sayangnya pernikahan kamu kemarin gagal, jadi kamu tak bisa keluar dari rumah itu.

Perlu kamu ketahui, biaya pernikahan kamu kemarin itu sangat banyak. Uang ayahmu sudah habis-habisan untuk pernikahanmu yang sia-sia itu.

Apalagi ditambah biaya rumah sakit ayahmu yang juga tak sedikit. Kamu pikir uang dari mana untuk membiayai semua itu hah?

Nenek Halimah sudah berbaik hati membiayai pengobatan ayahmu. Sebagai gantinya, kamu harus menikah dengan cucu kesayangannya.

Kamu tak punya pilihan selain menerima perjodohan ini, karena ayahmu sudah setuju. Kalau tidak, rumah yang kita tempati sekarang akan diambil paksa olehnya.

Kamu sayang kan sama ayahmu? Jadi jangan sampai kamu menolak perjodohan ini atau kita semua akan hidup menggelandang di jalanan."

Setelah mengatakan semua itu, Ibu segera pergi meninggalkanku yang masih shock, tanpa memberi kesempatan untuk berpikir apalagi menolak.

Rupanya di depan pintu sudah siap para perias yang hendak melaksanakan tugasnya merias wajahku.

Aku yang masih bingung hanya pasrah, tak mampu berbuat apa-apa. Ucapan ibu kembali terngiang-ngiang di telingaku, haruskah aku menerima perjodohan ini?


***

Tepat pukul delapan pagi acara ijab kabul dilaksanakan. Pernikahan diadakan di dalam rumah dan hanya keluarga inti yang menyaksikannya.

"SAH ... SAH ... SAH ...." Ucap para saksi.

Aku masih tak percaya dengan semua ini. Dalam sekejap saja, aku sudah menjadi seorang istri, dari pria asing yang menikahiku.

"Bu, rupanya pengantin prianya seorang duda. Sudah tuwir dong! Yang lebih parah, ternyata kakinya lumpuh!" Kata Rista berbisik di belakangku.


"Iya, karena itu aku jodohkan sama Alisha. Kalau dia tajir dan sempurna, baru Ibu jodohkan sama kamu.Lihat saja, rumahnya saja jelek seperti ini!"

"DUAR!"

Kata-kata Rista dan Ibu barusan, sontak membuatku tak percaya. Bagaimana mungkin aku bisa menjadi seorang istri dari suami yang lumpuh?

Ya Allah, rupanya belum puas ibu menyiksaku selama ini. Kini justru aku di jodohkan dengan pria lumpuh.

Kalau memang ini yang terbaik, aku ikhlas atas segala kehendak-Mu Ya Robbi.

Bersambung............

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUH (Bab 2)
1
0
Setelah acara pernikahan selesai, keluarga Alisha kembali ke Jakarta lagi. Kini tinggal Alisha seorang diri, bersama keluarga barunya. Pernikahan yang dia harapkan menjadi pelipur lara dari kegagalan pernikahan sebelumnya, ternyata jauh dari perkiraan. Nyatanya, suami yang baru menikahinya juga tidak bisa menerima dirinya. Bagaimana kelanjutan cerita ini? Simak cerita selengkapnya dalam bab kedua ini. Selamat membaca. 
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan